Pembangunan PLTU dengan menggunakan batubara memberikan efek sampingan, limbah pembakaran batubara yang digunakan untuk pembangkit listrik adalah abu terbang. Abu terbang adalah material yang bersifat pozolan dan mengandung silika dan alumina dapat dilarutkan dengan menggunakan alkalis. Penggunaan sodium silikat (Na2SiO3) yang berfungsi mempercepat reaksi polimerisasi sebagai aktifator dan larutan alkalinya digunakan sodium hidroksida (NaOH) yang berfungsi untuk membantu proses pengikatan antar partikel. Tingkat pembentukan polimer dipengaruhi oleh beberapa parameter, salah satunya adalah molaritas alkali (sodium hidroksida). Penelitian ini meninjau pengaruh molaritas/konsentrasi larutan NaOH. Larutan NaOH divariasikan yaitu 2M, 6M, 10M dan 14M, dengan rasio Sodium Silikat terhadap Natrium Hidroksida tetap yaitu 1,5. Perbandingan abu terbang dengan alkali aktivator dilakukan variasi dari 70:30, 65:25 dan 60:40. Hasil yang diperoleh tahap pertama ini abu terbang limbah pembakaran dari PLTU Buntoi merupakan abu terbang tipe C, campuran yang memberikan nilai tertinggi sebesar 4,618 MPa adalah komposisi campuran dengan menggunakan rasio abu terbang terhadap alkali activator sebesar 60:40 dengan menggunakan konsentrasi larutan NaOH sebesar 14 M, rasio rasio Na2SiO3/NaOH sebesar 1,5. Agregat kasar yang dihasilkan termasuk agregat kasar ringan dengan berat jenis kondisi kering sebesar 1,534 , berat volume kering padat sebesar 799 kg/cm3  dan penyerapan air sebesar 7,212%. Abu terbang berpotensi untuk dibuat sebagai agregat kasar ringan buatan.Kata Kunci: Agregat Kasar Ringan, Abu Terbang, Geopolimer, Kuat Tekan, Berat Jenis, Berat Volume dan Penyerapan Air