Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Rancang Bangun Evaporator Ultrasonik Untuk Produk Sari Kurma yang Bekerja Pada Suhu Rendah Hendrawan, iyus; Haifan, Mohamad
JTM-ITI (Jurnal Teknik Mesin ITI) Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Teknik Mesin ITI
Publisher : Institut Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.719 KB) | DOI: 10.31543/jtm.v1i1.9

Abstract

Palm juice is a supplementary food  resulting from the extraction / pressing the palm fruit into a viscous liquid that is ready to be consumed. Nutrient content and nutritional no different with dates. On the small scale industries, palm juice processing is done through the process of evaporation at high temperature, consequently some important compounds such as vitamins and minerals will be damage, so that the benefits of palm juice for health will decrease. Ultrasonic technology is one method that can be applied to the process of evaporation combined with low temperatures, so that the product obtained palm juice is safe and does not lead to degradation of the important compounds it contains. The research objective is to design and test wake evaporator working under ultrasonic combined with low temperatures to evaporate the water content in the palm juice. Results of ultrasonic evaporator design has a dimension of 41 cm in high, 26 cm diameter and processing chamber capacity is 13 liters. In general, the results of design and test electronic evaporator goes well. From the test results for the evaporation of water (without a date palm juice) recorded water evaporation rate of 275 ml / h, while the water in the palm juice  carrying water evaporation rate of 87.5 ml / hr. In addition to palm juice evaporation, ultrasonic evaporator can be used for evaporative other foodstuffs as well as other food processes, such as pasteurization and sterilization of milk, incubation yougurt etc.
Analisis Kebutuhan Alat dan Mesin Pertanian Untuk Mendukung Pengembangan Usaha Tani Padi Di Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Mesuji, Provinsi Lampung haifan, mohamad
JTM-ITI (Jurnal Teknik Mesin ITI) Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Teknik Mesin ITI
Publisher : Institut Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.139 KB) | DOI: 10.31543/jtm.v1i1.12

Abstract

  AbstrakUntuk mewujudkan ketersediaan pangan (beras) dalam rangka menciptakan ketahanan pangan, pemerintah mengembangkan kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Mesuji. Alokasi pengembangan tanaman pangan padi di KTM  Mesuji seluas 9.900 Ha atau 21 persen dari total luas kawasan KTM. Untuk mendukung hal tersebut, penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) diharapkan mampu mengatasi permasalahan ketersediaan tenaga kerja, sehingga  diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja dan produksi usaha tani. Penelitian ini bertujuan menganalisis kebutuhan alsintan untuk mendukung program pengembangan usaha tani padi di KTM Mesuji. Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif kuantitatif dengan pengambilan sampel secara purposive. Pengambilan sampel wilayah dipilih 10 desa yang masuk dalam kawasan KTM sebagai sampel obyek yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah telah memberikan bantuan beberapa jenis alsintan untuk mendukung program pengembangan dan peningkatan produksi padi di KTM Mesuji. Jenis alsintan yang telah memenuhi jumlahnya sesuai kebutuhan, yaitu Handtractor dan Rice Milling Unit (RMU), sedangkan jenis alsintan yang masih belum memenuhi jumlah sesuai kebutuhan adalah Pompa Air, Rice Transplanter, Power Thresher dan Mini Combine Harvester. Rekomendasi hasil penelitian ini diharapkan pemerintah dapat mengalokasikan bantuan alsintan yang dibutuhkan secara bertahap, sehingga kinerja usaha tani dapat optimal.  Kata Kunci : KTM Mesuji, Produksi Beras, Kebutuhan Alsintan
PENGELOLAAN SAMPAH MENJADI ENERGI BERBASIS TEMPAT OLAH SAMPAH SETEMPAT (TOSS) DI KOTA TANGERANG SELATAN Iyus Hendrawan; Mohamad Haifan
Abdi Laksana : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1, No 1 (2020): Edisi Januari
Publisher : LPPM Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.614 KB) | DOI: 10.32493/al-jpkm.v1i1.3998

Abstract

One of the serious problems faced by the South Tangerang City Government today is waste management. According to the Tangsel City DKPP, the volume of waste is 800 tons or around 3,600 cubic meters per day. Until now, the community's waste management system is carried out with a 3R (Reduce-Reuse-Recycle) system in 49 TPS-3Rs that are spread out in every district in the South Tangerang area. The problem at this time is that some of the TPS-3R have not yet operated optimally, so the volume of waste transported to the Cipeacang TPA is still high. Management of waste into energy based on Local Waste Management Sites (TOSS) through a collaboration between STT-PLN and ITI was developed to process waste that produces pellets as an energy raw material that can be used for cooking (special stoves), processing it in a gasifier machine to get gas (syngas) ) which can be consumed by household or electricity generator raw materials. At present trials of the application of TOSS are conducted in several TPS-3Rs in Setu and Pamulang Districts. The series of activities carried out include training and mentoring processing of waste (various types of waste) into pellets, design, manufacture and testing of pellet-fueled stoves, as well as the design, manufacture and testing of gasifier machines to produce gas (syngas) which is distributed to households. The implementation of a TOSS-based waste management system is expected to be able to solve the waste problem in South Tangerang City and get added value through the conversion of waste into energy that can be utilized by the community.Keywords: garbage, TPS-3R, local waste management (TOSS), waste pellets, South Tangerang City
Dampak Kebijakan Bea Keluar Terhadap Kinerja Industri Pengolahan Kakao mohamad haifan
JURNAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) Vol. 1 No. 1 (2015): Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Publisher : Institut Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31543/jii.v1i1.54

Abstract

Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ke tiga di dunia setelah Negara Pantai Gading dan Ghana. Volume dan nilai ekspor hingga tahun 2010 cenderung meningkat, namun didominasi ekspor dalam bentuk biji kakao, sementara produk olahan kakao Indonesia masih belum berkembang. Ekspor dalam bentuk biji kakao mengakibatkan  kurangnya ketersediaan  bahan baku industri dalam negeri yang diindikasikan oleh  kinerja industri yang bekerja di bawah kapasitas terpasang. Pemerintah Indonesia  menerapkan regulasi melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.011/2010 tentang Penetapan Barang Ekspor Yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar bertujuan membatasi ekspor biji kakao untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak pemberlakuan PMK Nomor 67/PMK.011/2010 terhadap kinerja industri pengolahan dan ekspor olahan kakao. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pada periode tahun 2008-2012 rata-rata peningkatan produksi kakao nasional sebesar 2,8 persen/tahun dengan rata-rata produktivitasnya masih sangat rendah sebesar 506,4 kg/Ha. Volume ekspor biji kakao periode tahun 2008-2010 terjadi kenaikan rata-rata sebesar 2,4 persen/ tahun, namun pada tahun 2011-2012 terjadi penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 15,6 persen/tahun. Sementara itu, beberapa kinerja industri pengolahan kakao dalam negeri pada tahun 2010 bekerja di bawah kapasita terpasang karena kurangnya ketersediaan bahan baku, sedangkan pada periode tahun 2011-2012 terjadi peningkatan produksi mendekati kapasitas terpasang. Dapat disimpulkan bahwa pemberlakuan PMK Nomor 67/PMK.011/2010 cukup efektif yang diindikasikan oleh penurunan volume ekspor biji kakao, kenaikan kinerja industri dan ekspor olahan kakao
Aplikasi Teknologi Ozon Untuk Penanganan Produk Pangan Dan Hasil Pertanian mohamad haifan
JURNAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) Vol. 1 No. 1 (2017): Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Publisher : Institut Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31543/jii.v1i1.99

Abstract

Produk pangan dan hasil pertanian bersifat mudah rusak (perishable), sehingga akan mengakibatkan kehilangan (losses), baik kualitas maupun kuantitasnya selama rangkaian proses pascapanen. Sebagai upaya menurunkan kehilangan atau susut selama pascapanen, maka perlu penerapan teknologi yang sesuai (appropriate technology). Aplikasi teknologi ozon pada penanganan bahan pangan dan hasil pertanian mempunyai prospek yang baik karena dirasakan aman dan efektif. Ozon (O3) memiliki fungsi utama, yaitu sebagai oksidator dan disinfektan atau gabungan kedua fungsi tersebut. Potensi oksidasi yang tinggi pada ozon dapat dimanfaatkan untuk membunuh bakteri (proses sterilisasi), menghilangkan warna (proses dekolorisasi), menghilangkan bau (proses deodorisasi), dan menguraikan senyawa organik (proses degradasi). Perlakuan air berozon yang dilakukan pada penyimpanan produk pangan dan hasil pertanian tidak merusak kandungan gizinya, karena kandungan ozon sendiri akan hilang dengan cara penguapan. Jika ozon terkena paparan sinar matahari akan mengurai menjadi senyawa oksigen kembali.  Sejak saat itulah, teknologi ozon banyak digunakan untuk mengurangi kontaminasi dan memperpanjang masa simpan pada buah-buahan dan sayuran, ikan segar, produk peternakan berupa daging dan susu. Pada tulisan ini akan ditelaah dan dikaji beberapa hasil penelitian terkait penggunaan ozon untuk penanganan produk pangan dan hasil pertanian selama rangkaian proses pascapanen.  Kata Kunci : Hasil Pertanian, Pascapanen, Teknologi Ozon
Evaluasi Kinerja Rumah Potong Hewan (RPH) Bayur, Kota Tangerang Muhami Muhami; Mohamad Haifan
JURNAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) Vol. 3 No. 2 (2019): Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Publisher : Institut Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31543/jii.v3i2.149

Abstract

     Keberadaan RPH memiliki fungsi sebagai: (1) sarana pelayanan masyarakat dalam usaha penyediaan daging yang memenuhi kriteria aman, sehat, utuh dan halal (ASUH), (2) instrumen untuk memantau kemungkinan terjadi kasus penyakit hewan menular di masyarakat, dan (3) sumber pendapatan daerah (PAD) melalui retribusi dan biaya potong hewan. Tujuan penelitian ini adalah  mengevaluasi RPH Bayur, Kota Tangerang yang meliputi: 1) persyaratan fisik/ teknis dan prosedur pemotongan ternak; 2) kepuasan pelanggan terhadap pelayanan; dan 3) kontribusi pendapatan daerah (PAD). Evaluasi persyaratan fisik/ teknis mengacu pada Permentan Nomor 13 Tahun 2010 sedangkan evaluasi prosedur pemotongan ternak mengacu pada SOP Pemotongan Hewan Nomor 065/KEP.30.50-DKP/2017 yang ditetapkan oleh Dinas Ketahanan Pangan, Kota Tangerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum fasilitas dan prosedur pemotongan hewan di RPH Bayur telah memenuhi kesesuaian dan persyaratan, namun untuk meningkatkan kualitas layanan perlu pengembangan dan pengadaan beberapa sarana dan prasarana yang diperlukan. Penilaian kepuasan pelanggan terhadap jasa layanan RPH Bayur cukup baik dengan rata-rata 3,6 (skala score 1-5). Pendapatan dari retribusi yang cenderung menurun, terutama pada tahun 2018 diakibatkan oleh faktor eksternal berupa kebijakan impor daging beku oleh pemerintah dan faktor internal karena berpindahnya beberapa pengusaha sapi ke RPH lain.  Kata Kunci : Evaluasi Kinerja RPH Bayur, Kesesuaian Fasilitas RPH Bayur, Penurunan Pendapatan
Kinerja Biosorben Cangkang Telur sebagai Pengadsorbsi Logam Berat Cr pada Limbah Industri Syahril Makosim; mohamad haifan; Eka Indra Setiaman
JURNAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) Vol. 4 No. 2 (2020): Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Publisher : Institut Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31543/jii.v4i2.164

Abstract

In industrial processing, side products are produced in the form of liquid waste containing heavy metals, including Cr (III) which can have a negative impact on the environment. Some egg shell characteristics containing  high concentrations of CaCO3 and have a natural pore structure can be used as adsorbers (biosorbents) of heavy metals produced by the processing industry. The purpose of this study was to obtain the optimum conditions of absorption (adsorption) of Cr (III) metals carried out by egg shell biosorbents. The research method was carried out experimentally which included the preparation of egg shell waste biosorbents, determining the optimum time, as much as 1.0 gram of eggshell biorsorbent was put into 25 ml of heavy metal waste solution with a concentration of 50 ppm, then adsorption was carried out with time variations of 5, 10, 20 , 30, 40, 50, 60 and 120 minutes. Variation of  Cr concentration  were 50,0 ppm; 100,0 ppm,  150,0 ppm; 200,0 ppm; 250,0 ppm; 300,0 ppm; 350,0 ppm, 400,0 ppm; 450,0 ppm; 500,0 ppm; dan 1000 ppm. After that the mixture is filtered and the filtrate is read on the Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) to find out the maximum adsorption. The results showed the optimum conditions of adsorption of Cr (III) metals obtained an optimum time of 40 minutes with an absorption capacity of 1242.46 µg Cr (III) / g biosorbent, and optimum concentration with optimum treatment time and weight at 200 ppm with an absorption capacity of 4984 , 99 µg Cr (III)/g biosorbent. The adsorption isotherm adopts the Freundlich isotherm or physically (physical) type, because the linearity of the Freundlich isotherm obtained from the calculation results is R2 = 0.7312 or 73.12% higher than the Langmuir isotherm ie R2 = 0.0335 or 3.35%.  Keyword : Cr (III) heavy metal, eggshell biosorbent, optimum adsorption conditions
PENERAPAN SISTEM PEMANEN AIR HUJAN (RAIN WATER HARVESTING) SKALA RUMAH TANGGA : Studi Kasus di RT 004/01, Kelurahan Sawah Baru, Kecamata Ciputat, Kota Tangerang Selatan Mohamad Haifan; Sri Handayani; Ismojo Ismojo
Lentera Karya Edukasi Vol 3, No 2 (2023): Jurnal LENTERA KARYA EDUKASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Pusat Pengembangan dan Kajian Sarana dan Prasarana Pendidikan (P2K Sarprasdik)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Water scarcity phenomenon during the dry season due to the diminishing groundwater sources (wells) is frequently observed in urban residential areas. On the other hand, heavy rainfall with high intensity leads to flooding and frequent disasters during the rainy season. Rainwater harvesting systems are simple, inexpensive, and do not require specialized skills or knowledge, but they are not widely practiced by the community. The practice of rainwater harvesting is important as an alternative water source to meet daily needs. There are three basic components that should be present in a rainwater harvesting system: 1) catchment, which is the rainwater collection surface such as rooftops; 2) delivery system, which is the system for channeling rainwater from the roof to the storage container through gutters; and 3) storage reservoir, which is the place to store rainwater such as a tank, which is then directed to a storage tank for electrolysis to obtain bacteria-free water and water with high pH content that can be consumed safely and healthily. Rainwater harvesting activities are carried out in one of the houses in Villa Mutiara Housing, Sawah Baru Village, Ciputat Subdistrict, South Tangerang City. This activity results in the local community utilizing the processed (electrolyzed) rainwater for safe and healthy consumption.Abstrak: Fenomena kekeringan/ kekurangan air saat musim kemarau karena sumber air tanah (sumur) yang semakin berkurang sering terjadi di wilayah perumahan perkotaan. Di sisi lain, hujan deras yang mengguyur dengan intensitas tinggi mengakibatkan banjir dan menimbulkan bencanasering terjadi saat musim penghujan. Sistem pemanen air hujan merupakan teknik yang sederhana, murah dan tidak membutuhkan keahlian atau pengetahuan khusus, namun belum banyak dilakukan oleh masyarakat. Praktek memanen air hujan penting sebagai alternatif sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terdapat  tiga komponen dasar yang harus ada dalam sistem pemanen air hujan yaitu: 1) catchment, yaitu penangkap air hujan berupa permukaan atap; 2) delivery system, yaitu sistem penyaluran air hujan dari atap ke tempat penampungan melalui talang; dan 3) storage reservoir, yaitu tempat penyimpan air hujan berupa toran yang selanjutnya disalurkan ke bak penyimpan  untuk dielektrolisis guna mendapatkan air bebas  dari bakteri dan mendapatkan air dengan kandungan pH tinggi untuk dapat dikonsumsi dengan aman dan sehat.Kegiatan pemanen air hujan dilakukan di salah satu rumah warga di Perumahan Villa Mutiara, Kel. Sawah Baru, Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Hasil dari kegiatan ini, warga masyarakat setempat dapat memanfaatkan air hujan yang telah diolah (elketrolisis) untuk dikonsumsi dengan aman dan sehat.