Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGODEAN DIAGNOSIS PENYAKIT PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD TUGUREJO PROVINSI JAWA TENGAH A’yuni, Qisthi Qurrota; Puspita, Kori
Media Ilmu Kesehatan Vol 6 No 2: MIK Agustus 2017
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat FKes Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30989/mik.v6i2.209

Abstract

Background: The implementation of diagnosis coding in the Medical Record Unit at a health institution plays an important role in the administration of medical records at the hospital because it describes the quality management of medical records. In order to maintain the quality, it is crucial to accomplish the accreditation standard, especially at ICM. 13 related coding. Objective: This study aimed to understand the procedures of implementation, compliance disease diagnosis code execution in an outpatient based on accreditation standards KARS 2012, the percentage and the resistance of diagnosis coding implementation in outpatients. Methods: This research was a descriptive qualitative approach with cross sectional design. The subjects were medical records staff with Diploma 3 medical record education background, outpatients coding officer, reporting coordinator, the head of clinic space and a clinic nurse. The data collectin techniques used were observation, documentation and interview studies. Testing the validity of the data use triangulate of source and triangulate of techniq. Results: The coding was done by the medical records staffs and nurses, coding reference were in the form of policies, guidelines and standard operating procedure, guidelines used by nurses in coding was assistive book. Tugurejo Hospital Accreditation in Central Java province had fulfilled the five elements of ICM. 13 and passed the accreditation of type B-level plenary meeting. The percentage of outpatient coding implementation reached 78.6%, consisting of JKN amounted to 75.4% and 3.2% were non JKN. The barriers of coding implementation consists of five elements such as man, method, material, machine and money. Conclusion: In general the implementation of the coding in JKN outpatient has already done optimally, but for non JKN has not been optimal because of the inhibiting factors such as man, method, material, machine and money.   Keywords: coding, disease diagnosis, outpatient
TINJAUAN PELAKSANAAN PENGODEAN DIAGNOSIS PENYAKIT PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD TUGUREJO PROVINSI JAWA TENGAH Qurrota A’yuni, Qisthi; Puspita Ningsih, Kori
MEDIA ILMU KESEHATAN Vol 6 No 2 (2017): Media Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (73.394 KB) | DOI: 10.30989/mik.v6i2.189

Abstract

Background: The implementation of diagnosis coding in the Medical Record Unit at a health institution plays an important role in the administration of medical records at the hospital because it describes the quality management of medical records. In order to maintain the quality, it is crucial to accomplish the accreditation standard, especially at ICM. 13 related coding. Objective: This study aimed to understand the procedures of implementation, compliance disease diagnosis code execution in an outpatient based on accreditation standards KARS 2012, the percentage and the resistance of diagnosis coding implementation in outpatients. Methods: This research was a descriptive qualitative approach with cross sectional design. The subjects were medical records staff with Diploma 3 medical record education background, outpatients coding officer, reporting coordinator, the head of clinic space and a clinic nurse. The data collectin techniques used were observation, documentation and interview studies. Testing the validity of the data use triangulate of source and triangulate of techniq. Results: The coding was done by the medical records staffs and nurses, coding reference were in the form of policies, guidelines and standard operating procedure, guidelines used by nurses in coding was assistive book. Tugurejo Hospital Accreditation in Central Java province had fulfilled the five elements of ICM. 13 and passed the accreditation of type B-level plenary meeting. The percentage of outpatient coding implementation reached 78.6%, consisting of JKN amounted to 75.4% and 3.2% were non JKN. The barriers of coding implementation consists of five elements such as man, method, material, machine and money. Conclusion: In general the implementation of the coding in JKN outpatient has already done optimally, but for non JKN has not been optimal because of the inhibiting factors such as man, method, material, machine and money. Keywords: Coding, disease diagnosis, outpatient
Optimalisasi Pelaporan Standar Pelayanan Minimal Gawat Darurat Berbasis Teknologi Informasi puspita ningsih, kori; Nugroho Adhi, Sigid
The Journal of Innovation in Community Empowerment Vol 2 No 2 (2020): JICE
Publisher : Journal of Innovation in Community Empowerment

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.198 KB) | DOI: 10.30989/jice.v2i2.527

Abstract

Rumah sakit sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) wajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM RS). SPM RS juga sebagai tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit pada Standar Nasional Akreditas Rumah Sakit (SNARS) Bab PMKP 6. Pada tahun 2019 RSUD Panembahan Senopati Bantul menetapkan fokus peningkatan mutu pada pelayanan gawat darurat. Dalam pembuatan laporan SPM GD membutuhkan data yang cukup heteragon, tersebar dibanyak tempat dan belum real time. Apabila kualitas pelaporan SPM GD kurang baik maka akan mempengaruhi kualitas pelaporan SPM RS yang kurang baik pula. Hal ini tentunya akan mencerminkan kinerja rumah sakit. Metode dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah difusi ipteks yang digunakan dalam rangka pelatihan pemanfaatan aplikasi SPM GD berbasis web. Sebelum dilakukan pelatihan, diberikan penyuluhan mulai dari proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian laporan SPM GD. Kegiatan pengabdian berjalan lancar. Pada awalnya, register gawat darurat yang dihasilkan dari Sistem Informasi Rumah Sakit tidak dimanfaatkan sebagai bahan pengumpulan data SPM GD. Setelah dilakukan penyuluhan dan pelatihan, petugas akhirnya menyadari pentingnya pemanfaatan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas pelaporan SPM GD pada aspek ketersediaan, kemudahan, kesesuaian, kelengkapan dan ketepatan waktu dalam rangka meningkatkan efektifitas alur kerja petugas, kemudahan mengakses informasi, dan penyimpanan data terpusat pada manajamen basisdata.
Pendampingan Penilaian Kesiapan Penerapan Rekam Medis Elektronik Menggunakan Metode DOQ-IT di RS Condong Catur Sleman Praptana; Puspita Ningsih, Kori; Santoso, Sugeng; Sevtiani, Imaniar
The Journal of Innovation in Community Empowerment Vol 3 No 2 (2021): JICE
Publisher : Journal of Innovation in Community Empowerment

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.706 KB) | DOI: 10.30989/jice.v3i2.634

Abstract

Dalam upaya meningkatkan kinerja, RS Condong Catur berencana menerapkan aplikasi Sistem Manajemen Informasi Rumah Sakit (SIMRS) berbasis Rekam Medis Elektronik (RME). Melalui SIMRS berbasis RME ini diharapkan mampu menyajikan berbagai informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan lengkap. Kesiapan penerapan rekam medis elektronik penting dilakukan supaya aplikasi dapat berjalan dengan optimal dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Metode Doctor’s Office Quality-Information Technology (DOQ-IT) merupakan salah satu metode untuk menganalisis tingkat kesiapan penerapan sistem informasi berbasis rekam medis elektronik. Metode ini sangat tepat digunakan untuk menganalisis kesiapan sebelum sebuah aplikasi berbasis elektronik dioperasikan. Metode DOQ-IT menekankan pada empat komponen utama dalam suatu sistem kerja organisasi yaitu sumberdaya manusia, kepemimpinan tata kelola, budaya organisasi dan infrastruktur. Penerapan rekam medis elektronik tidak dapat berjalan maksimal apabila dari ke empat komponen ini belum siap. Melalui metode ini diharapkan akan mengetahui masalah yang dihadapi sehinga dapat dicari solusi segera untuk menanganinya. Pengabdian kepada masyarakat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan terkait pendampingan tatacara melakukan penilaian kesiapan penerapan RME mengunakan metode DOQ-IT kepada pimpinan dan staf RS Condong Catur. Kegiatan berjalan lancar. Pada awalnya Pimpinan dan staff RS Condong Catur belum mengetahui pentingnya penilaian kesiapan dalam proses penerapan RME. Setelah pendampingan penilaian menggunakan DOQ-IT melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini diketahui bahwa skor kesiapan sebesar 69,38 yang berarti RS Condong Catur cukup siap menerapkan SIMRS berbasis rekam medis elektronik.
PENDAMPINGAN PROSES TRANSFORMASI SISTEM PENJAJARAN REKAM MEDIS MENGGUNAKAN TERMINAL DIGIT FILING Kori Puspita Ningsih; Angga Eko Pramono; Dian Budi Santoso; Laili Rahmatul Ilmi; Heri Hernawan
Jurnal LINK Vol 17, No 1 (2021): MEI 2021
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2899.993 KB) | DOI: 10.31983/link.v17i1.6819

Abstract

Puskesmas sebagai penyedia sarana pelayanan kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat dan akurat. Oleh karena itu, puskesmas harus mampu mengelola rekam medis dengan baik sehingga rekam medis dapat disediakan dengan cepat dan tepat saat dibutuhkan. Puskesmas Gondokusuman 2 Kota Yogyakarta menerapkan sistem penyimpanan berkas rekam medis berdasarkan wilayah. Adanya peningkatan signifikan pada kunjungan pasien baru dari luar daerah menyebabkan penumpukan berkas rekam medis pada satu lokasi saja. Tujuan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini adalah melakukan transformasi sistem penjajaran rekam medis menggunakan TDF. Metode dalam kegiatan ini dengan pendekatan difusi ipteks, melalui rangkaian kegiatan penyuluhan, pelatihan dan demonstrasi sistem penjajaran rekam medis, pengadaan sarana proses transformasi sistem penjajaran berupa rak kayu serta pendampingan proses transformasi dari penjajaran rekam medis berdasarkan wilayah menjadi TDF dengan sasaran petugas rekam medis yang dilaksanakan selama 3 bulan. Hasil pengabdian ini adalah penerapan Terminal Digit Filing yang mampu menyimpan rekam medis tersebar ke dalam semua section rak penyimpanan, sehingga mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan penjajaran rekam medis. Diharapkan program evaluasi dan monitoring pendampingan proses transformasi sistem penjajaran TDF dapat dilakukan pada program PKM berikutnya untuk menjamin keberhasilan proses transformasi
PELATIHAN MIGRASI DATA REKAM MEDIS MANUAL KE ELEKTRONIK Kori Puspita Ningsih; Endang Purwanti; Imaniar Sevtiyani; Sugeng Santoso; Muhammad Rifqi Ma'arif
Jurnal LINK Vol 18, No 1 (2022): MEI 2022
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (764.201 KB) | DOI: 10.31983/link.v18i1.8433

Abstract

Proses migrasi rekam medis manual (kertas) ke elektronik, yaitu serangkaian proses dimulai dari pengenalan rekam medis elektronik berikut manfaatnya, menyediakan semua yang diperlukan untuk penerapan sistem dan pelatihan penggunaan rekam medis elektronik oleh pengguna, diperlukan untuk mendukung penerapan RME. RSUD Wates sedang mengembangkan Rekam medis Elektronik (RME) dan rencana akan mengimplementasikan RME pada tahun 2022. Tujuan dari kegiatan PKM ini adalah memberikan penyuluhan langkah-langkah kegiatan migrasi data rekam medis manual ke elektronik dan demonstrasi cara melakukan alih media kepada instalasi rekam medis, koordinator filing dan staff rekam medis RSUD Wates. Metode PKM menggunakan Pendidikan masyarakat melakui kegiatan penyuluhan dan demonstrasi cara melakukan alih media menggunakan mesin scanner. Kegiatan PKM berjalan dengan lancar. Setelah dilaksanakan kegiatan PKM, RSUD Wates berencana melakukan proses migrasi data rekam medis manual menjadi elektronik secara bertahap, sesuai kunjungan pasien. Pada akhir sesi tim PKM menyerahkan hibah printer scanner untuk mendukung kegiatan alih media rekam medis.
Analisis Desain Map Rekam Medis Heri Hernawan; Kori Puspita Ningsih
Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Vol 3, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.727 KB) | DOI: 10.31983/jrmik.v3i2.6331

Abstract

The medical record folder is a cover used for medical record forms in it to not scattered. The RMIK Lab of Jenderal Achmad Yani University Yogyakarta uses a medical record folder for student lab skills. The medical record map was designed in 2013 and has never been evaluated. This study aims to see the medical record folder 's function and analyze the medical record design folder from the physical, anatomical, and content aspects. This research uses descriptive research with a case study approach. The research location is in the Laboratory of Medical Records and Health Information (D-3), Faculty of Health, Jenderal Achmad Yani University, Yogyakarta. The results showed that the medical record folder in the RMIK Lab of Jenderal Achmad Yani University Yogyakarta was used to store and protect medical record forms, which are useful materials for students of the Medical Records and Health Information Study Program (D-3). The results of the analysis of the medical record folder on the physical, anatomical, and content aspects indicate that it is necessary to redesign the medical record folder on the anatomical elements, including: (1) adjusting the logo of the General Achmad Yani University Yogyakarta, (2) the identity of the hospital to become Unjani Yogya Hospital, (3) eliminating registration numbers and (4) adding a vital note column to attach color stickers to identify infectious diseases or write allergies on the medical record folder.ABSTRAKMap rekam medis (folder) merupakan sampul yang digunakan untuk melindungi formulir-formulir rekam medis yang ada di dalamnya agar tidak tercecer. Lab RMIK Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta menggunakan map rekam medis untuk praktikum lab mahasiswa. Map rekam medis di desain pada tahun 2013  dan belum pernah dilakukan evaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi map rekam medis dan menganalisis desain map rekam medis dari aspek fisik, anatomi dan isi. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan studi kasus. Lokasi penelitian ini di Laboratorium Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (D-3) Fakultas Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan map rekam medis di Lab RMIK Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta digunakan untuk menyimpan dan melindungi formulir-formulir rekam medis yang merupakan bahan praktik mahasiswa Program Studi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (D-3). Hasil analisis map rekam medis pada aspek fisik, anatomi dan isi menunjukkan perlu dilakukan redesain map rekam medis pada aspek anatomi meliputi: (1) menyesuaikan logo Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, (2)  identitas rumah sakit menjadi Rumah Sakit Unjani Yogya, (3) menghilangkan nomor registrasi dan (4) menambahkan kolom catatan penting untuk menempelkan stiker warna untuk mengidentifikasi penyakit menular maupun menuliskan alergi pada map rekam medis.
Manajemen Data Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Sigid Nugroho Adhi; Kori Puspita Ningsih
Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Vol 3, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.141 KB) | DOI: 10.31983/jrmik.v3i2.6288

Abstract

Hospitals as Regional Public Service Bodies (BLUDs) must make and submit documents as administrative requirements, one of which is the Minimum Service Standards (MSS). Therefore, the hospital is required to show its accountability by always meeting the MSS. The purpose of this study was to determine the Hospital Minimum Service Standard data management,. To describe the management of MSS data, the researchers used a descriptive type of research with a qualitative approach. They are collecting data in this study by observation and interviews with the Head of the Nursing and Quality Division and 21 quality coordinators in each unit of the Panembahan Senopati Bantul Hospital. Researchers maintain the validity of qualitative data by using triangulation techniques. The results of the study show that the regulations governing the implementation of the MSS RSUD Panembahan Senopati Bantul refer to (Bantul Regent Regulation Number 74 of 2017 concerning Guidelines for Financial Management of Regional Public Service Bodies (BLUD) at Panembahan Senopati Hospital Bantul, 2017). The flow of data collection for RSSMS went through a relatively long stage, involving 21 unit quality coordinators to be reported to the Quality Section and Clinical Audit. Furthermore, the Head of the Quality and Clinical Audit Section will present the SPM data for the unit into the RS SPM report. RS SPM data processing is still done conventionally using the Ms. program. Excel. MSS data is reported to the Top Management and then to the Regent of Bantul along with the hospital performance reports every semester and annually no later than two months after the reporting period ends. There are 32% (8 of 21 services) that reach the standard indicator. Utilization of hospital SPM data to fulfill statutory requirements, customer requirements, BLUD requirements, service quality measurements according to the SNARS PMKP chapter, and as a benchmark for hospital performance.ABSTRAKRumah sakit sebagai Badan layanan Umum Daerah (BLUD) mempunyai kewajiban membuat dan menyampaikan dokumen sebagai syarat administrasi, yang salah satu adalah Standar Pelayanan Minimal (SPM). Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk menunjukkan akuntabilitasnya dengan senantiasa memenuhi SPM RS. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui manajemen data Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM RS) di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Untuk dapat mendiskripsikan manajemen data SPM RS, maka peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data pada penelitian ini dengan observasi dan wawancara kepada Kepala Bidang Keperawatan dan Mutu, dan 21 koordinator mutu di masing-masing unit RSUD Panembahan Senopati Bantul. Untuk menjaga validitas penelitian kualitatif, maka dilakukan metode triangulasi sumber, teknik dan waktu. Hasil penelitian menunjukkan regulasi yang mengatur implementasi SPM RS di RSUD Panembahan Senopati Bantul mengacu pada (Peraturan Bupati Bantul Nomor 74 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di RSUD Panembahan Senopati Bantul, 2017). Alur perolehan data SPM RS melalui tahap yang cukup panjang, dengan melibatkan 21 koordinator mutu unit untuk dilaporkan kepada kepada Seksi Mutu dan Audit Klinik. Selanjutnya Kepala Seksi Mutu dan Audit klinik akan menyajikan data SPM unit tersebut menjadi laporan SPM RS. Pengolahan data SPM RS masih dilakukan secara konvensional dengan menggunakan program Ms. Excel. Data SPM RS dilaporkan kepada Top Manajemen untuk selanjutnya disampaikan ke Bupati Bantul bersamaan dengan laporan kinerja rumah sakit setiap semester dan tahunan paling lambat 2 bulan setelah periode pelaporan berakhir. Terdapat 32% (8 dari 21 pelayanan) yang mencapai satandar indikator. Pemanfaatan data SPM RS untuk memenuhi persyaratan perUndangan, persyaratan pelanggan, persayaratan BLUD, pengukuran mutu peayanan sesuai pada SNARS bab PMKP dan sebagai tolak ukur kinerja rumah sakit.
ANALISIS KELENGKAPAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT: LITERATURE REVIEW Kori Puspita Ningsih
Indonesian Journal of Health Information Management Vol. 1 No. 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Husada Karanganyar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.419 KB) | DOI: 10.54877/ijhim.v1i2.16

Abstract

Rekam medis yang dikatakan lengkap adalah rekam medis yang telah diisi lengkap oleh dokter dalam waktu < 24 jam setelah selesai pelayanan baik rawat inap maupun rawat jalan. Rekam medis dikatakana lengkap jika didalam nya minimal memuat tentang data biografi dan biografis. Rekam medis elektronik harus dibuat dengan seragam agar informasi yang diperoleh dari rekam medis elektronik menjadi lebih lengkap dan seragam. Dikarenakan rekam medis elektronik juga harus mencakup mengenai data personal, demografis, sosial, klinis dan berbagai eventklinis selama proses pelayanan dari berbagai sumber data (multimedia) dan memiliki fungsi secara aktif memberikan dukungan bagi pengambilan keputusan medis. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan literature review guna mengetahui kelengkapan data rekam medis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kelengkapan data administratif rekam medis belum sepenuhnya lengkap 100% lengkap bahkan beberapa penelitian hanya sampai 90%. Kelengkapan data administratif dominan terdapat pada data identitas pasien tetapi di dalam identitas pasien tidak di jabarkan kelengkapan data yang di masuk meliputi item data apa saja Kelengkapan data klinis rekam medis juga belum sepenuhnya 100% lengkap bahkan beberapa penelitian hanya mencapai 90%. Kelengkapan data klinis dominan terdapat pada data anamneses, catatan keperawatan, dan catatan observasi..
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DALAM RANGKA MENYAMBUT ERA NEW NORMAL Kori Puspita Ningsih; Angga Eko Pramono; Laili Rahmatul Ilmi; Ratna Prahesti; Tri Sunarsih; Ida Nursanti; Syairaji
Aptekmas Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol 5 No 2 (2022): APTEKMAS Volume 5 Nomor 2 2022
Publisher : Politeknik Negeri Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36257/apts.v5i2.4668

Abstract

To reduce the death rate and control the transmission of Covid-19 disease, promoting a healthy lifestyle program is needed. The community services program aimed to improve local community knowledge and attitudes in responding to Covid-19 at New Normal Era. Our participants were the village officer representative and cadres of Kanoman Hamlet, Banyuraden, Gamping, Sleman. We provided counseling and education program regarding a clean and healthy lifestyle. In addition, we conducted a training program for village officers on how to use medical examination tools, provide medical equipment assistance, and evaluate the program's success. The results show that the local community finally realized the importance of a clean and healthy lifestyle. Also, an education program on a clean and healthy lifestyle, cough etiquette, correct hand washing steps, and other health protocols are going to be continuously provided by village officers and cadres to the community through routine meeting forums. The training and provision of medical equipment also dramatically supports the implementation of health protocols in the hamlets of Kanoman, Banyuraden, Gamping, Sleman. Finally, it is necessary to provide further support and encourage the local community for the continuous prevention of covid-19.