Hernawati, Rika
Jurusan Teknik Geodesi - FTSP, Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Analisis Fenomena UHI (Urban Heat Island) Berdasarkan Hubungan Antara Kerapatan Vegetasi Dengan Suhu Permukaan (Studi Kasus: Kota Bandung, Jawa Barat) Tazkiatun Naf, M Zakir; Hernawati, Rika
Indonesian Journal of Geospatial Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Indonesian Journal of Geospatial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.52 KB)

Abstract

Banyaknya lahan yang beralih fungsi menjadi lahan terbangun di Kota Bandung mengakibatkan penyerapan panas meningkat. UHI (Urban Heat Island) merupakan fenomena peningkatan suhu udara di wilayah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan mencapai 3-10°C. Land Surface Temperature (LST) didapatkan menggunakan algoritma mono window. Hasil LST digunakan untuk menganalisis daerah yang telah terjadi fenomena UHI. Indeks vegetasi Soil Adjusted Vegetation Index (SAVI) menggunakan band red dan band near pada citra satelit Landsat 5 dan citra satelit Landsat 8. Pada tahun 1996 suhu minimumnya 12.4°C, suhu maksimumnya 25.8°C dan suhu rata-ratanya yaitu 19.1°C. Tahun 2018 suhu minimumnya 19.2°C, suhu maksimumnya 36.1°C dan suhu rata-ratanya yaitu 28.7°C. Terjadi peningkatan suhu rata-rata sebesar 9.6°C dalam rentang waktu 1996 sampai dengan 2018. Hasil korelasi antara SAVI dengan LST berbanding terbalik yang artinya semakin rapat vegetasi maka semakin rendah niali LST.
Analisis Pola Spasial Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bandung Menggunakan Indeks Moran Hernawati, Rika; Ardiansyah, Muhamad Yordi
Jurnal Rekayasa Hijau Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1098.522 KB) | DOI: 10.26760/jrh.v1i3.1774

Abstract

ABSTRACTBandung has the highest case of dengue fever in West Java, which is 3134 cases in 2014. The spread of dengue fever can be analyzed spatially by spatial autocorrelation to find out the correlation relationship pattern between locations. The method of spatial autocorrelation was using the Moran Index method. From these methods can determine the relationship of spatial autocorrelation in the spread of dengue fever and determine spatial distribution pattern of dengue fever in Bandung. The results of spatial autocorrelation analysis shows the spatial autocorrelation in dengue hemorrhagic cases in Bandung, the one-way significance test indicates a positive autocorrelation in Dengue hemorrhagic cases in Bandung and spatial distribution pattern is the spatial distribution pattern of the cluster.Kata kunci: spatial autocorrelation, spatial pattern, Moran Index, dengue fever.ABSTRAKKota Bandung merupakan kota yang mempunyai kasus penyakit demam berdarah tertinggi di Jawa Barat yang berjumlah 3134 kasus pada tahun 2014. Sebaran penyakit demam berdarah dapat dianalisis secara spasial yaitu dengan autokorelasi spasial untuk mengetahui pola hubungan korelasi antar lokasi. Metode autokorelasi spasial yang digunakan adalah metode Indeks Moran. Dari metode tersebut dapat menentukan hubungan autokorelasi spasial dalam penyebaran penyakit demam berdarah dan menentukan pola sebaran spasial penyakit demam berdarah di Kota Bandung. Dari hasil analisis autokorelasi spasial menunjukan terdapat autokorelasi spasial pada kasus demam berdarah dengue di Kota Bandung, uji signifikansi satu arah menunjukan adanya autokorelasi positif pada kasus demam berdarah Dengue di Kota Bandung dan pola sebaran spasial dihasilkan adalah pola spasial sebaran cluster.Keywords: Autokorelasi Spasial, Pola Spasial, Indeks Moran, demam berdarah.
Pemodelan Permukaan Digital Data Magnetik Survei Geofisika Udara menggunakan Metode Geostatistika untuk Ekplorasi Mineral (Daerah Studi: Wilayah Komopa, Papua) Nugroho, Hary; Sari, Dewi Kania; Hernawati, Rika
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2078.726 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2017i2.1767

Abstract

ABSTRAKDalam interpretasi data, data hasil survei geofisika udara umumnya perlu diubah menjadi model permukaan digital atau digital terrain model (DTM). Hal ini sebagai langkah untuk memudahkan dalam memahami kondisi data secara keseluruhan. Untuk membuat DTM banyak metode yang dapat diterapkan. Salah satu di antaranya adalah dengan metode Geostatistika Kriging. Penerapan metode Geostatistika Kriging dapat menggunakan berbagai macam teknik di antaranya adalah teknik Simple Kriging dan Disjunctive Kriging. Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan DTM untuk data magnetik dengan menggunakan kedua teknik ini dengan aproksimasi Gaussian Kernel dan Density Skew. Wilayah studi pada penelitian ini adalah wilayah Komopa, Kabupaten Painai, Provinsi Papua yang merupakan wilayah Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia. Adapun data yang digunakan adalah data hasil survei geofisika udara yang dilakukan pada periode 1983-1984. Hasil pemodelan yang diperoleh dari kedua teknik tersebut selanjutnya dibandingkan dan diperoleh hasil bahwa teknik Disjunctive Kriging dengan aproksimasi Density Skew lebih baik daripada teknik Simple Kriging dengan aproksimasi Gaussian Kernels maupun Density Skew.Kata kunci: survei geofisika udara, magnetik, DTM, geostatistika, krigingABSTRACTIn data interpretation, airborne geophysical survey results generally need to be transformed into a digital terrain model (DTM). This is an effort to facilitate in understanding the condition of the whole of data. To make the DTM, many methods can be applied. One of them is Kriging geostatistical method. Application of Kriging geostatistical method can use various techniques such as Simple Kriging and Disjunctive Kriging technique. In this research DTM processing for magnetic data has been performed by using both of these techniques with Gaussian Kernel and Density Skew approximation. The study area in this study is the area of Komopa, Painai District, Papua Province which is the area of Work Contract of PT. Freeport Indonesia. The data used is the data of airborne geophysical survey conducted in the period 1983-1984. The modelling results from the two techniques were then compared and the results showed that the Disjunctive Kriging technique with Density Skew approximation is better than Simple Kriging techique with Gaussian Kernels and Density Skew approximation.Keywords: airborne geophysical survey, magnetic, DTM, geostatistics, kriging
Pemetaan Pola Tanam dan Kalender Tanam Padi Sawah menggunakan Teknik Pengindraan Jauh Hernawati, Rika; Harto, Agung Budi; Sari, Dewi Kania
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1149.85 KB) | DOI: 10.26760/rg.v2017i2.1768

Abstract

ABSTRAKPemantauan dan prakiraan hasil tanam padi sawah penting untuk dilakukan antara lain dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional. Saat ini, pemantauan pertumbuhan tanaman padi sawah dapat dilakukan dengan mengaplikasikan teknologi pengindraan jauh, antara lain dengan mendeteksi fenologi tanaman padi sawah yang terekam pada setiap piksel citra yang selanjutnya dapat digunakan untuk pemetaan pola tanam dan kalender tanam padi sawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan algoritma deteksi fenologi padi sawah dengan menggunakan indeks vegetasi Enhanced Vegetation Index (EVI) dan Land Surface Water Index (LSWI) berkala yang diturunkan dari data citra MODIS, dengan menerapkan proses penapisan Gaussian. Penerapan teknik penapisan Gaussian pada data indeks vegetasi tersebut diharapkan dapat meminimalisasi derau, sehingga akan meningkatkan ketelitian hasil pendeteksian fenologi tanaman padi sawah. Wilayah studi mencakup 3 Kabupaten di Provinsi Jawa Barat bagian utara, yaitu Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan penapisan Gaussian pada metode deteksi fenologi padi sawah berbasis indeks vegetasi EVI dan LSWI berkala telah dapat meningkatkan ketelitian hasil deteksi tanggal-tanggal fenologis padi sawah. Keakuratan hasil estimasi luas tanam dan luas panen padi sawah divalidasi menggunakan data statistik dari Dinas Pertanian Kabupaten.Kata Kunci: deteksi fenologi, EVI, LSWI, penapisan GaussianABSTRACTMonitoring and forecasting yields of paddy rice are important to do, in order to maintain national food security. The current paddy crop growth monitoring can be done by applying remote sensing technology by detecting paddy phenology to produce the date of planting and harvest dates, which were recorded at each pixel of the digital image of rice field and can then be used for cropping pattern and planting calendar mapping. This research aims to develop a detection algorithm phenology paddy using vegetation indices Enhanced Vegetation Index (EVI) and Land Surface Water Index (LSWI) periodic image data derived from MODIS, by applying a Gaussian filtering process. The application of Gaussian filtering techniques to the data of vegetation indeces, EVI and LSWI, are expected to minimize the noise, thereby increasing the precision of detection of paddy rice crop phenology. The study area covers three districts in the northern part of West Java Province, i.e. Subang, Karawang and Bekasi. The results showed that the application of Gaussian filtering on the detection method of paddy rice phenology based on multitemporal vegetation indices EVI and LSWI can improve the precision of the detection of paddy phenological dates. The accuracy of the estimation results of the planting and harvested area of paddy were validated using statistical data from the District Agricultural Office.Keywords: phenology detection, EVI, LSWI, Gaussian filtering
Identifikasi Perubahan Garis Pantai dan Ekosistem Pesisir di Kabupaten Subang Handiani, Dian N; Darmawan, Soni; Hernawati, Rika; Suryahadi, Muhammad F; Aditya, Yohanes D
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.715 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2017i2.1765

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini adalah kajian awal dari valuasi ekonomi atas manfaat dan jasa ekosistem di pesisir Subang. Faktor-faktor utama dalam valuasi adalah keberadaan ekosistem dan perubahan di pesisir, serta manfaat dan jasa ekosistemnya. Estimasi perubahan garis pantai dihitung berdasarkan tumpang susun data satelit Landsat tahun 1988, 1996, 2003, dan 2016. Estimasi menunjukkan terjadi perubahan garis pantai sebesar 8,17 km sejak tahun 1988-2013. Perubahan tersebut didominasi oleh sedimentasi dan abrasi sepanjang pantai. Sedimentasi tertinggi terjadi di Kecamatan Pusakanagara (869,9 ha) dan Blanakan (725,4 ha), serta abrasi tertinggi terjadi di Kecamatan Legonkulon (885,8 ha). Ekosistem alami yang berubah dan dimanfaatkan secara intensif di pesisir Subang adalah kawasan estuari dan mangrove. Sehingga mengakibatkan penurunan fungsi ekologi pada ekosistem tersebut. Adapun lahan tambak sebagai ekosistem buatan yang menggantikan kawasan mangrove, hanya berfungsi sebagai penyedia kebutuhan pangan. Penelitian ini menunjukkan perlunya valuasi ekonomi atas lahan mangrove versus budidaya tambak di Kecamatan Legonkulon, serta kawasan estuari yang berfungsi sebagai sarana transportasi di Kecamatan Pusakanagara.Kata kunci: garis pantai, ekosistem pesisir, erosi, sedimentasi, SubangABSTRACTThis research is a preliminary study for economic valuation of coastal services and goods in Subang Regency. Main factors in the valuation are ecological existing, changing, services and goods of coastal ecosystem. Coastline changes estimation was based on the overlay of Landsat satellite image at year of 1988, 1996, 2003, and 2016. Estimation shows since year of 1988 to 2013 there is changing of coastline around 8,17 km. The changes are dominantly caused by coastline sedimentation and abrasion. Higher sedimentation occured in Pusakanagara (869,9 ha) and Blanakan (725,4) Subdistrict, while highest abrasion occured in Legonkulon (885,8 ha) Subdistrict. Estuary and mangrove forests are natural ecosystem that had been used intensively and changing very excessively in this region. These changing causes degradation in functions of these ecosystems. Meanwhile, changing of mangrove forest into aquaculture only provides food. This research shows the necessity in economic valution of mangrove forest versus aquaculture in Legonkulon Subdistrict, and also estuary as transportation function in Pusakanagara Subdistrict.Keywords: coastline, coastal ecosystem, erosion, sedimentation, Subang
Analisis Fenomena UHI (Urban Heat Island) Berdasarkan Hubungan Antara Kerapatan Vegetasi Dengan Suhu Permukaan (Studi Kasus: Kota Bandung, Jawa Barat) M Zakir Tazkiatun Naf; Rika Hernawati
Indonesian Journal of Geospatial Vol 7 No 1 (2018)
Publisher : Indonesian Journal of Geospatial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banyaknya lahan yang beralih fungsi menjadi lahan terbangun di Kota Bandung mengakibatkan penyerapan panas meningkat. UHI (Urban Heat Island) merupakan fenomena peningkatan suhu udara di wilayah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan mencapai 3-10°C. Land Surface Temperature (LST) didapatkan menggunakan algoritma mono window. Hasil LST digunakan untuk menganalisis daerah yang telah terjadi fenomena UHI. Indeks vegetasi Soil Adjusted Vegetation Index (SAVI) menggunakan band red dan band near pada citra satelit Landsat 5 dan citra satelit Landsat 8. Pada tahun 1996 suhu minimumnya 12.4°C, suhu maksimumnya 25.8°C dan suhu rata-ratanya yaitu 19.1°C. Tahun 2018 suhu minimumnya 19.2°C, suhu maksimumnya 36.1°C dan suhu rata-ratanya yaitu 28.7°C. Terjadi peningkatan suhu rata-rata sebesar 9.6°C dalam rentang waktu 1996 sampai dengan 2018. Hasil korelasi antara SAVI dengan LST berbanding terbalik yang artinya semakin rapat vegetasi maka semakin rendah niali LST.
Pemetaan Pola Tanam dan Kalender Tanam Padi Sawah menggunakan Teknik Pengindraan Jauh Rika Hernawati; Agung Budi Harto; Dewi Kania Sari
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPemantauan dan prakiraan hasil tanam padi sawah penting untuk dilakukan antara lain dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional. Saat ini, pemantauan pertumbuhan tanaman padi sawah dapat dilakukan dengan mengaplikasikan teknologi pengindraan jauh, antara lain dengan mendeteksi fenologi tanaman padi sawah yang terekam pada setiap piksel citra yang selanjutnya dapat digunakan untuk pemetaan pola tanam dan kalender tanam padi sawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan algoritma deteksi fenologi padi sawah dengan menggunakan indeks vegetasi Enhanced Vegetation Index (EVI) dan Land Surface Water Index (LSWI) berkala yang diturunkan dari data citra MODIS, dengan menerapkan proses penapisan Gaussian. Penerapan teknik penapisan Gaussian pada data indeks vegetasi tersebut diharapkan dapat meminimalisasi derau, sehingga akan meningkatkan ketelitian hasil pendeteksian fenologi tanaman padi sawah. Wilayah studi mencakup 3 Kabupaten di Provinsi Jawa Barat bagian utara, yaitu Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan penapisan Gaussian pada metode deteksi fenologi padi sawah berbasis indeks vegetasi EVI dan LSWI berkala telah dapat meningkatkan ketelitian hasil deteksi tanggal-tanggal fenologis padi sawah. Keakuratan hasil estimasi luas tanam dan luas panen padi sawah divalidasi menggunakan data statistik dari Dinas Pertanian Kabupaten.Kata Kunci: deteksi fenologi, EVI, LSWI, penapisan GaussianABSTRACTMonitoring and forecasting yields of paddy rice are important to do, in order to maintain national food security. The current paddy crop growth monitoring can be done by applying remote sensing technology by detecting paddy phenology to produce the date of planting and harvest dates, which were recorded at each pixel of the digital image of rice field and can then be used for cropping pattern and planting calendar mapping. This research aims to develop a detection algorithm phenology paddy using vegetation indices Enhanced Vegetation Index (EVI) and Land Surface Water Index (LSWI) periodic image data derived from MODIS, by applying a Gaussian filtering process. The application of Gaussian filtering techniques to the data of vegetation indeces, EVI and LSWI, are expected to minimize the noise, thereby increasing the precision of detection of paddy rice crop phenology. The study area covers three districts in the northern part of West Java Province, i.e. Subang, Karawang and Bekasi. The results showed that the application of Gaussian filtering on the detection method of paddy rice phenology based on multitemporal vegetation indices EVI and LSWI can improve the precision of the detection of paddy phenological dates. The accuracy of the estimation results of the planting and harvested area of paddy were validated using statistical data from the District Agricultural Office.Keywords: phenology detection, EVI, LSWI, Gaussian filtering
Identifikasi Perubahan Garis Pantai dan Ekosistem Pesisir di Kabupaten Subang Dian N Handiani; Soni Darmawan; Rika Hernawati; Muhammad F Suryahadi; Yohanes D Aditya
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini adalah kajian awal dari valuasi ekonomi atas manfaat dan jasa ekosistem di pesisir Subang. Faktor-faktor utama dalam valuasi adalah keberadaan ekosistem dan perubahan di pesisir, serta manfaat dan jasa ekosistemnya. Estimasi perubahan garis pantai dihitung berdasarkan tumpang susun data satelit Landsat tahun 1988, 1996, 2003, dan 2016. Estimasi menunjukkan terjadi perubahan garis pantai sebesar 8,17 km sejak tahun 1988-2013. Perubahan tersebut didominasi oleh sedimentasi dan abrasi sepanjang pantai. Sedimentasi tertinggi terjadi di Kecamatan Pusakanagara (869,9 ha) dan Blanakan (725,4 ha), serta abrasi tertinggi terjadi di Kecamatan Legonkulon (885,8 ha). Ekosistem alami yang berubah dan dimanfaatkan secara intensif di pesisir Subang adalah kawasan estuari dan mangrove. Sehingga mengakibatkan penurunan fungsi ekologi pada ekosistem tersebut. Adapun lahan tambak sebagai ekosistem buatan yang menggantikan kawasan mangrove, hanya berfungsi sebagai penyedia kebutuhan pangan. Penelitian ini menunjukkan perlunya valuasi ekonomi atas lahan mangrove versus budidaya tambak di Kecamatan Legonkulon, serta kawasan estuari yang berfungsi sebagai sarana transportasi di Kecamatan Pusakanagara.Kata kunci: garis pantai, ekosistem pesisir, erosi, sedimentasi, SubangABSTRACTThis research is a preliminary study for economic valuation of coastal services and goods in Subang Regency. Main factors in the valuation are ecological existing, changing, services and goods of coastal ecosystem. Coastline changes estimation was based on the overlay of Landsat satellite image at year of 1988, 1996, 2003, and 2016. Estimation shows since year of 1988 to 2013 there is changing of coastline around 8,17 km. The changes are dominantly caused by coastline sedimentation and abrasion. Higher sedimentation occured in Pusakanagara (869,9 ha) and Blanakan (725,4) Subdistrict, while highest abrasion occured in Legonkulon (885,8 ha) Subdistrict. Estuary and mangrove forests are natural ecosystem that had been used intensively and changing very excessively in this region. These changing causes degradation in functions of these ecosystems. Meanwhile, changing of mangrove forest into aquaculture only provides food. This research shows the necessity in economic valution of mangrove forest versus aquaculture in Legonkulon Subdistrict, and also estuary as transportation function in Pusakanagara Subdistrict.Keywords: coastline, coastal ecosystem, erosion, sedimentation, Subang
Pemodelan Permukaan Digital Data Magnetik Survei Geofisika Udara menggunakan Metode Geostatistika untuk Ekplorasi Mineral (Daerah Studi: Wilayah Komopa, Papua) Hary Nugroho; Dewi Kania Sari; Rika Hernawati
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKDalam interpretasi data, data hasil survei geofisika udara umumnya perlu diubah menjadi model permukaan digital atau digital terrain model (DTM). Hal ini sebagai langkah untuk memudahkan dalam memahami kondisi data secara keseluruhan. Untuk membuat DTM banyak metode yang dapat diterapkan. Salah satu di antaranya adalah dengan metode Geostatistika Kriging. Penerapan metode Geostatistika Kriging dapat menggunakan berbagai macam teknik di antaranya adalah teknik Simple Kriging dan Disjunctive Kriging. Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan DTM untuk data magnetik dengan menggunakan kedua teknik ini dengan aproksimasi Gaussian Kernel dan Density Skew. Wilayah studi pada penelitian ini adalah wilayah Komopa, Kabupaten Painai, Provinsi Papua yang merupakan wilayah Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia. Adapun data yang digunakan adalah data hasil survei geofisika udara yang dilakukan pada periode 1983-1984. Hasil pemodelan yang diperoleh dari kedua teknik tersebut selanjutnya dibandingkan dan diperoleh hasil bahwa teknik Disjunctive Kriging dengan aproksimasi Density Skew lebih baik daripada teknik Simple Kriging dengan aproksimasi Gaussian Kernels maupun Density Skew.Kata kunci: survei geofisika udara, magnetik, DTM, geostatistika, krigingABSTRACTIn data interpretation, airborne geophysical survey results generally need to be transformed into a digital terrain model (DTM). This is an effort to facilitate in understanding the condition of the whole of data. To make the DTM, many methods can be applied. One of them is Kriging geostatistical method. Application of Kriging geostatistical method can use various techniques such as Simple Kriging and Disjunctive Kriging technique. In this research DTM processing for magnetic data has been performed by using both of these techniques with Gaussian Kernel and Density Skew approximation. The study area in this study is the area of Komopa, Painai District, Papua Province which is the area of Work Contract of PT. Freeport Indonesia. The data used is the data of airborne geophysical survey conducted in the period 1983-1984. The modelling results from the two techniques were then compared and the results showed that the Disjunctive Kriging technique with Density Skew approximation is better than Simple Kriging techique with Gaussian Kernels and Density Skew approximation.Keywords: airborne geophysical survey, magnetic, DTM, geostatistics, kriging
Analisis Pola Spasial Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bandung Menggunakan Indeks Moran Rika Hernawati; Muhamad Yordi Ardiansyah
Rekayasa Hijau : Jurnal Teknologi Ramah Lingkungan Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrh.v1i3.1774

Abstract

ABSTRACTBandung has the highest case of dengue fever in West Java, which is 3134 cases in 2014. The spread of dengue fever can be analyzed spatially by spatial autocorrelation to find out the correlation relationship pattern between locations. The method of spatial autocorrelation was using the Moran Index method. From these methods can determine the relationship of spatial autocorrelation in the spread of dengue fever and determine spatial distribution pattern of dengue fever in Bandung. The results of spatial autocorrelation analysis shows the spatial autocorrelation in dengue hemorrhagic cases in Bandung, the one-way significance test indicates a positive autocorrelation in Dengue hemorrhagic cases in Bandung and spatial distribution pattern is the spatial distribution pattern of the cluster.Kata kunci: spatial autocorrelation, spatial pattern, Moran Index, dengue fever.ABSTRAKKota Bandung merupakan kota yang mempunyai kasus penyakit demam berdarah tertinggi di Jawa Barat yang berjumlah 3134 kasus pada tahun 2014. Sebaran penyakit demam berdarah dapat dianalisis secara spasial yaitu dengan autokorelasi spasial untuk mengetahui pola hubungan korelasi antar lokasi. Metode autokorelasi spasial yang digunakan adalah metode Indeks Moran. Dari metode tersebut dapat menentukan hubungan autokorelasi spasial dalam penyebaran penyakit demam berdarah dan menentukan pola sebaran spasial penyakit demam berdarah di Kota Bandung. Dari hasil analisis autokorelasi spasial menunjukan terdapat autokorelasi spasial pada kasus demam berdarah dengue di Kota Bandung, uji signifikansi satu arah menunjukan adanya autokorelasi positif pada kasus demam berdarah Dengue di Kota Bandung dan pola sebaran spasial dihasilkan adalah pola spasial sebaran cluster.Keywords: Autokorelasi Spasial, Pola Spasial, Indeks Moran, demam berdarah.