Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Uji sifat fisikokimia gelatin yang diisolasi dari tulang ikan kembung (Rasterelliger sp.) menggunakan beberapa jenis larutan asam Nurlela Nurlela; Lany Nurhayati; Eka Lindawati
Jurnal Litbang Industri Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v11i1.6805.49-58

Abstract

Salah satu upaya peningkatan nilai ekonomi limbah tulang ikan adalah mengolahnya menjadi gelatin. Ikan kembung merupakan ikan yang relatif murah, digemari masyarakat dan mengandung protein tinggi. Untuk menghasilkan gelatin berkualitas baik diperlukan optimasi pengolahan diantaranya yaitu variasi konsentrasi dan jenis larutan asam serta waktu ekstraksi. Tujuan penelitian ini adalah mencari perlakuan asam terbaik pada proses demineralisasi dan waktu terbaik pada proses ekstraksi dengan aquades menggunakan two-ways ANOVA, serta menguji sifat fisikokimia gelatin dari rendemen tertinggi.  Pelarut asam yang digunakan adalah asam klorida (HCl), asam sulfat (H2SO4), dan asam asetat (CH3COOH) dengan konsentrasi masing-masing 2, 4 dan 6% v/v. Variasi waktu ekstraksi yaitu 2, 4 dan 6 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen tertinggi diperoleh dari perendaman dengan H2SO4 4% dengan waktu ekstraksi selama 6 jam yaitu 4,27%. Gelatin tersebut memiliki sifat fisikokimia: pH 4,0, titik leleh 28-31,2 oC, titik isoelektrik 9,0, viskositas 2,8 cPs, bobot molekul relatif sebesar 38.390,9 g/mol, kadar air 9,30%, kadar abu 23,85%, kadar protein 58,37%, kadar lemak 0,86% dan kadar karbohidrat 7,63%.  Analisis FTIR dari gelatin yang dihasilkan menunjukkan gugus-gugus fungsi O-H, C-H, C-N, C=O, dan N-H yang sama dengan gelatin komersial. Namun, masih diperlukan optimasi seperti suhu ekstraksi agar gelatin hasil isolasi memenuhi standar mutu.
Bimbingan Teknis Aplikasi Biochar pada Penanaman Pola Agroforestri di Desa Leuwisadeng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor Zainal Muttaqin; Lany Nurhayati; Abdul Rahman Rusli
ETHOS (Jurnal Penelitian dan Pengabdian) Vol 8 No.1 (Januari, 2020) Ethos: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Sains & Teknol
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/ethos.v8i1.5199

Abstract

Abstract. Land management through planting agroforestry patterns is very beneficial for the community because ecologically it can maintain soil balance, while economically increasing income because land productivity increases. The aim of the Community Partnership Program (PKM) is to increase the knowledge and technical skills of the Leuwisadeng village farmers on optimal management of agroforestry patterns. Technical guidance to the community about managing non-arable land, especially degraded / critical land, by developing Agroforestry demonstration plots and nurseries for forest plants and Multipurpose tree species (MPTS) in the form of fruit trees. In agroforestry demonstration plot land, biochar was applied as much as ± 50-100 gr in each planting hole in the upper soil layer, in addition to providing manure as much as 1-3 kg. The PKM results in the form of increasing understanding of Leuwisadeng village farmers in non-rice land management techniques and making biochar from a set of wood and bamboo that will be applied to land that has been planted with forest plants, MPTS and intercropping.Keywords: Agroforestry, biochar, a set of wood, bamboo Abstrak.  Pengelolaan lahan melalui penanaman pola Agroforestri sangat menguntungkan bagi masyarakat karena secara ekologi dapat mempertahankan keseimbangan tanah, sedangkan secara ekonomi meningkatkan pendapatan karena produktivitas lahan meningkat. Tujuan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis para petani desa Leuwisadeng tentang pengelolaan optimal pola agroforestri. Bimbingan teknis terhadap masyarakat tentang mengelola tanah non sawah garapan terutama lahan terdegradasi/kritis dengan membuat demplot Agroforestri dan persemaian untuk tanaman hutan dan Multipurpose tree species (MPTS) berupa tanaman buah-buahan. Pada lahan demplot agroforestri diaplikasikan biochar sebanyak ±50-100 gr pada setiap lubang tanamn pada lapisan tanah atas selain pemberian pupuk kandang sebanyak 1-3 kg. Hasil PKM ini berupa peningkatan pemahaman petani desa Leuwisadeng dalam teknik pengelolaan tanah non sawah dan pembuatan biochar dari sebetan kayu dan bambu yang akan diaplikasikan pada tanah yang telah ditanam tanaman hutan, MPTS dan tanaman tumpangsari.Kata Kunci: Agroforestri, biochar, sebetan kayu, bambu
SINTESIS POLI ASAM LAKTAT BERBOBOT MOLEKUL RENDAH MEMAKAI KATALIS STANNUM Ricson P. Hutagaol; Lany Nurhayati; Jessica Analy
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 1 No. 1 (2011): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.833 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v1i1.17

Abstract

Synthesis Of Poly Lactic Acid Catalyst To Use Low-molecular-weight Using Stannum Catalyst           Poly lactic acid is a polyester that can be produced using raw materials of renewable natural resources such as starch and cellulose. These polymers can be degraded by hydrolysis process in the body and excreted within a few months. This polymer is not toxic and has been widely used in medical field such as for implants and medium in drug delivery systems (Drug Delivery System, DDS). Low molecular weight polymers that accelerate the degradation and the increasing concentration of drug detachment, while polymers with high molecular weight have a lower solubility so degraded more slowly. Polymerization process is affected by the solvent used, reaction temperature, time of agitation and catalyst used. Stanum (Sn) is the best catalyst is used to obtain polymers at relatively low temperatures. Synthesis is done by mixing the lactic acid with xylene and Stanum as a catalyst. Variation Stanum catalyst used, ie 0%, 1.0%, 2.0%, 3.0%, and 4.0%. Reacted in a reactor at a temperature of 140 ° C for 14 hours. Added chloroform, filtered and added to cold methanol. The precipitate was filtered and washed with cold methanol. The rst deposits exposed in the air and then heated in an oven at 80 ° C. Based on the results of the study, obtained the concentration of 2% was an optimum concentration of Sn is used to produce 4.55 grams of poly lactic acid of 20 grams of lactic acid with a molecular weight of 23289.83g/mol and the residue Stanum at 175.174 ppm. Keywords : Poly lactic acid, polikondensasu, catalyst, sanum.  ABSTRAK          Poli asam laktat merupakan poliester yang dapat diproduksi menggunakan bahan baku sumber daya alam terbarukan seperti pati dan selulosa. Polimer ini dapat terdegradasi dengan proses hidrolisis dalam tubuh dan terekskresi dalam waktu beberapa bulan. Polimer ini tidak meracuni tubuh dan telah banyak digunakan dalam bidang kedokteran seperti untuk implan dan medium dalam sistem penyampaian obat (Drug Delivery System, DDS). Bobot molekul polimer yang rendah mempercepat degradasi dan naiknya konsentrasi lepasan obat, sedangkan polimer dengan bobot molekul tinggi memiliki kelarutan yang lebih rendah sehingga terdegradasi lebih lambat. Proses polimerisasi dipengaruhi oleh pelarut yang digunakan, suhu reaksi, waktu pengocokan dan katalis yang digunakan. Stanum (Sn) merupakan katalis yang paling baik digunakan untuk mendapatkan polimer pada suhu yang relatif rendah. Sintesis dilakukan dengan mencampur asam laktat dengan xilena dan stanum sebagai katalis. Dilakukan variasi katalis stanum yang digunakan, yaitu    0 % ; 1,0 % ; 2,0 % ; 3,0 % ; dan 4,0 %. Direaksikan dalam reaktor pada suhu  140 °C selama 14 jam. Ditambahkan kloroform, disaring dan ditambahkan metanol dingin. Endapan disaring dan dicuci dengan metanol dingin. Sisa endapan dianginkan di udara lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 80 °C. Berdasarkan hasil penelitian, didapat konsentrasi 2% merupakan konsentrasi Sn yang paling optimum digunakan untuk menghasilkan 4,55 gram poli asam laktat dari 20 gram asam laktat dengan bobot molekul 23289,83 g/mol dan residu stanum sebesar 175,174 ppm.Kata kunci : Poli asam laktat, polikondensasu, katalis, stanum.
Cultivation of Chlorella sp. in broiler chicken waste media and its metabolite profile by GC-MS analysis Rizky Izani; Lany Nurhayati; Devy Susanty
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 11 No. 1 (2021): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1124.255 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v11i1.290

Abstract

Broiler Chicken Waste (LTAB) contained Nitrogen, Phosphorus and Potassium. LTAB can be used as an alternative medium for the cultivation of Chlorella sp. In this study, Chlorella sp. was cultured in LTAB at various concentrations (2,4,6,8, and 10%). Growth of Chlorella sp. was measured based on optical density values at a wavelength of 680 nm. Biomass was extracted using chloroform. The extract obtained was identified using Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS). LTAB 2% was the best medium for the growth of Chlorella sp. (amongst other concentrations). The highest growth rate was on the 10th day. Based on the results of KG-MS, chloroform extract of Chlorella sp. cultured on LTAB 2% contained oleic acid, methyl ester and gamma-sitosterol.Keywords: Chlorella sp, Medium, Waste, chromatographyABSTRAKKultivasi Chlorella sp. pada media limbah ayam broiler dan profil metabolitnya dengan analisis GC-MSLimbah Ternak Ayam Broiler (LTAB) mengandung Nitrogen, Fosfor dan Kalium. LTAB dapat dijadikan media alternatif untuk kultivasi Chlorella sp. Pada penelitian ini, Chlorella sp. dikultur pada LTAB pada berbagai konsentrasi  (2,4,6,8, dan 10%). Pertumbuhan Chlorella sp. diukur berdasarkan nilai optical density pada panjang gelombang 680 nm. Biomassa  diekstrak menggunakan  kloroform. Ekstrak yang diperoleh diidentifikasi meggunakan Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS). LTAB 2% merupakan media terbaik untuk  pertumbuhan Chlorella sp. (diantara konsentrasi lainnya). Laju pertumbuhan tertinggi yaitu pada hari ke-10. Berdasarkan hasil KG-MS, ekstrak kloroform Chlorella sp. yang dikultur pada LTAB 2% mengandung senyawa asam oleat, metil ester dan gamma-sitosterol.Kata kunci: Chlorella sp., media, limbah, Kromatografi
VIABILITAS PROBIOTIK Lactobacillus acidophilus DLBSD102 SETELAH MIKROENKAPSULASI Benni James Stepen Silaban; Lany Nurhayati; Apriliana Wahyu Hartanti
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 10 No. 1 (2020): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.999 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v10i1.266

Abstract

Viability of Lactobacillus acidophilus DLBSD102 after Microencapsulation      This study was aim to select the viability the Lactobacillus acidophilus DLBSD102 during the spray drying method, to produce a fermented milk powder containing probiotic. Since spray drying process use the high temperature, suitable encapsulation material will increase the vaibility of probiotic and the quality of the final product. Three different encapsulation materials which were maltodextrin, whey protein isolate, and inulin with several formulations were used. The spray drying temperature used in this study was 130°C (inlet) and 60°C (outlet). The quality of the fermented milk powder containing L.acidophilus DLBSD102 bacteria strain was evaluated by measure the bacterial viability, bacterial cell resistance from hot temperatures, bile salts (0.5%) low pH (pH 2.0), and the presence of possible pathogenic bacteria. The results showed that the additional encapsulation material of inulin yielded a good quality fermented milk powder, compared with a mixture of encapsulation materials of maltodextrin: whey protein isolate (3:1), based on viability of probiotics after spray drying was increased, bacterial cell resistance to hot temperature, bile salt (0.5%) low pH (pH 2.0), and resistance to the presence of pathogenic bacteria. The addition of encapsulation material in the form of inulin yielded viability of BAL bacteria with log decrease of 0.20 ± 0,01 log CFU/g whereas without inulin addition decreased by 0.51± 0.36 log CFU/g when dried. Therefore, the mixture of encapsulation materials :maltodextrin:whey protein isolate:inulin (3:1:1) is used in the microencapsulation process of BAL by yielding 8.93% heat resistance, bile salt resistance of 78.55%, resistance to pH 2 of 77.25%, total titrated acids by 2.38%, moisture content during storage of 4.33% (4°C) and 3.96% (25°), pH value during fermentation process was 3.59±0,35 and no pathogenic bacteria was detected during production, packaging and storage for 4 weeks.Keywords: L. acidophilus DLBSD102, microenkapsulation, enkapsulation material, spray dryingABSTRAK      Penelitian ini tentang viabilitas Lactobacillus acidophilus DLBSD102 menggunakan bahan enkapsulan yang sesuai dengan metode pengeringan semprot. Tujuannya menghasilkan sediaan produk probiotik berupa serbuk susu fermentasi. Efektivitas mikroenkapsulasi dapat ditingkatkan dengan pemilihan jenis bahan enkapsulan yang tepat saat akan dikeringkan. Suhu pengeringan semprot yang digunakan dalam penelitian ini adalah 130°C (inlet) dan 60°C (outlet). Bahan enkapsulan yang digunakan adalah campuran dari maltodekstrin:whey protein isolate:inulin (3:1:1). Kualitas serbuk susu fermentasi dari strain bakteri L.acidophilus DLBSD102 yang diperoleh dievalusi termasuk viabilitas bakteri, ketahanan sel bakteri terhadap suhu panas, garam empedu (0,5%) pH rendah (pH 2,0) dengan metode cawan tuang, dan evaluasi kemungkinan adanya bakteri patogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan enkapsulan tambahan berupa inulin menghasilkan serbuk susu fermentasi dengan kualitas yang baik, dibandingkan dengan campuran bahan enkapsulan berupa maltodekstrin:whey protein isolate (3:1), yang didasarkan pada viabilitas probiotik setelah pengeringan semprot dan meningkatkan, ketahanan sel bakteri terhadap suhu panas, garam empedu (0,5%) pH rendah (pH 2,0), dan ketahanan terhadap adanya bakteri patogen. Penambahan bahan enkapsulan berupa inulin menghasilkan viabilitas bakteri BAL dengan log penurunan sebesar 0,20±0,01 log CFU/g sedangkan tanpa penambahan inulin mengalami penurunan sebesar 0,51±0,36 log CFU/g saat dikeringkan. Oleh sebab itu, campuran bahan enkapsulan maltodekstrin:whey protein isolate:inulin (3:1:1) digunakan dalam proses mikroenkapsulasi BAL dengan menghasilkan ketahanan terhadap panas sebesar 8,93%, ketahanan terhadap garam empedu sebesar 78,55%, ketahanan terhadap pH 2 sebesar 77,25%, total asam tertirasi sebesar 2,38%, kadar air selama penyimpanan sebesar 4,33% (4°C) dan 3,96% (25°), nilai pH selama proses fermentasi sebesar 3,59±0,35 dan serbuk susu fermentasi tidak mengandung bakteri patogen selama proses produksi, pengemasan hingga penyimpanan selama 4 minggu.Kata kunci: Probiotik L. acidophilus DLBSD102, mikroenkapsulasi, bahan enkapsulan
EFEKTIFITAS ASAM HUMAT DAN ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA DALAM MENGADSORBSI RESIDU INSEKTISIDA ENDOSULFAN DI DALAM TANAH LATOSOL BOGOR Lany Nurhayati; RTM Sutamihardja; Linggar Rudiarto
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 4 No. 2 (2014): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.644 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v4i2.82

Abstract

Effectiveness of Humic Acid and Active Charcoal of Coconut Shell on Adsorbtion the Residual Insecticide Endosulfan in Latosol Soil, Bogor         In the study of humic acid and coconut shell activated charcoal (AATK) soaked in Humic Acid (5% and 10%) was left to dry for three days. The soil weighed as much as 10 grams mixed with activated charcoal soaked humic acid 5% and 10% by series concentration of 500 ppm; 1000 ppm and 1500 ppm, then added 20 mL of distilled water in each row shaken for one night, the soil was conditioned by the concentration of the insecticide endosulfan series: 12:05, 0,1, 0,2, 0,4, 0,8 and 1 ppm, did incubation. Example decanted, added 10 mL of acetone pa, filtered and then added with acetone as much as 10 mL, the extract was evaporated to 1 mL, then added by 10 mL acetone gradually. Results extract transferred into sample vials to be tested by using GC. Based on the analysis, it found residues of the insecticide endosulfan in Bogor Latosol soil with a concentration of 0.0005 ppm. The addition of coconut shell activated charcoal individually had a significant effect in reducing the content of endosulfan in soil, while the addition of humic acid individually did not have an appreciable impact in reducing residues of endosulfan in soil latosol. Insecticide endosulfan residues were able to be adsorbed by AATK and humic acid was 500 ppm and 10% (A500H10) of 0,12178a ppm. The combination AATK and humic acids provide a real impact on the content of endosulfan residues in the soil latosol Bogor that could adsorb residual content in the soil.Keywords: Organochlorines Insecticide Endosulfan, Humic Acid, Coconut Shell Charcoal On Land Latosol Bogor ABSTRAK        Pada penelitian asam humat dan arang aktif tempurung kelapa (AATK) direndam dalam  Asam Humat (5% dan 10%)  dibiarkan sampai mengering selama tiga hari.Tanah ditimbang sebanyak 10 gram dicampurkan dengan arang aktif yang sudah direndam asam humat 5% dan 10% dengan deret konsentrasi 500 ppm; 1000 ppm dan 1500 ppm, kemudian ditambahkan 20 mL aquades pada masing deret dikocok selama satu malam, tanah dikondisikan dengan deret konsentrasi insektisida endosulfan : 0,05, 0,1, 0,2, 0,4, 0,8 dan 1 ppm, lakukan inkubasi. Contoh didekantasi, ditambahkan aseton pa  10 mL, disaring kemudian ditambahkan dengan aseton sebanyak 10 mL, hasil ekstrak dievaporasi sampai 1 mL, kemudian ditambahkan aseton sebanyak 10 mL secara bertahap. Hasil Ekstrak dipindahkan kedalam botol sampel untuk diuji dengan menggunakan GC. Berdasarkan hasil analisis, masih ditemukan residu insektisida endosulfan di tanah Latosol Bogor dengan konsentrasi 0,0005 ppm. Penambahan arang aktif tempurung kelapa secara individual memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam mengurangi kandungan endosulfan dalam tanah, sedangkan penambahan asam humat secara individual tidak memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mengurangi kandungan residu endosulfan dalam tanah latosol. Residu insektisida endosulfan terbaik mampu diadsorbsi oleh AATK dan asam humat adalah 500 ppm dan 10% (A500H10) sebesar 0,12178a ppm. Kombinasi AATK dan asam humat memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan residu endosulfan didalam tanah latosol bogor sehingga dapat mengadsorbsi kandungan residu didalam tanah.Kata Kunci:  Insektisida Organoklorin Endosulfan, Asam Humat, Arang Aktif Tempurung Kelapa, Tanah Latosol Bogor
PERSENTASE TOTAL AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARK CHOCOLATE DAN MILK CHOCOLATE SECARA SPEKTROFOTOMETRI Lany Nurhayati; Supriyono Eko Wardoyo; Rika Rosita
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 2 No. 1 (2012): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (705.799 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v2i1.36

Abstract

Percentage Total  Activities of Antioxidant of Dark Chocolate and Milk Chocolate Using Spectrofotometric          Chocolate is loaded with various properties, one of them as an antioxidant because it contains katetin, polyphenols, flavonoids that can prevent premature aging. The content of antioxidants in chocolate was varied, dark chocolate (DC) of at least 70 %, while milk chocolate (MC) is was lower. The compound of 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) was a stable free radical compounds that would neutralize each other if treated with antioxidant compound. Percentage of total activity was calculated by the reaction between DPPH compounds and chocolate spectrophotometrically at λ 520nm. The results showed that the DC brand A was 59.19 % , 17 : brand B 16 % and brand C 8.80 % , while the MC was 11, 07 % brand A, brand B 7, 00 %  and brands C 5.84 %. Comparison of DC percentages was higher than MC because the DC contains catechins, riboflavon, vitamin E and vitamin C or minerals Mg and Cu that reacted with DPPH, so that DC could be used as one source of antioxidants.Keywords : antioxidants, dark chocolate, milk chocolate, DPPH . ABSTRAK          Cokelat sarat dengan berbagai macam khasiat,  salah satunya sebagai antioksidan karena mengadung katetin, polifenol, flavonoid yang dapat mencegah penuaan dini. Kandungan antioksidan dalam coklat bervariasi Dark chocolate (DC) minimal 70% sedangkan Milk chocolate (MC) lebih rendah. Senyawa 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) merupakan senyawa radikal bebas stabil yang akan saling menetralkan jika direaksikan dengan senyawaan antioksidan. Persentase total aktifitas dihitung melalui reaksi antara senyawa DPPH dengan cokelat secara spektrofotometri pada λ 520nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DC merk A sebesar 59.19%, merk B 17.16%, dan merk C 8.80%, sedangkan MC merk A sebesar 11.07%, merk B 7.00%, dan merk C 5.84%. Perbandingan persentase DC lebih tinggi dibanding MC karena DC mengandung katekin, riboflavon, vitamin E, dan vitamin C, serta mineral Mg dan Cu yang berekasi dengan DPPH, sehingga DC dapat dijadikan sebagai salah satu sumber antioksidan.Kata kunci : antioksidan, dark chocolate, milk chocolate, DPPH.
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Di Program Studi Kimia Universitas Nusa Bangsa Gladys Ayu Paramita Kusumah Wardhani; Devy Susanty; Ade Ayu Oksari; Lany Nurhayati; Alifah Nuranzani; Faridha Faridha
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sains Indonesia (JPPSI) Vol. 5 No. 1 (2022): JPPSI, April 2022
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jppsi.v5i1.42802

Abstract

Kurikulum MBKM telah dilaksanakan di Program Studi Kimia pada tiga skema yang meliputi magang, riset/penelitian, dan pertukaran pelajar. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas implementasi kurikulum MBKM dilaksanakan, maka diperlukan penelitian tentang hal ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pemahaman dosen dan tenaga kependidikan (tendik) terhadap kurikulum MBKM, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan kurikulum MBKM. Pengumpulan data menggunakan survei. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif deskriptif. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis secara menggunakan program Microsoft Excell 2013 dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16.0 for Windows. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu pemahaman dosen dan tendik terhadap pedoman dan pelaksanaan program MBKM sudah baik. Pelaksanaan kurikulum MBKM menurut dosen, mahasiswa, tendik dan mitra telah baik dan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa. Evaluasi dari pelaksanaan kurikulum MBKM yaitu pemerataan pemahaman mengenai kurikulum MBKM yang masih kurang terutama bagi tendik. Sosialisasi mengenai kurikulum MBKM perlu ditingkatkan agar pemahaman semua pihak terkait lebih baik sehingga mampu melaksanakan kurikulum MBKM sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) Program Studi Biologi Universitas Nusa Bangsa Ade Ayu Oksari; Devy Susanty; Gladys Ayu Paramita Kusumah Wardhani; Lany Nurhayati
Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1 (2022): Januari - April 2022
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/jsgp.5.1.2022.1556

Abstract

Program MBKM merupakan langkah awal untuk menyiapkan mahasiswa yang dapat memenuhi tantangan di dunia kerja. Program studi Biologi Universitas Nusa Bangsa telah melakukan program ini, namun perlu evaluasi mengenai implementasi kurikulum MBKM yang telah berjalan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi kurikulum MBKM Program Studi Biologi UNB. Penelitian ini menggunakan metode survey terhadap dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan dan mitra. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala Likert. Kuesioner diberikan dengan menggunakan aplikasi Google Form. Kuesioner penelitian sebelumnya telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Data yang telah didapat kemudian diolah. Pengolahan data dimulai dari pengkodean (coding), pemasukan data (data entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data. Program MBKM nya sudah terlaksana dengan baik. Namun, Prodi Biologi UNB harus tetap melakukan persiapan di setiap kegiatan yang akan berjalan dan evaluasi setelah kegiatan selesai.
Uji sifat fisikokimia gelatin yang diisolasi dari tulang ikan kembung (Rasterelliger sp.) menggunakan beberapa jenis larutan asam Nurlela Nurlela; Lany Nurhayati; Eka Lindawati
Jurnal Litbang Industri Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (794.053 KB) | DOI: 10.24960/jli.v11i1.6805.49-58

Abstract

Salah satu upaya peningkatan nilai ekonomi limbah tulang ikan adalah mengolahnya menjadi gelatin. Ikan kembung merupakan ikan yang relatif murah, digemari masyarakat dan mengandung protein tinggi. Untuk menghasilkan gelatin berkualitas baik diperlukan optimasi pengolahan diantaranya yaitu variasi konsentrasi dan jenis larutan asam serta waktu ekstraksi. Tujuan penelitian ini adalah mencari perlakuan asam terbaik pada proses demineralisasi dan waktu terbaik pada proses ekstraksi dengan aquades menggunakan two-ways ANOVA, serta menguji sifat fisikokimia gelatin dari rendemen tertinggi.  Pelarut asam yang digunakan adalah asam klorida (HCl), asam sulfat (H2SO4), dan asam asetat (CH3COOH) dengan konsentrasi masing-masing 2, 4 dan 6% v/v. Variasi waktu ekstraksi yaitu 2, 4 dan 6 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen tertinggi diperoleh dari perendaman dengan H2SO4 4% dengan waktu ekstraksi selama 6 jam yaitu 4,27%. Gelatin tersebut memiliki sifat fisikokimia: pH 4,0, titik leleh 28-31,2 oC, titik isoelektrik 9,0, viskositas 2,8 cPs, bobot molekul relatif sebesar 38.390,9 g/mol, kadar air 9,30%, kadar abu 23,85%, kadar protein 58,37%, kadar lemak 0,86% dan kadar karbohidrat 7,63%.  Analisis FTIR dari gelatin yang dihasilkan menunjukkan gugus-gugus fungsi O-H, C-H, C-N, C=O, dan N-H yang sama dengan gelatin komersial. Namun, masih diperlukan optimasi seperti suhu ekstraksi agar gelatin hasil isolasi memenuhi standar mutu.