Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Wellness%20And%20Healthy%20Magazine

Studi In Silico Potensi Antimalaria Passiflora Foetida Novian, Dede Rival
Wellness And Healthy Magazine Vol 4, No 1 (2022): February
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu (UAP) Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30604/well.204412022

Abstract

Malaria is a threat to 3.3 billion people (almost (50% of the world's population) in Asia and Africa. The World Health Organization (WHO) 2014 reported that there are two types of plasmodium, namely P. falciparum and P. vivax that play a role in malaria infection worldwide. Many antimalarial drugs, such as chloroquine, pyrimethamine, quinine, proguail, sulfadoxine, and artemisinin have been used to treat malaria. However, the use of anti-malarial drugs continuously can cause resistance. The plant Passiflora foetida is reported to have anti-cancer, antioxidant activity, analgesic, anti-inflammatory, antidiarrheal, antiepileptic, anticancer, antidepressant, antihyperglycemic, antihypertensive, antihistamine, anti-inflammatory, antimicrobial and antibacterial. However, the activity of these plants against antimalarial either in silico, in vitro or in vivo is not clearly known, so it needs to be done a more in-depth study. This study aims to look at the interaction between the bioactive compound Passiflora foetida and the Plasmodium falciparum ferredoxin: NADP+ reductase (PfFNR) receptor using the docking simulation method. The research method used to observe the interaction between the bioactive compound Passiflora foetida and the PfFNR receptor is molecular docking simulation. The result of this research is that Er-manin and Deidaclin ligands are predicted to have antimalarial potential. Ermanin has an energy affinity of -7.6 kcal/mol, while Deidaclin has an energy affinity of -6.8 kcal/mol. Both have lower affinity energy than the Quinone compound (positive control) which only has an affinity energy of -5.4 kcal/mol. However, this research using the docking simulation method still needs to be validated again using in vitro and in vivo methods.  Abstrak: Malaria merupakan ancaman bagi 3,3 miliyar penduduk (hampir (50% dari populasi dunia) di benua Asia dan Afrika. World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 melaporkan bahwa ada dua jenis plasmodium yaitu P. falciparum dan P. vivax yang berperan terhadap infeksi malaria diseluruh dunia. Banyak obat antimalaria, seperti klorokuin, pirimetamin, kuinin, proguail, sulfadoksin, dan ar-temisinin telah digunakan untuk terapi malaria. Namun, pengunaan obat anti mlaria secara terus menurus dapat menyebabkan resisten. Tanaman Passiflora foetida dilaporkan memiliki aktivitas anti-kanker, antioksidan, analgesik, antiinflamasi, antidiare antiepilepsi, antikanker, antidepresan, anti-hiperglikemik, antihipertensi, antihistamin, anti-inflamasi antimikroba dan antibakteri. Namun, aktivi-tas tanaman tersebut terhadap antimalaria baik secara in silico, in vitro maupun in vivo belum diketahui dengan jelas, sehingga perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam. Peneltian ini bertujuan untuk melihat interaksi antara senyawa bioaktif Passiflora foetida dengan reseptor Plasmodium falciparum ferredoxin: NADP+ reductase (PfFNR) dengan menggunakan metode simulasi docking. Metode penelitian yang digunakan untuk melihat interaksi antara senyawa bioaktif Passiflora foetida dengan reseptor PfFNR adalah simulasi molekular docking. Hasil dari peneltian ini adalah senyawa ligan Er-manin dan Deidaclin diprediksi mempunyai potensi antimalaria. Ermanin memiliki energi afinistas sebesar -7,6 kcal/mol, sedangkan Deidaclin memiliki ernegi afinitias sebesar -6,8 kcal/mol. Keduanya memiliki energi afinitas yang lebih rendah dari senyawa Quinone (Kontrol positif) yang hanya mem-iliki energi afinitas -5,4 kcal/mol. Namun demikian, penelitian dengan metode simulasi docking ini masih perlu di validasi lagi dengan menggunakan metode in vitro dan in vivo
Review: Potensi Obat Tanaman Moringa oleifera Dede Rival Novian
Wellness And Healthy Magazine Vol 4, No 2 (2022): Agustus
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu (UAP) Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30604/well.268422022

Abstract

The Moringa plant (Moringa Oleifera) is a small tree with a height of about 5 to 10 m. Moringa plants can be cultivated in all regions in Indonesia because they are suitable for all tropical climates in Indonesia. Every part of the Moringa plant can be used for nutrition and/or medicine. Apart from being a good source of protein, Moringa contains vitamins, oils, fatty acids, minerals and various phenolics, Moringa is also reported as an antimicrobial, anthelmintic, anti-inflammatory, anti-asthmatic, analgesic, antipyretic, antihypertensive, diuretic, cholesterol-lowering, antidiabetic, antioxidant, hepatoprotective, antitumor, antifertility, antispasmodic, antiulcer, cardiac stimulant and improve blood circulation. Its various pharmaceutical effects are identified as therapeutic drugs for various ailments in traditional medicine systems. This study provides a brief overview of the medicinal potential of the Moringa plant and its future as a component of modern medical systems. This study concludes that the Moringa plant requires a more comprehensive follow-up assessment to prove its ability in more modern medicine. Abstrak: Tanaman Kelor (Moringa oleifera) adalah pohon berukuran kecil dengan tinggi sekitar 5 sampai 10 m. Tanaman kelor dapat dibudidayakan di seluruh wilayah di Indonesia karena cocok dengan semua iklim trpis di Indonesia. Setiap bagian dari tanaman kelor dapat digunakan untuk nutrisi dan/atau obat. Selain sebagai sumber protein yang baik, kelor memiliki kandungan vitamin, minyak, asam lemak, mineral dan berbagai fenolik, kelor juga dilaporkan sebagai antimikroba, antihelmintik, anti-inflamasi, anti-asma, analgesic, antipiretik, Antihipertensi, diuretic, penurun kolesterol, antidiabtes, antioksidan, hepatoprotektif, antitumor, antifertilitas, antispasmodic, antiulkus, Stimulan jantung dan memperlancar peredaran darah. Berbagai efek farmasinya diidentifikasi sebagai obat terapeutik untuk berbagai penyakit dalam sistem pengobatan tradisional. Kajian ini memberikan gambaran singkat tentang obat-obatan potensi tanaman kelor dan masa depannya sebagai komponen sistem pengobatan modern. Studi ini menyimpulkan bahwa tanaman kelor membutuhkan penilaian lanjutan yang lebih komperhensif untuk membuktikan kemampuanya dalam pengobatan yang lebih modern.