Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Utilization of Residual Carrageenan Extract from Eucheuma Cottonii Seaweed Into Bioethanol Nia Yuliani; RTM Sutamiharja; Aditya Prihantara
Indonesian Journal of Applied Research (IJAR) Vol. 1 No. 1 (2020): Indonesian Journal of Applied Research (IJAR)
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/ijar.v1i1.32

Abstract

In the process of processing seaweed will produce residual waste from carrageenan extraction, and the residue still contain cellulose, lignin, hemicellulose, pectin, and other organic materials that can be processed into bioethanol. This research aimed to utilize the residual carrageenan extracted from seaweed Eucheuma cottonii into bioethanol. The research method includes acid hydrolysis process using 3% sulfuric acid at a temperature of 70-80oC for 30 minutes, followed by a fermentation process using yeast Saccharomyces cerevisiae with a ratio of 1: 0.006 for hydrolyzate and yeast, fermentation time treatment 1, 3, 6, 9 and 12 days at temperature 25o-30oC. Fermentate at 78oC, measured in degrees of acidity (pH), volume, and levels of bioethanol. The results showed that the residual carrageenan extract containing carbohydrates as un-extracted carrageenan was 5.01%, hemicellulose was 7.12%, cellulose was 0.96%, and lignin was 8.26%. The level of bioethanol produced from the residual carrageenan extraction was 2.57% and, the yield was 32.64% with a fermentation time of 6 days as the optimal time.
Studi in silico DNA barcoding pada bunga soka (Ixora) Alifah Nur Anzani; Irfan Martiansyah; Nia Yuliani
Prosiding Seminar Biologi Vol 7 No 1 (2021): PROSIDING BIOLOGI ACHIEVING THE SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS WITH BIODIVERSITY I
Publisher : Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/psb.v7i1.23693

Abstract

Ixora merupakan genus tumbuhan dari famili Rubiaceae yang memiliki lebih dari 500 spesies. Genus ini, tersebar di area tropis Asia dan Afrika dengan keragaman terbesar tersebar di Asia Tenggara. Di Indonesia, Ixora dinamakan juga bunga Soka dan populer sebagai tanaman hias. Bunga Soka memiliki bentuk yang menarik dan warna bunga yang bervariasi. Penelitian DNA barcoding mengenai tumbuhan Ixora belum banyak dilakukan, oleh karena itu diperlukan studi awal yang bertujuan menganalisis kekerabatan Ixora dengan menggunakan sekuen gen rbcL,trnL, dan matK berbasis in silico. Metode yang dilakukan dalam DNA barcoding bunga Soka Ixora adalah dengan studi in silico menggunakan Genbank (NCBI). Sekuen DNA dikoleksi dari basis data NCBI dengan mencari nama spesies dan gen yang digunakan yaitu  matK, rbcL, dan trnL. Selanjutnya data dianalisis menggunakan CLUSTAL W untuk menentukan tingkat homologi antar sekuen melalui penjajaran sekuen, identifikasi sekuen yang berpotensi sebagai barcode, dan rekosntruksi pohon filogenetik menggunakan MEGA X. Hasil studi in silico menunjukkan bahwa penjajaran dengan menggunakan lokus trnL, matK dan rbcL memiliki tingkat homologi yang relatif tinggi. Akan tetapi, gen rbcL memberikan gambaran yang informatif mengenai topologi pohon kekerabatan molekuler dari Ixora pada tingkat spesies dibandingkan dengan gen trnL dan gen matK. Selain itu, gen rbcL diketahui dapat memperlihatkan karakter spesifik dari Ixora sehingga diduga dapat dijadikan sebagai barcode untuk mengidentifikasi spesies-spesies Ixora di Kebun Raya Bogor melalui pendekatan molekuler.
CADANGAN KARBON PADA TEGAKAN POHON HUTAN KOTA DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN DKI JAKARTA Mia Azizah; Nia Yuliani; Heriyanto Heriyanto
Florea : Jurnal Biologi dan Pembelajarannya Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : UNIVERSITAS PGRI MADIUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.34 KB) | DOI: 10.25273/florea.v6i1.4363

Abstract

Increase environmental problems, such as air pollution and temperatures increase in DKI Jakarta, make the existence of urban forests very important. Trees have an important role becausethey function as the most efficient carbon sink and storage in urban areas. Along with theincreasing number of visitors carrying vehicles, the higher the potential for air pollution in Ragunan Wildlife Park (TMR). The objectives of this study are: To analyze the community structure of tree species that have potential carbon stocks, and estimate carbon stocks stored in tree trunks. The study was conducted in four regions (north, west, east, south) Ragunan WildlifePark, DKI Jakarta. Vegetation analysis was carried out by calculating the Important Value Index (INP), and carbon stock analysis was carried out through the Allometric approach. The highest INP value was mahoni (Swietinia macrophylla) amounting to 45.51%, cengal pasir (Hopeaodorata) 33.31%, and dao (Dracontomelon dao) 28.26%. The largest amount of carbon reserves is found in the western region, which is 52,503 kg / ha, and the largest contribution of carbon stocks is from dao trees (Dracontomelon dao) of 30,091 kg / ha, cengal sand 25,372 kg / ha, oilpalm (Elaeis guinensis).
KANDUNGAN FITOKIMIA, KLOROFIL DAN BIOMASSA DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera) TERHADAP PENCAHAYAAN Mamay Maslahat; Nia Yuliani
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 4 No. 1 (2014): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (861.647 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v4i1.71

Abstract

The Influence of Lighting to The Phytochemistry, Chlorophyll and Biomass Content of Sembung Leaves (Blumea balsamifera)        The secondary metabolite compounds on the sembung leaves are an active biopharmaceutical matter. Increase of the bio active production on field condition can be conducted by improving the plant biomass through shade and the period of lighting. The purpose  of this research was to understand the influence of lighting to the phytochemical content, chlorophyll and biomass of sembung leaves that planted in the plantation area, Cogreg, Parung Bogor. The steps of this research consisted of the planting of sembung leaves in different lighting each treatment, the calculation of leaves biomass weight , the preparation of samples, the determination of the water level of samples, the phytochemical test of leaves samples and the analysis of chlorophyll content. Observation of the growth of sembung plants conducted periodically, starting from planting to the harvest. The results of statistical analysis of T test,  on the observation of the growth of plants period I and period II showed that the average of the high and number of leaves differ significantly between plants that use shade and without shade (sig<0.05). The number of leaves sembung biomass planted without shade was heavier than planted with the shade. The water level of sembung leaves sample was 9,5 %. Total chlorophyll level of sembung leaves showed that the total chlorophyll level of the sembung leaves without shade was 15,6319 mg/L, while the total chlorophyll level of the sembung leaves with shade was 20,0982 mg/L. Based on the phytochemical test showed that the secondary metabolite compound which contained in both of sembung leaves sample grown using shade or without shade did not differ significantly to flavonoid, saponin,  glycosides, alkaloids and terpenoid.Keywords: Blumea balsamifera, phytochemistry, chlorophyll, lighting ABSTRAK        Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada daun sembung merupakan bahan aktif biofarmaka. Pemacuan produksi bioaktif tanaman pada kondisi lapang dapat dilakukan dengan meningkatkan biomassa tanaman melalui naungan dan periode pencahayaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pencahayaan terhadap kandungan fitokimia, klorofil dan biomassa daun sembung yang ditanam di areal perkebunan Cogreg Parung Bogor. Tahapan penelitian terdiri atas penanaman dengan perlakuan pencahayaan yang berbeda pada setiap petak terpisah, penghitungan bobot biomassa daun, preparasi simplisia, penetapan kadar air simplisia, uji fitokimia simplisia daun dan analisis kandungan klorofil. Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan secara periodikal dari mulai tanam hingga panen. Hasil statistik Uji T pada pengamatan pertumbuhan tanaman periode I & II menunjukkan bahwa rata-rata tinggi sembung dan jumlah daun berbeda secara signifikan antara tanaman yang menggunakan naungan dan tanpa naungan dengan nilai sig<0,05. Jumlah biomassa daun sembung yang ditanam tanpa naungan menghasilkan berat lebih besar dibandingkan dengan naungan. Kadar air simplisia daun sembung sebesar  9,5 %. Kadar klorofil total daun sembung tanpa naungan dan dengan naungan berturut-turut adalah 15,6319 mg/L dan  20,0982 mg/L. Kandungan senyawa metabolit sekunder simplisia daun sembung adalah  flavonoid, saponin,  glikosida, alkaloid, dan terpenoid.Kata kunci : Blumea balsamifera, fitokimia, klorofil, pencahayaan
Galangal Rhizome (Alpinia galanga (L.) Willd) Essential Oil as a Natural Preservative of Chicken Fillets Rr Pramitha Ika Putri Ayuningtyas; Nia Yuliani; Srikandi Srikandi
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 12 No. 2 (2022): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1343.474 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v12i2.342

Abstract

Cold storage and the addition of preservatives are ways of preserving fillet products to maintain their quality. The addition of preservatives to fillet products can be in the form of synthetic or natural ingredients. Galangal rhizome contains essential oils that are active as antifungal and antibacterial. This study aimed to know the concentration of essential oils and effective storage time in maintaining the quality of the broiler chicken fillet. The method used is a laboratory experiment, using the concentration of red galangal essential oil (0; 0.5; 1; 1.5%), storage time (0, 8, 12, 16 days), repeated three times and treatment negative control. Microbiological analysis was carried out based on SNI 3924:2009, including Eschercia coli, Staphylococcus aureus and Salmonella sp tests. The results showed that 1.5% volatile oil concentration with a storage time of 8 days was the most effective in maintaining the quality of chicken fillet with a total plate count (TPC) of 9x105 cfu/g. The number of Escherichia coli bacteria is 0x101kol/g, Salmonella sp bacteria is negative per 25 grams, the water content is 72.03%, and the pH value is 6.31. The concentration of 1.5% essential oil with a storage time of 16 days obtained the number of Staphylococcus aureus bacteria as much as 100 cfu/g. This result does not exceed the maximum limit of SNI 3924:2009, which is 1x102 cfu/g.The highest organoleptic value of appearance and taste was found in adding 1% galangal essential oil and a storage time of 0 days. For the odour, the highest value was found in adding 0.5% galangal essential oil and a storage time of 12 days.Keywords: Chicken Fillet, Essential Oil, E.coli, Staphylococcus aureus, Salmonella sp. ABSTRAKMinyak Atsiri Lengkuas (Alpinia galanga (L.) Willd) sebagai Pengawet Alami Daging AyamPenyimpanan suhu dingin dan penambahan pengawet merupakan salah satu cara pengawetan produk fillet untuk mempertahankan mutunya. Penambahan bahan pengawet pada produk fillet dapat berupa bahan sintetis atau bahan alami. Rimpang lengkuas diketahui memiliki kandungan minyak atsiri lengkuas yang bersifat aktif sebagai antijamur dan antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi minyak atsiri lengkuas dan waktu penyimpanan yang efektif dalam mempertahankan fillet daging ayam ras. Metode yang digunakan adalah eksperimen laboratorium, dengan menggunakan  konsentrasi minyak atsiri lengkuas (0; 0,5; 1; 1,5%), lama penyimpanan (0, 8,  12, 16 hari), diulang 3 kali dan perlakuan kontrol negatif. Analisis mikrobiologi dilakukan berdasarkan SNI 3924:2009, meliputi uji Eschercia coli, Staphylococcus aureus dan Salmonela sp. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi minyak atsiri lengkuas 1,5% dengan waktu penyimpanan 8 hari merupakan yang paling efektif dalam mempertahankan kualitas fillet ayam dengan nilai total plate count (TPC) sebesar 9x105 cfu/g. Jumlah bakteri Escherichia coli yaitu 0x101kol/g, bakteri Salmonella sp yaitu negatif per 25 gram, kadar air yaitu 72,03%, serta nilai pH sebesar 6,31. Konsentrasi minyak atsiri lengkuas 1,5% dengan waktu penyimpanan 16 hari didapatkan jumlah bakteri Staphylococcus aureus sebanyak 100 cfu/g, hasil ini tidak melebihi batas maksimum SNI 3924:2009 yaitu 1x102 cfu/g. Nilai organoleptik kenampakan dan rasa paling tinggi terdapat pada penambahan minyak atsiri lengkuas 1% dan waktu penyimpanan 0 hari, sedangkan untuk aroma nilai paling tinggi terdapat pada penambahan minyak atsiri lengkuas 0,5% dan waktu penyimpanan 12 hari.Kata Kunci: filet ayam, minyak atsiri lengkuas, waktu penyimpanan, E.coli, S. aureus
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI PENDAHULUAN GOLONGAN SENYAWA FENOL DARI RIMPANG LENGKUAS MERAH (Alpinia purpurata (Vieill) K. Sch) Nia Yuliani; Amry Syawaalz; Mawaddah Lisna
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 1 No. 2 (2011): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.338 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v1i2.19

Abstract

Extraction and Identification of Phenol Compounds Group Introction galanga Rhizome RED (Alpinia purpurata (Vieill) K. Sch)           Indonesia is a country rich in natural resources with a variety of crops are grown, one of which is a spice plant. Plant herb is a plant that is used in addition to the food manufacturing process is also used as potential drugs medicines, such that the red ginger (Alpinia purpurata (Vieill) K. Sch). Red ginger is a plant that has been known to have the potential to cure many diseases. Generally, people use the red ginger to treat diarrhea and skin diseases caused by fungi. Ginjer contains phenol red that could serve as an antibacterial. The study was conducted to extract the phenolic compounds and identify them by Gas Chromatography and Mass Spectrometry (GCMS), with the following steps: extraction of samples, testing of phenolic compounds, and identification of phenolic compounds by GCMS. According to the research and identification was carried out on the red rhizome ethanol extract, we could conclude that the phytochemical tests showed positive rhizome containing phenol red. And from the GCMS got some phenolic compounds contained in the ethanol extract of rhizome of red, one compound with a molecular weight of 164 g / mol with molecular formula C10H12O2 .Keyword : Red gingge (Alpinia purpurata (Vieill) K. Sch), compound fenol, extraction, GCMS. ABSTRAK            Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam dengan berbagai jenis tanaman yang tumbuh, salah satu diantaranya adalah tanaman rempah - rempah. Tanaman rempah merupakan tanaman yang dimanfaatkan selain untuk proses pembuatan makanan juga cukup potensial dimanfaatkan sebagai obat – obatan, diantaranya yaitu lengkuas merah (Alpinia purpurata (Vieill) K. Sch). Lengkuas merah merupakan tanaman yang telah diketahui berpotensi dapat mengobati berbagai macam penyakit. Umumnya masyarakat menggunakan lengkuas merah untuk mengobati diare dan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur. Lengkuas merah mengandung senyawa fenol yang dapat berfungsi sebagai antibakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengekstraksi senyawa fenol dan mengidentifikasinya dengan Gas Chromatography dan Mass Spectrometry (GCMS), dengan melalui beberapa tahapan yaitu ekstraksi sampel, uji senyawa fenolik, dan identifikasi senyawa fenolik dengan GCMS. Berdasarkan hasil penelitian dan identifikasi yang telah dilakukan pada ekstrak etanol rimpang lengkuas merah, dapat disimpulkan bahwa uji fitokimia menunjukkan rimpang lengkuas merah positif mengandung senyawa fenol. Dan dari hasil GCMS didapatkan beberapa senyawa fenol yang terkandung pada ekstrak etanol rimpang lengkuas merah, salah satunya senyawa dengan berat molekul 164 g/mol yang mempunyai rumus molekul C10H12O2.Kata kunci : Lengkuas merah (Alpinia purpurata (Vieill) K. Sch), senyawa fenol, ekstraksi, GCMS.
PARAMETER FISIKA DAN KIMIA AIR KOLAM IKAN NILA HITAM (Oreochromis niloticus) Meilinda Pramleonita; Nia Yuliani; Ridha Arizal; Supriyono Eko Wardoyo
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 8 No. 1 (2018): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.032 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v8i1.107

Abstract

Physical and Chemical Parameters of Water Fish Pond Black Nile Tilapia (Oreochromis niloticus) Water is a natural resource that is essential for the survival of humans and other creatures, role of water is essential for life on earth, especially fish in the water habitat. Fish need a comfortable environment in order to be healthy and growing optimally. Therefore, the water, used as a habitat of life for the fish, have certain requirements. So the quality of the water must be very noted. Tilapia is a freshwater fish that has a great tolerance towards the environment, therefore it is highly appreciated by fish farmers in Indonesia.  Study of physical and chemical parameters in water of  tilapia fish pond was done due to lack of review of water quality of tilapia fish pond. The review is based on a sampling of water, i.e. morning and afternoon. A review of the pond water quality was expected to assist fish farmers got information about the qualities of water of tilapia fish pond in physical and chemical characteristics.  The method of this research was Grab (momentarily) methods in water sampling. Testing of water samples in physics done visually for color parameters, temperature using a thermometer device, and brightness parameters was using the secchi disk. In testing the chemical parameters were measurement of pH was using a pH meter Winkler method was done  for the parameters of dissolved oxygen (DO). Titrimetric method was done  for the parameters of  total hardness, and  carbon dioxide, whereas for ammonia parameter was done  by spectrophotometric method were measured using UV-Vissible. After testing all the parameters then interpretation was done for the parameter data.  The results showed the water quality of tilapia fish pond in the area Laladon – Bogor was not  yet qualified for a good fish pond water based on ISO 7550: 2009 Product ion of tilapia growing  level in calm water pond,  for parameter Ammonia levels should be <0.02 mg / L, and based on PPNo.8, on water Quality Standard by 2001. The difference in the parameter levels in the morning and during the day due to the process of respiration at night by the aquatic organisms that produce CO2 gas and the process of photosynthesis during the day by plankton, microalgae, and other aquatic plants to produce a compound O2. The existence of other human activities during the day also affects the difference in the data levels in the morning and day time.Keywords: Tilapia, pond water qualityABSTRAK Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya, Peranan air sangat penting bagi makhluk hidup di bumi terutama ikan yang berhabitat di dalam air. Ikan membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat dan tumbuh secara optimal. Oleh karena itu  air yang digunakan sebagai sumber kehidupan bagi ikan, memiliki persyaratan tertentu. Sehingga kualitas dari air harus sangat di perhatikan. Ikan nila merupakan ikan air tawar yang memiliki nilai toleransi yang besar terhadap lingkungannya sehingga sangat diminati oleh petani ikan di Indonesia. Studi parameter fisika dan kimia pada air kolam ikan nila dilakukan karena kurangnya peninjauan terhadap kualitas air kolam ikan nila. Peninjauan tersebut dilakukan berdasarkan waktu pengambilan sampel air, yaitu pada pagi dan siang hari. Peninjauan kualitas air kolam diharapkan dapat membantu para petani ikan mendapatkan informasi mengenai kelayakan kolam ikan nila secara fisika dan kimia.  Metode yang dilakukan penelitian ini adalah metode Grab (sesaat) untuk pengambilan sampel air. Pengujian sampel air secara fisika dilakukan secara visual untuk parameter warna, suhu dengan menggunakan alat pengukur suhu, dan metode secchi disk untuk parameter kecerahan. Pada pengujian parameter kimia dilakukan pengukuran pH dengan alat pengukur pH. Metode Winkler dilakukan untuk parameter dissolved oxygen (DO). Metode titrimetrik dilakukan untuk parameter s kesadahan total, dan karbondioksida, sedangkan untuk parameter ammonia dilakukan dengan metode spektrofotometri yang diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vissible. Setelah dilakukan pengujian semua parameter maka dilakukan interpretasi data hasil penelitian.  Hasil penelitian menunjukan kualitas air kolam ikan nila di daerah Laladon – Bogor belum memenuhi syarat untuk air kolam ikan yang baik berdasarkan SNI 7550:2009 Produksi ikan nila tingkat  pembesaran di kolam air tenang, untuk parameter Ammonia dengan kadar <0,02 mg/L, dan  berdasarkan Baku Mutu PPNo.82 tahun 2001. Terjadinya perbedaan kadar pada pagi dan siang hari dikarenakan terjadinya proses respirasi pada malam hari oleh organisme air sehingga menghasilkan senyawa CO2 dan terjadinya proses fotosintesis pada siang hari oleh plankton, mikroalga, dan tanaman air lainnya sehingga menghasilkan senyawa O2. Adanya aktifitas lain pada siang hari juga mempengaruhi terjadinya perbedaan kadar pada pagi dan siang hari.Kata kunci : Ikan nila, Kualitas air kolam
OPTIMASI SUHU PENGERINGAN DENGAN MENGGUNAKAN OVEN TERHADAP MUTU LADA HITAM DAN LADA PUTIH BUBUK RTM Sutamihardja; Nia Yuliani; Oktavio Rosani
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 8 No. 2 (2018): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.61 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v8i2.158

Abstract

Optimization of Drying Temperature Using Oven on Quality of Black Pepper and White Pepper Powder           Pepper (Piper Nigrum L) is an Indonesian spice plant widely used for export and import activity. The post-harvest process of pepper affected the quality, especially on the drying process. One of secondary metabolite compound is piperin. Piperin is an active substance of alkaloid group giving a distinctive spicy flavor to the pepper. Drying process by using the oven could improve the quality of pepper. The results showed that the optimum temperature for white pepper was 85° C for 20 minutes with the water content of 10.65%, total mold/yeast was 1 x 104 colony/g, and piperin content of 4.58%. For Black pepper, the optimum temperature was at 105° C for 20 minutes with the moisture content of 7.84%, total mold/yeast was 1.3 x 104 colony/g and piperin 5,01%.Keywords: White Pepper, Black Pepper, Piperin Content.ABSTRAK           Lada (Piper Nigrum L) adalah tanaman rempah Indonesia yang banyak digunakan untuk ekspor dan impor. Proses pasca panen lada yang tidak maksimal menyebabkan kualitas menurun. Lada memiliki senyawa metabolit sekunder berupa piperin. Piperin adalah zat aktif golongan alkoloid yang memberikan cita rasa pedas khas pada lada. Pengeringan dengan menggunakan oven mampu meningkatkan mutu lada. Hasil penelitian menunjukan suhu optimum untuk pengovenan lada putih adalah 85°C selama 20 menit dengan kadar air sebesar 10,65 %, AKK 1 x 104 koloni/ g, dan kadar piperin 4,58 %. Lada hitam efektif pada suhu optimum 105°C selama 20 menit dengan kadar air sebesar 7,84 %, AKK 1,3 x 104 koloni / g dan kadar piperin 5,01 %.Kata kunci : Lada Putih, Lada Hitam, Kadar Piperin
PENGIKATAN AFLATOKSIN B1 DENGAN HASIL EKSTRAKSI UMBI ILES-ILES (Amorpophallus oncophylus) SECARA INVITRO Nentin Surtini; Nia Yuliani; Agus Susanto
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 5 No. 2 (2015): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.575 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v5i2.262

Abstract

Aflatoksin B1 Binding with Tubers of Iles-Iles (Amorpophallus oncophylus) Extract on InvitroAnimal feed plays an important role in determining livestock productivity and food security for humans. Animal feed produced by the animal feed industry is still corn-soya based, its raw material composition is dominated by soybean and corn meal, which is easily contaminated with aflatoxin. Aflatoxin compounds known to cause disruption to both animals and humans, because it is carcinogenic. Some aflatoxin binding methods have been using glucomannan containing yeast product (GYP), hydrated sodium calcium aluminosilicate (HSCAS), zeolite, bentonite, kaolin, and activated carbon, and this method is imported so the price is quite expensive. This study aims to test the ability of extracted iles-iles as a binder of aflatoxin B1 in feed in vitro. The results showed that iles-iles extract can bind aflatoxin well like glucomannan from Mycosorb although the binding of Aflatoxin by Amorphophalus extract is less bound than the binder of Mycosorb. Giving extracts weighing 41.25; 82.1 and 102.75 mg have the aflatoxin binding ability with a 3.88-axis increase in succession; 6.25 and 5.97 ppb or as high as 9.86; 15.8; 15.2%. The binding of aflatoxin with glucomannan from the mycosorb product was able to absorb 27.10% aflatoxin in 41.25 mg binder weight and decrease in binder material 82.1 mg (19.63%) and 102.75 mg (23.97% ).Keywords: Aflatokin B1, iles-iles tubers, glucomannanABSTRAKPakan ternak memiliki peran penting karena menentukan produktivitas ternak maupun keamanan pangan bagi manusia. Pakan ternak yang diproduksi oleh industri pakan ternak masih berbasis corn-soya, komposisi bahan bakunya didominasi oleh bungkil kedelai dan jagung, yang mudah terkontaminasi aflatoksin. Senyawa aflatoksin diketahui dapat menimbulkan gangguan baik pada hewan maupun manusia, karena bersifat karsinogenik.  Beberapa metode pengikatan aflatoksin selama ini menggunakan glucomannan containing yeast product (GYP) (Mycosorb®), hydrated sodium calcium aluminosilicate (HSCAS), Zeolit, bentonit, kaolin, dan karbon aktif dan metode ini bahannya berasal dari import sehingga harganya cukup mahal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan hasil ekstraksi iles-iles sebagai pengikat aflatoksin B1 dalam pakan secara in vitro.  Hasil  penelitian didapat bahwa  ekstrak iles-iles dapat mengikat aflatoksin dengan baik seperti glukomanan dari  Mycosorb walaupun pengikatan Aflatoksin oleh ekstrak Amorphophalus lebih sedikit terikatnya dibandingkan dengan pengikat dari Mycosorb. Pemberian ekstrak dengan berat 41,25 ; 82,1 dan 102,75 mg memiliki  kemampuan mengikat  aflatoksin dengan  kecenderungan meningkat secara berturut turut 3,88; 6,25 dan 5,97 ppb atau sebesar 9,86; 15,8; 15,2%. Pengikatan aflatoksin dengan glukomannan dari produk mycosorb mampu menyerap 27,10% aflatoksin pada penggunaan bahan berat pengikat 41,25 mg dan menurun pada bahan berat bahan pengikat 82,1 mg (19,63%) dan 102,75 mg (23,97%).Kata kunci : Aflatokin B1, umbi iles-iles, glukomanan
PENETAPAN AMBANG BATAS KADAR Fe TOTAL DALAM PUPUK ORGANIK YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN KERACUNAN Fe TANAMAN PADI SAWAH Cahyadi Cahyadi; Nia Yuliani; Srikandi Srikandi
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 3 No. 2 (2013): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.846 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v3i2.63

Abstract

Determination of Threshold Levels of Total Fe in Organic Fertilizer that Have Potential to Cause Fe Poisoning for Rice Plant         The type and quality of organic fertilizers on the market either already registered or not registered are huge numbers . The Government has issued a Ministerial Regulation of Agriculture no 28 in  2009 on organic fertilizers, bio-fertilizers , and soil repair is now revised to Regulation of the Minister of Agriculture no 70 in 2011, in order to have  a good quality of solid organic fertilizer that having  Fe content does not exceed 9,000 mg / kg . This study aims to establish the total Fe content in the organic fertilizer that could potentially lead then to Fe toxicity for rice plant. The results showed that the effect of organic fertilizer and Fe levels were not significantly different in plant height number,number of seedling, dry straw weight , C - Organic , cation exchange capacity (CEC) and the grain content , but significantly different in plant height and number of tillers at 20 days after plantation . Fe - toxicity limited the total solid organic fertilizer with a dose of 1 ton / ha causing toxicity to rice varieties IR 64 on the ground Inceptisol of  54,318 mg Fe/ kg . Threshold in Fe - organic fertilizer with a total dose of 1 ton / ha which could potentially lead to Fe deficiency IR 64 rice varieties at 12,682 mg Fe/ kg , whereas Fe toxicity level was equal to 54,318 mg Fe/ kg .Keywords : TotalFe content, organicfertilizer, toxicity, rice ABSTRAK          Jenis dan mutu pupuk organik yang beredar di pasaran baik yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar jumlahnya sangat banyak.Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 28 Tahun 2009 tentang pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah yang saat ini sudah direvisi menjadi Peraturan Menteri Pertanian No. 70 Tahun 2011 bahwa agar pupuk organik padat berkualitas baik maka kadar Fe yang ada tidak melebihi 9.000 mg/kg. Penelitian ini bertujuan menetapkan kadar Fe total dalam pupuk organik yang berpotensi menyebabkan keracunan Fe untuk tanaman padi sawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pupuk organik dan kadar Fe tidak berbeda nyata pada tinggi tanaman, jumlah anakan, berat kering jerami, C-Organik, kapasitas tukar kation (KTK) dan isi gabah, tetapi berbeda nyata pada tinggi tanaman dan jumlah anakan pada 20 HST.   Batas toksisitas Fe-total dalam pupuk organik padat dengan dosis 1 ton/ha yang berpotensi menyebabkan keracunan Fe untuk tanaman padi varietas IR 64 pada tanah inceptisol sebesar 54.318 mg Fe/kg. Ambang batas Fe-total dalam pupuk organik dengan dosis 1 ton/ha yang berpotensi menyebabkan kekurangan Fe untuk tanaman padi varietas IR 64 sebesar 12.682 mg Fe/kg, sedangkan  tingkat keracunan Fe adalah sebesar 54.318 mg Fe/kg.Kata kunci : Kadar Fe total, pupuk organik, toksisitas, padi