Santosa, Dhania A
Departement of Anesthesiology and Intensive Care Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penanganan Anestesi pada Pasien Pediatri dengan Cedera Otak Traumatik Sedang, Fraktur Impresi dan Edem Serebri Santosa, Dhania A; Kriswidyantomo, Prihatma; Maurid Edwar, Pesta Parulian; Hamzah, Hamzah
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Departement of Anesthesiology and Intensive Care Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24244/jni.v6i1.33

Abstract

Cedera otak traumatik merupakan penyebab terbanyak kecacatan dan kematian pada anak dan orang dewasa. Di Amerika Serikat, terjadi lebih dari 510.000 kasus cedera otak traumatik per tahun pada anak-anak usia 0-14 tahun;1 dengan 2.000–3.000 di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuan dari penanganan cedera otak traumatik selain menangani cedera primernya, juga untuk mencegah terjadinya cedera sekunder. Seorang anak laki-laki usia 12 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas dan didiagnosis dengan cedera otak traumatik sedang, fraktur impresi regio temporo parietal kanan dan edema serebri dengan komorbiditas anemia, rencana akan dilakukan pembedahan darurat untuk debridement, eksplorasi duramater dan rekonstruksi tulang. Pembedahan dilakukan dengan anestesi umum intubasi endotrakeal dan berjalan selama tujuh jam. Kondisi pasien selama pembedahan relatif stabil dan setelahnya dirawat di Ruang Observasi Intensif dengan bantuan ventilator. Setelah memastikan kondisi ekstrakranial normal, pasien kemudian disapih dari ventilator dan diekstubasi keesokan harinya. Pasien dipulangkan pada hari kedelapan setelah kejadian.Anesthesia Management in Pediatric Patient with Moderate Traumatic Brain Injury, Impression Fracture and Cerebral OedemaTraumatic brain injury is the leading cause of morbidity and mortality in pediatric and adult patients. In United States, 510,000 cases of traumatic brain injury occur each year in children aged 0-14 years;1 with 2.000-3.000 pass away each year. Cure the primary insult and prevent secondary injury are the important thing in traumatic brain injury. A 12-year-old boy had a motor vehicle accident and was diagnosed with moderate traumatic brain injury, impression fracture at the right temporo parietal region and cerebral edema, with anemia, planned for emergency surgery of debridement, duramater exploration and bone reconstruction. Surgery was done under general anesthesia using endotracheal intubation and lasted for seven hours. Patient’s condition remained relatively stable during surgery and was observed with ventilator supported in Intensive Observation Ward afterward. Once extracranial factors considered normal, patient was weaned and extubated the next day. Patient was sent home on the eight day after incident. Cedera otak traumatik merupakan penyebab terbanyak kecacatan dan kematian pada anak dan orang dewasa. Di Amerika Serikat, terjadi lebih dari 510.000 kasus cedera otak traumatik per tahun pada anak-anak usia 0-14 tahun;1 dengan 2.000–3.000 di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuan dari penanganan cedera otak traumatik selain menangani cedera primernya, juga untuk mencegah terjadinya cedera sekunder. Seorang anak laki-laki usia 12 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas dan didiagnosis dengan cedera otak traumatik sedang, fraktur impresi regio temporo parietal kanan dan edema serebri dengan komorbiditas anemia, rencana akan dilakukan pembedahan darurat untuk debridement, eksplorasi duramater dan rekonstruksi tulang. Pembedahan dilakukan dengan anestesi umum intubasi endotrakeal dan berjalan selama tujuh jam. Kondisi pasien selama pembedahan relatif stabil dan setelahnya dirawat di Ruang Observasi Intensif dengan bantuan ventilator. Setelah memastikan kondisi ekstrakranial normal, pasien kemudian disapih dari ventilator dan diekstubasi keesokan harinya. Pasien dipulangkan pada hari kedelapan setelah kejadian.
Pertimbangan Anestesia untuk Pasien dengan Deep Brain Stimulator Tertanam yang Menjalani Prosedur Diagnostik dan Pembedahan Santosa, Dhania A; Rasman, Marsudi; Hamzah, Hamzah; Saleh, Siti Chasnak
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement of Anesthesiology and Intensive Care Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Deep brain stimulation (DBS) akhir-akhir ini sering digunakan untuk penyakit Parkinson dan kelainan pergerakan lainnya. DBS sendiri merupakan suatu stimulator yang ditanam pada nukleus dalam di otak dan disambungkan dengan pembangkit pulsasi yang ditanam di bawah klavikula. Sebagai konsekuensinya, ahli anestesiologi akan lebih sering menghadapi pasien dengan sistem DBS tertanam dalam tubuh mereka untuk menjalani prosedur diagnostik dan pembedahan. Anestesia pada pasien-pasien ini memerlukan perhatian khusus karena adanya potensi interferensi antara neurostimulator dan alat-alat lainnya yang dapat menbahayakan pasien. Oleh karenanya penting bagi ahli anestesi untuk memahami hal-hal khusus pada pasien dengan deep brain stimulator tertanam yang menjalani tindakan diagnostic maupun pembedahan. Panduan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan oleh ahli anestesi pada pasien seperti ini masih sangat kurang dan masih sangat bergantung pada laporan kasus atau panduan yang berasal dari pabrik pembuatnya. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memberikan gambaran singkat mengenai sistem DBS dan penanganan anestesi pada pasien dengan alat DBS tertanam. Anesthesia Considerations in Patients with Implanted Deep Brain Stimulator undergoing Diagnostic and Surgery ProceduresDeep brain stimulation (DBS) has become an increasingly common treatment for Parkinson’s disease and other movement disorders. DBS consist of implanted stimulator at deep nuclei of the brain and, connected to a pulse generated which is implanted under clavicle. Consequently, anesthesiologists will increasingly encounter patients with implanted DBS system facing diagnostic and surgery procedures. Anesthesia management in such patients requires specific considerations due to the possible interference between neurostimulator and other devices which are potentially harmful to the patient. Therefore, it is important for anesthesiologists to understand specific issues in patients with implanted deep brain stimulator undergoing surgery and other diagnostic procedures. Guideline on these specific issues is very limited and highly relies on case report and manufacturer’s manual. The purpose of this review is to provide brief overview on DBS system and anesthesia considerations in patients with implanted DBS