Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

Assessment of precautionary measures against COVID-19 in Indonesian workplaces Muhammad Ricky Pratama; Agung Supriyadi; Nurhalina Sari
International Journal of Public Health Science (IJPHS) Vol 10, No 2: June 2021
Publisher : Intelektual Pustaka Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijphs.v10i2.20663

Abstract

As the coronavirus disease 19 (COVID-19) pandemic spread across Indonesia, the precautionary measures have been taken by nearly all stakeholders, including industries and employers. The purpose of this study is to assess the measures took against COVID-19 pandemic in the workplaces across the country. This research involved participants from 103 different companies using a questionnaire adapted from Better Work Indonesia (BWI), occupational safety and health association (OSHA) and centers for disease control and prevention (CDC) COVID-19 guidelines. The data analysis conducted with descriptive statistics that resulted with the following key findings. Indonesian companies have taken precautionary measures against COVID-19 at their workplace. Most aspects of COVID-19 preventive measures: policy and procedure, operational aspect, health and safety, and external activities have been observed by the vast majority of the subjects. This study found that among 30 COVID-19 programs, the emergency exercise at work was the only one that had not been conducted by more than half of respondents. As the number of active cases still growing at the time this study conducted, all precautionary measures against COVID-19 shall be carried out with consistency by the company management).
Perbandingan Ketahanan Hidup Pasien Hemodialisis dengan Komorbid Hipertensi Tahun 2018 Nurhalina Sari; Nova Muhani; Dias Dumaika; Aprizal Hendardi
JPKM: Jurnal Profesi Kesehatan Masyarakat Vol 2, No 2: Oktober 2021
Publisher : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47575/jpkm.v2i2.218

Abstract

Keberadaan pasien hemodialisis adalah akibat dari meningkatnya kasus penyakit ginjal kronis (PGK). Hipertensi menjadi salah satu faktor utama yang bisa mempercepat penurunan kualitas hidup penderita PGK. Diketahui rerata dan hubungan ketahanan hidup pasien hemodialisis dengan komorbid hipertensi di Rumah Sakit Abdoel Moeloek, Lampung. Penelitian menggunakan desain kohort retrospektif. Sumber data berasal dari dokumen rekam medis pasien hemodialisis di Rumah Sakit Abdoel Moeloek selama tahun 2018. Analisis data menggunakan kaplan meier dan regresi cox. Distribusi frekuensi menunjukkan sebanyak 283 (79.9%) orang yang mengalami hipertensi. Proporsi kelompok hipertensi yang meninggal sebanyak 147 (51.9%) orang. Rerata ketahanan hidup kelompok hipertensi adalah 38 bulan, sedangkan pada kelompok non-hipertensi adalah 47 bulan. Hasil uji regresi cox menunjukkan nilai p-value sebesar 0.033 dan hazard rasio 1.5 (95% interval kepercayaan 1.0-2.2). Rerata lama hidup pasien hemodialisis pada kelompok hipertensi lebih pendek dibandingkan kelompok non-hipertensi. Kelompok hipertensi memiliki risiko ketahanan hidup 1.5 kali lebih besar untuk mengalami kematian dibandingkan kelompok non-hipertensi pada pasien hemodialisis. Kesadaran untuk rutin mengukur tekanan darah dan melakukan deteksi dini hipertensi sangat dianjurkan melalui pemanfaatan program Posbindu (Pos Pelayanan Terpadu) di Puskemas dan mengoptimalkan sosialisasi program Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) kepada masyarakat melalui berbagai media.
Kesulitan Keluarga Dalam Merawat Orang Dengan Gangguan Jiwa di Wilayah Puskesmas Kesumadadi Kecamatan Bekri Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2020 mislianti -; Dhiny Easter Yanti; nurhalina sari
JIKMI (Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Indonesia) Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Indonesia (JIKMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kesulitan keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa dilihat dari  faktor keluarga, faktor budaya dan faktor peran petugas kesehatan. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kesumadadi Kabupaten Lampung Tengah pada bulan Oktober 2020. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan pendekatan fenomenologis dengan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara snowballing sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara mendalam terhadap 8 orang informan utama (Keluarga penderita gangguan jiwa), dan 1 orang informan kunci yaitu petugas kesehatan pemegang program di Puskesmas Kesumadadi, dan dilakukan focus group discussion (FGD) kepada 4 orang perwakilan dari keluargapenderita gangguan jiwa.Hasil penelitian diketahui bahwa kesulitan dalam merawat orang dengan gangguan jiwa adalah pengetahuan keluarga tentang perawatan orang dengan gangguan jiwa yang kurang, kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu dan jarak tempuh dari rumah ke puskesmas yang jauh. Masih adanya keluarga yang percaya dan membawa pasien melakukan pengobatan ke dukun. Petugas kesehatan telah berperan aktif dalam pelaksanaan program kesehatan jiwa dengan cara melakukan kunjungan rutin untuk memantau perkembangan pasien, memberikan edukasi dan motivasi kepada keluarga pasien.
Analisis Survival pada Penderita Gagal Ginjal Kronik dengan Komorbiditas Diabetes Melitus Nova Muhani; Nurhalina Sari
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 16 No. 2: JUNI 2020
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.203 KB) | DOI: 10.30597/mkmi.v16i2.9047

Abstract

Chronic Kidney Disease (CKD) is a global public health problem with an increasing prevalence and incidence of kidney failure a poor prognosis and high treatment costs. CKD is the leading cause of death globally, the biggest cause of CKD is comorbidity with diabetes mellitus. the highest mortality occurred in the first 6-12 months undergoing hemodynamic which is 33%. The purpose of this study was to determine the age, sex, hemoglobin level, and survival time of CKD patients undergoing hemodialysis based on diabetes mellitus comorbidity. The study design was a prospective cohort, with a sample of 159 respondents. The study used data from the daily report of the hemodialysis unit Abdul Moeloek Hospital in Lampung Province, responded is new patients undergoing hemodialysis were then observed for 12 months. The analysis used a survival analysis with Cox regression. The results showed an average survival of 5 months, death occurred (event) by 47.8%, patients with CKD with Diabetes mellitus comorbidity 27.7%. Hemodialysis respondents type of female (55,3%) and male (44,7%), age less than 60 years 64.4%, hemoglobin levels less than 7 mg% (severe anemia) 28.4%. Statistical test results obtained sex p=0.602, age p=0.582, anemia p=0.567, and a history of diabetes mellitus (p=0.001 with α=0.05, (Risk Ratio=2.3). CKD Patients with comorbidities with diabetes Mellitus they are should better maintain health with a protein diet and control blood sugar.
Exclusive Breastfeeding History Risk Factor Associated with Stunting of Children Aged 12–23 Months Nurhalina Sari; Marlida Yuliza Manjorang; Zakiyah Zakiyah; Madeleine Randell
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 16, No 1 (2021): Volume 16, Issue 1, February 2021
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21109/kesmas.v16i1.3291

Abstract

Stunting (low height-for-age) remains a global and national health problem because it increases the risk of disturbances in growth and development and mortality. Banjar Margo District, Tulang Bawang Regency, has the second-highest prevalence in Lampung Province, Indonesia. This study aimed to analyze the association of exclusive breastfeeding history and stunting in children aged 12–23 months in Banjar Margo District. This study used a cross-sectional design on 193 children aged 12–23 months. It was primary data conducted between April and May 2018 with a questionnaire. Data analysis was performed using the chi-square test and multiple logistic regression. The result showed that of 193 children, 29.5% were stunted. Children who were not exclusively breastfed were 3.1 times (95%CI = 1.5–6.4) more at risk of stunting than those exclusively breastfed, after controlling for mothers with low education and unemployment factors as confounding variables. Health promotion activities in primary/integrated health care should be focused not only on mothers but also on other people involved in child care, such as grandparents, at-home caregivers, and day carers.
Analisis Survival Pasien Hemodialisis dengan Hipertensi di Lampung Tahun 2016-2018 Nurhalina Sari; Nova Muhani
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 30 No 2 (2020)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v30i2.2251

Abstract

Abstract Chronic Kidney Disease (CKD) is now a serious health problem and millions die every year because they do not have access to treatment. One of the main risk factors for this catastrophic disease is hypertension. The purpose of this study was to determine survival rates in the hypertension and nonhypertension groups and to see the relationship between blood pressure, sex and age on the death status of CKD patients. The study used a retrospective cohort study design. The research data came from the medical records of patients in the hemodialysis room of Abdul Moeloek Hospital during 2016-2018, was 396 respondents. Data analysis used Kaplan Meier and Cox regression. The analysis showed the hypertensive groups were 320 (80.2 percent) and nonhipertensive groups were 76 (19.8 percent) with the proportion of hypertensive groups who died totaled 184 (57.5 percent) people. The average survival rate of the hypertension group was 33 months, whereas the nonhypertensive group was 44 months. The log rank test results show a p-value of 0.007 which indicates a lower survival rate between the hypertension and nonhypertension groups. The results of the multivariate cox regression test showed that the nonhypertensive group had a 1.6 times longer survival risk compared to the hypertensive group (p.value 0.006, 95 percent Confident Interval 1.2-2.3) after being controlled by sex. While the age variable was not significantly related to the death status of CKD patients (p.value 0.067). The conclusion is the average life span of CKD patients from the hypertension group is shorter than the nonhypertension group. The hypertension group had a shorter survival risk than the nonhypertensive group of CKD patients undergoing hemodialysis. In addition, female sex has a risk of survival longer after being controlled by blood pressure. Early detection of hypertension is highly recommended. This can be done by controlling blood pressure routines by utilizing the postbindu program at the health center. In addition, optimizing Germas (community movement healthy life) socialization was especially for young teenagers to be aware of the importance of health and to control routine blood pressure since the age of 15 years at risk. Abstrak Penyakit Ginjal Kronis (PGK) saat ini menjadi masalah kesehatan serius dan jutaan meninggal setiap tahun karena tidak mempunyai akses untuk pengobatan. Salah faktor risiko utama penyakit katastropik ini adalah hipertensi. Tujuan penelitian untuk diketahui angka ketahanan hidup pada kelompok hipertensi dan nonhipertensi serta melihat hubungan antara tekanan darah, jenis kelamin dan usia terhadap status kematian pasien PGK. Penelitian menggunakan desain studi kohort retrospektif. Data penelitian berasal dari rekam medis pasien di ruang hemodialisis RS Abdul Moeloek selama tahun 2016-2018 sebanyak 396 responden. Analisis data menggunakan kaplan meier dan regresi cox. Hasil analisis menunjukkan kelompok hipertensi sebanyak 320 (80.2 persen) dan nonhipertensi sebanyak 76 (19.8 persen) dengan proporsi kelompok hipertensi yang meninggal berjumlah 184 (57.5 persen) orang. Rata-rata ketahanan hidup kelompok hipertensi adalah 33 bulan, sedangkan pada kelompok nonhipertensi adalah 44 bulan. Hasil uji log rank menunjukkan nilai p-value sebesar 0.007 yang menunjukkan perbedaan survival rate lebih rendah antara kelompok hipertensi dan nonhipertensi. Hasil uji regresi cox multivariat menunjukkan kelompok nonhipertensi memiliki risiko ketahanan hidup 1.6 kali lebih lama dibandingkan dengan kelompok hipertensi (p.value 0.006, 95 persen Interval Kepercayaan 1.2-2.3) setelah dikontrol oleh jenis kelamin. Sedangkan variabel umur tidak berhubungan signifikan terhadap status kematian pasien PGK (p.value 0.067). Kesimpulan adalah rata-rata lama hidup pasien PGK dari kelompok hipertensi lebih pendek dibandingkan kelompok nonhipertensi. Kelompok hipertensi memiliki risiko ketahanan hidup lebih pendek dibandingkan kelompok nonhipertensi terhadap pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Selain itu, jenis kelamin perempuan memiliki risiko ketahanan hidup lebih lama setelah dikontrol oleh tekanan darah. Deteksi dini hipertensi sangat dianjurkan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengontrol rutin tekanan darah dengan memanfaatkan program posbindu yang ada di puskemas. Selain itu, optimalisasi sosialisasi Germas terutama untuk para remaja muda agar sadar tentang pentingnya kesehatan dan mengontrol tekanan darah rutin sejak usia berisiko 15 tahun.
Kesintasan Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Abdul Moeloek Lampung Tahun 2017-2018 Nova Muhani; Nurhalina Sari
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 30 No 3 (2020)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v30i3.2507

Abstract

Abstract Non-communicable diseases (NCD) have become health problems in various parts of the world. One of NCD which is a health problem is chronic kidney disease (CKD). CKD is a global public health problem with an increasing prevalence and incidence of kidney failure, poor prognosis and high cost of care. CKD is a cause of death globally, the biggest cause of CKD is coomorbidity with type 2 diabetes mellitus. The highest mortality occurred in less than the first 12 months of hemodialysis, which was 78,1%. The purpose of this study was to determine the age, sex, duration of survival of CKD patients undergoing hemodialysis based on comorbidity of type 2 diabetes mellitus. Retrospective cohort study designis used a, with a sample of 201 respondents. The study used data from the daily reports of the hemodialysis unit, namely patients who under went hemodialysis and then observed for 12 months. The outcome variable for mortality and its risks factors (diabetes, age, and gender). The analysis used survival analysis with cox regression. The results of the study were 37.8% of deaths occured, CKD patients with with diabetes mellitus comorbidity 24.9%. Respondents on hemodialysis are based on gender were male (45,3%) and female (54,7%) ages less than 45 years (27.4%).The Statistical test results obtained from non-diabetes mellitus group had a 3.1 times higher survival rate than the diabetes mellitus group (p value = 0.01). Abstrak Penyakit tidak menular (PTM) menjadi masalah kesehatan di berbagai belahan dunia. Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan adalah penyakit ginjal kronik (PGK). PGK merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi dan insidens gagal ginjal yang terus meningkat, prognosis yang buruk dan memerlukan biaya perawatan yang tinggi. PGK merupakan penyebab kematian secara global. Penyebab PGK terbesar adalah komorbiditas dengan diabetes melitus tipe 2. Kematian tertinggi terjadi pada kurang dari 12 bulan pertama menjalani hemodialisis yaitu sebesar 78,1%. Tujuan untuk mengetahui umur, jenis kelamin, lama ketahanan hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis berdasarkan komorbiditas diabetes melitus tipe 2. Desain penelitian kohort retrospektif dengan sampel sebesar 201 responden. Penelitian menggunakan data dari laporan harian unit hemodialisis yaitu pasien yang menjalani hemodialisis kemudian dilakukan observasi selama 12 bulan. Variabel outcome kematian dan faktor risikonya (diabetes, umur, dan jenis kelamin). Analisis yang digunakan analisis survival dengan cox regression. Hasil penelitian terjadi kematian sebesar 37,8%, pasien PGK dengan komorbiditas diabetes melitus 24,9%. Responden hemodialisis berdasarkan jenis kelamin Laki-laki (45,3%) dan perempuan (54,7%) umur kurang dari 45 tahun 27,4%. Hasil uji statistik diperoleh kelompok tidak diabetes melitus memiliki kesintasan 3,1 kali lebih tinggi dibandingkan kelompok diabetes melitus (p Value = 0,01).
DETERMINAN BERAT BAYI LAHIR DI PUSKESMAS PRINGSEWU, LAMPUNG: LAPORAN KOHORT IBU TAHUN 2016-2017 Hikmah Ifayanti; Khoidar Amirus; Nurhalina Sari
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol 9 No 2 (2018): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 9 NO. 2 TAHUN 2018
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.856 KB) | DOI: 10.22435/kespro.v9i2.416.99 - 107

Abstract

Latar belakang: Neonatus dengan berat lahir di atas atau di bawah indeks kurva normal memiliki risiko tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Di Provinsi Lampung, kejadian berat lahir rendah tahun 2015 sebesar 2,5 persen dan tahun 2016 menjadi 2,03 persen. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan langsung dan tidak langsung dengan berat bayi lahir di wilayah kerja Puskesmas Pringsewu Kabupaten Pringsewu tahun 2016-2017. Metode: Penelitian menggunakan desain studi cross sectional dengan sampel sebanyak 213 bayi lahir hidup dari laporan kohort ibu pada bulan Oktober 2016 sampai Desember 2017. Analisis data dengan model analisis jalur. Hasil: Kunjungan antenatal care (ANC) berhubungan tidak langsung dengan berat bayi lahir melalui masa gestasi, sedangkan ukuran lila ibu dan masa gestasi berhubungan langsung dengan berat bayi lahir. Setiap kenaikan 1 kali jumlah kunjungan ANC maka masa gestasi akan naik sebesar 0,35 minggu. Setiap kenaikan lingkar lengan atas (LiLA) ibu 1 cm, maka berat bayi akan naik sebesar 0,25 gram dan setiap kenaikan masa gestasi 1 minggu maka berat bayi akan naik sebesar 0,49 gram. Kesimpulan: Kunjungan ANC, masa gestasi, ukuran LiLA ibu berhubungan dengan berat bayi lahir. Disarankan kepada Puskesmas Pringsewu untuk dapat mengoptimalkan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi, melakukan penyuluhan gizi persiapan kehamilan, dan sosialisasi gerakan hidup sehat.
KUSTA DI PROVINSI LAMPUNG: STUDI EKOLOGI BERDASARKAN TREN WAKTU Nurhalina Sari; Eliza Eka Nurmala
JURNAL EKOLOGI KESEHATAN Vol 18 No 2 (2019): JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOL 18 NO.2 TAHUN 2019
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.486 KB) | DOI: 10.22435/jek.18.2.1372.88-98

Abstract

ABSTRACT Leprosy is a disease that can cause pain and disability, which in the end can affect a person's quality of life. Through the 2013 Bangkok Declaration, Indonesia declared itself that 2020 was a leprosy-free country. However, until 2015, there were still reports of leprosy cases, including in Lampung Province. This study aims to analyze spatial leprosy and its risk factors to get priority areas for leprosy handling in Lampung Province. The study used ecological study designs. The sources of leprosy data and risk factors came from secondary data at the Central Statistics Agency and Health Office in Lampung for the year 2011 to 2015. Data analysis using spatial analysis. The analysis shows that leprosy cases are divided into two categories, namely paucibacillary and multibacillary. Spatial analysis results for 5 years indicate that leprosy cases are dominant in Central Lampung and East Lampung Districts. Based on population density, number of poor people, sanitation, nutritional status, and health facilities, several districts have a high risk of leprosy. The conclusion of this study is the priority in handling leprosy cases should be focused in the Central Lampung District and East Lampung District. Keywords: Leprosy, Lampung, spatial analysis, ecological study ABSTRAK Kusta merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kesakitan dan kecacatan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Melalui Deklarasi Bangkok 2013, Indonesia menyatakan bahwa tahun 2020 menjadi negara bebas kusta. Namun, hingga 2015 masih terdapat laporan kasus kusta, termasuk di Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan menganalisis secara spasial kusta dan faktor risikonya untuk mendapatkan prioritas penanganan kusta di Provinsi Lampung dengan desain studi ekologi. Sumber data kusta dan faktor risiko berasal dari data sekunder di Badan Pusat Statistik dan Dinas Kesehatan di Lampung 2011 sampai dengan 2015. Analisis data menggunakan analisis spasial. Hasil analisis menunjukkan bahwa kasus kusta terbagi dalam dua kategori yaitu pausibasiler (PB) dan multibasiler (MB).Hasil analisis spasial selama 5 tahun menunjukkan bahwa kasus kusta dominan di Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur. Berdasarkan kepadatan penduduk, jumlah orang miskin, sanitasi, status gizi, dan fasilitas kesehatan, beberapa kabupaten memiliki risiko tinggi terhadap kasus kusta. Kesimpulan penelitian ini adalah prioritas penanganan kasus kusta sebaiknya difokuskan di wilayah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur. Kata kunci: Kusta, Lampung, analisis spasial, studi ekologi
KESULITAN KELUARGA DALAM MERAWAT ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA DI WILAYAH PUSKESMAS KESUMADADI KECAMATAN BEKRI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2020 Mislianti Mislianti; Dhiny Easter Yanti; Nurhalina Sari
Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip) Vol 9, No 4 (2021): JULI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.109 KB) | DOI: 10.14710/jkm.v9i4.30117

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kesulitan keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa dilihat dari  faktor keluarga, faktor budaya dan faktor peran petugas kesehatan. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kesumadadi Kabupaten Lampung Tengah pada bulan Oktober 2020. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan pendekatan fenomenologis dengan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara snowballing sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara mendalam terhadap 8 orang informan utama (Keluarga penderita gangguan jiwa), dan 1 orang informan kunci yaitu petugas kesehatan pemegang program di Puskesmas Kesumadadi, dan dilakukan focus group discussion (FGD) kepada 4 orang perwakilan dari keluargapenderita gangguan jiwa.Hasil penelitian diketahui bahwa kesulitan dalam merawat orang dengan gangguan jiwa adalah pengetahuan keluarga tentang perawatan orang dengan gangguan jiwa yang kurang, kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu dan jarak tempuh dari rumah ke puskesmas yang jauh. Masih adanya keluarga yang percaya dan membawa pasien melakukan pengobatan ke dukun. Petugas kesehatan telah berperan aktif dalam pelaksanaan program kesehatan jiwa dengan cara melakukan kunjungan rutin untuk memantau perkembangan pasien, memberikan edukasi dan motivasi kepada keluarga pasien.