Yani Dewi Suryani
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Implementation of Importance-Performance Analysis (IPA) for Improving Medical Students’ Quality of Service in Teaching Hospital Siska Nia Irasanti; Ieva Baniasih Akbar; Yani Dewi Suryani
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.865 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v8i1.5863

Abstract

One of the most relevant elements for improving the quality of an organization is the recognition of customer satisfaction and perceived quality of services. During their clerkship, medical students are required to work with different medical specializations in rotation and treat patients under the supervision of the attending physicians. The purpose of the study is to explore the medical students' quality of service using the importance-performance analysis (IPA) diagram that focused on the conformance level (CLi) between the actual service performance score and patient expectation score. This was a cross-sectional study involving 160 patients and patient caregivers at the Department of Pediatric of West Java Provincial Al-Ihsan Regional General Hospital Bandung, who was a purposive sampling method to participate in the study during January 2018. Results showed that the total CLi was less than 100%. The CLi scores for responsiveness, empathy, assurance, and reliability components were 84.57%, 84%, 83.56%, and 83.45%, respectively. It can be concluded that the services provided were good, but have not yet been able to meet the expectation of the patients. Overall, the IPA is useful to identify areas for strategic focus in improving the quality of services provided by medical students to help the hospital managers and faculty of medicine develop education management strategies. PENERAPAN IMPORTANCE-PERFORMANCE ANALYSIS (IPA) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN MAHASISWA SELAMA KEPANITERAAN DI RUMAH SAKIT PENDIDIKANSalah satu elemen yang paling relevan untuk meningkatkan kualitas organisasi adalah mengetahui kepuasan dan kualitas layanan yang dirasakan oleh konsumen. Selama kepaniteraan, mahasiswa kedokteran diwajibkan untuk berotasi melalui berbagai spesialisasi medis dan merawat pasien di bawah pengawasan dokter. Tujuan penelitian ini mengetahui kualitas pelayanan mahasiwa kedokteran dengan menggunakan diagram importance-performance analysis (IPA) yang berfokus pada tingkat kesesuaian (Tki) antara skor kinerja layanan aktual dan skor harapan pasien. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional yang melibatkan 160 pasien dan penunggu pasien di Departemen Ilmu Kesehatan Anak di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat Bandung dengan metode purposive sampling selama bulan Januari 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total Tki kurang dari 100%. Skor Tki untuk komponen respons, empati, assurance, dan reliabilitas masing-masing adalah 84,57%, 84%, 83,56%, dan 83,45%. Dapat disimpulkan bahwa faktor layanan yang diberikan baik, tetapi belum memenuhi harapan pasien. Meskipun demikian, IPA berguna untuk mengidentifikasi area untuk fokus strategis dalam meningkatkan kualitas layanan yang diberikan mahasiswa kedokteran untuk membantu manajer rumah sakit dan fakultas kedokteran mengembangkan strategi manajemen pendidikan.
Fecal Calprotectin in Preterm Infants Sepsis with and without Necrotizing Enterocolitis Symptoms Yani Dewi Suryani; Dwi Prasetyo; Dany Hilmanto
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.363 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v6i3.3337

Abstract

Necrotizing enterocolitis (NEC) is one of the severe gastrointestinal disorder that predominantly affects preterm infants with high morbidity and mortality. The initial clinical manifestations of NEC are non-specific and indistinguishable from sepsis which making delay in diagnosis. Delayed diagnosis might require surgery and even cause death. Calprotectin is a calcium-binding protein, abundantly present in cytosol fraction of neutrophils, also found in feces, and has been found to increase significantly in gastrointestinal inflammation. This study purpose to compare fecal calprotectin in sepsis preterm infants with symptoms of NEC to sepsis preterm infants without symptoms of NEC. The study was a comparative cross-sectional analytic study performed at the Neonatology ward of Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung, from October 2013 to January 2014 on 40 sepsis preterm infants aged <28 days. Fecal calprotectin was analyzed using enzyme-linked immunoassay (ELISA) kit. Mann-Whitney U test was used to compare the difference of fecal calprotectin concentration in both groups. There were 20 sepsis preterm infants with symptoms of NEC compared to 20 sepsis infants without abdominal symptoms. The concentration of fecal calprotectin was significantly higher in preterm sepsis infants with symptoms of NEC (790.67 μg/g) than preterm sepsis infants without symptoms of NEC (247.93 μg/g, p=0.019). The increasing of fecal calprotectin might provide relevant clinical information to pediatricians for early warning signs of NEC in preterm sepsis infants. In conclusion, fecal calprotectin in preterm sepsis infants with symptoms of NEC is higher compared to those without abdominal symptoms. CALPROTECTIN FESES PADA BAYI KURANG BULAN SEPSIS DENGAN DAN TANPA GEJALA ENTEROKOLITIS NEKROTIKANSEnterokolitis nekrotikans (EKN) merupakan salah satu gangguan gastrointestinal yang serius terutama pada bayi kurang bulan dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Gejala klinis awal EKN yang tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan sepsis menyebabkan keterlambatan diagnosis. Keterlambatan diagnosis dapat menyebabkan diperlukan tindakan pembedahan bahkan kematian. Calprotectin merupakan protein yang berikatan dengan kalsium banyak terdapat dalam sitosol neutrofil, dapat ditemukan dalam feses, dan diketahui meningkat signifikan pada keadaan inflamasi gastrointestinal. Penelitian ini bertujuan membandingkan kadar calprotectin feses pada bayi kurang bulan (BKB) sepsis dengan BKB sepsis tanpa gejala EKN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan kasus kontrol yang dilakukan di ruang rawat Neonatologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dari Oktober 2013 sampai Januari 2014 terhadap 40 BKB sepsis berusia <28 hari. Kadar calprotectin feses dianalisis menggunakan kit enzim-linked immunoassay (ELISA). Analisis data menggunakan Mann-Whitney U test untuk membandingkan kadar calprotectin feses antara kedua kelompok. Terdapat 20 BKB sepsis dengan gejala EKN yang dibanding dengan 20 BKB sepsis tanpa gejala EKN. Konsentrasi calprotectin feses pada kelompok BKB sepsis dengan gejala EKN lebih tinggi (790,67 μg/g) secara bermakna dibanding dengan kelompok BKB sepsis tanpa EKN (247,93 μg/g, p=0,019). Peningkatan kadar calprotectin pada feses dapat memberikan informasi klinis bagi dokter sebagai tanda awal EKN pada BKB sepsis. Simpulan, kadar calprotectin feses pada BKB sepsis dengan gejala EKN lebih tinggi dibanding dengan BKB sepsis tanpa gejala EKN.
The Increased Knowledge of Children Dental and Oral Health at the Baitus Syukur Orphanage in Bandung Siska Nia Irasanti; Yuniarti Yuniarti; Yuli Susanti; Yani Dewi Suryani; Revika Ilma Nurul Uswah; Risya Farisatul Aini; Novita Arya Cahyani; Hilal Muhammad Dimas Nugraha; Muhammad Mufti
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 9, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (49.158 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v9i3.8230

Abstract

The COVID-19 pandemic has led to restrictions on visits to the dentist except for emergency cases. It causes the examination and treatment of dental and oral diseases to be hampered, which is feared to impact a person's overall health condition negatively. Therefore, each individual is expected to maintain optimal dental and oral health to prevent it. Until now, based on the results of interviews with the head of the Baitus Syukur orphanage, it was stated that the level of awareness of foster children on the importance of maintaining dental and oral health was low, and they did not yet have a special examination program related to dental and oral health. This study aims to analyze whether there is an increase in children's knowledge in the Baitus Syukur orphanage after counseling on oral health. This type of research is a quasi-experiment with pre and post-test methods in March–April 2021. This study uses a total population of 24 children in the Baitus Syukur orphanage. The data were analyzed with the results of the Wilcoxon Test analysis at a 95% confidence level. It showed that statistically, there was a significant difference between the values before and after giving counseling materials to participants with p value=0.003 (p value≤0.05). The conclusion is that there is an increase in children's knowledge about dental and oral health at the Baitus Syukur orphanage after counseling. PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK DI PANTI ASUHAN BAITUS SYUKUR BANDUNGKondisi pandemik COVID-19 menyebabkan pembatasan kunjungan ke dokter gigi kecuali untuk kasus penyakit kesehatan gigi dan mulut darurat. Hal ini menyebabkan pemeriksaan dan perawatan penyakit gigi dan mulut terhambat yang dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi kesehatan seseorang secara menyeluruh. Untuk mencegah hal ini, setiap individu diharapkan dapat menjaga kesehatan gigi dan mulutnya secara optimal. Sampai saat ini, berdasar atas hasil wawancara dengan Ketua Panti Asuhan Baitus Syukur menyatakan bahwa tingkat kesadaran anak asuh dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut rendah dan belum memiliki program pemeriksaan khusus terkait kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan menganalisis apakah terdapat peningkatan pengetahuan anak di Panti Asuhan Baitus Syukur setelah dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut. Jenis penelitian ini adalah eksperimen quasi dengan metode pre and post-test pada Maret–April 2021. Penelitian ini menggunakan total populasi anak di Panti Asuhan Baitus Syukur yang berjumlah 24 orang. Data dianalisis menggunakan Uji Wilcoxon pada derajat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa secara statistik, terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai sebelum dan setelah pemberian materi penyuluhan pada  partisipan dengan p=0,003 (p≤0,05). Simpulan, terdapat peningkatan pengetahuan  anak mengenai kesehatan gigi dan mulut di Panti Asuhan Baitus Syukur setelah dilakukan penyuluhan.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hidup Penderita Talasemia Anak di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2019 Jamaluddin Kamil; Tito Gunantara; Yani Dewi Suryani
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 2 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i2.5848

Abstract

Talasemia merupakan penyakit genetik dan kronis yang dapat menyebabkan anemia berat sehingga mengganggu kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor apa saja yang memengaruhi kualitas hidup penderita talasemia anak di RSUD Al- Ihsan Kabupaten Bandung tahun 2019. Subjek penelitian adalah pasien talasemia anak di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung yang memenuhi kriteria inklusi. Data diambil menggunakan teknik total sampling dengan jumlah subjek 65 orang. Desain penelitian bersifat analitik dengan rancangan potong lintang. Penelitian menggunakan alat berupa kuesioner pediatric quality of life (PedsQL) yang berisi 23 pertanyaan. Hasil analisis univariat didapatkan kualitas hidup total subjek penelitian adalah buruk dengan rerata skor 68,9. Fungsi fisik, emosi, dan sekolah buruk dengan nilai rerata skor <80. Analisis bivariat dengan chi square test didapatkan hubungan bermakna antara faktor-faktor dengan kualitas hidup dengan nilai p≤0,05. Analisis multivariat dengan multiple logistic regression test didapatkan faktor yang paling dominan memengaruhi kualitas hidup yaitu fungsi sosial dengan koefisien beta 1,823 dan nilai p=0,039. Simpulan, rerata kualitas hidup penderita talasemia anak di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung adalah buruk. Fungsi yang terganggu yaitu fungsi fisik, emosi, dan sekolah. Faktor yang paling dominan memengaruhi kualitas hidup dengan nilai tertinggi yaitu fungsi sosial. FACTORS THAT INFLUENCE THE QUALITY OF LIFE OF CHILDREN WITH THALASSEMIA IN RSUD AL-IHSAN BANDUNG IN 2019Thalassemia is a genetic and chronic disease that can cause severe anemia that disrupts the quality of life. The purpose of this study was to determine the description and factors that influence the quality of life of children with thalassemia in RSUD Al-Ihsan Bandung in 2019. The subjects were pediatric thalassemia patients in RSUD Al-Ihsan Bandung who met the inclusion criteria. Data were taken using a total sampling technique with a total 65 subjects. This study design was analytic with cross sectional design. This study used a tool of a Pediatric Quality of Life (PedsQL) questionnaire containing 23 questions. Univariate analysis results found that the total quality of life of the study subjects was poor with a mean score of 68.9. Physical, emotional, and school functions were poor with an average score of <80. Bivariate analysis with chi square test found a significant relationship between factors with quality of life with a p value ≤0.05. Multivariate analysis with multiple logistic regression test found that the most dominant factor affecting the quality of life was social function with a beta coefficient of 1.823 (p=0.039). Conclusions, the average quality of life of children with thalassemia in RSUD Al-Ihsan in Bandung is poor. Functions that are disrupted are physical, emotional, and school functions. The most dominant factor influencing the quality of life with the highest value is social function.
Hubungan Stunting dengan Perkembangan Motorik Kasar dan Halus Anak Usia 2–5 Tahun di Desa Panyirapan, Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Citra Kartika; Yani Dewi Suryani; Herry Garna
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 2 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i2.5597

Abstract

Stunting adalah kondisi gizi kronik yang diakibatkan oleh pemberian nutrisi yang tidak seimbang dengan kebutuhan berdasar atas indeks panjang badan menurut usia dengan nilai melampaui <–2 Standar Deviasi (SD). Efek jangka pendek stunting salah satunya dapat memengaruhi perkembangan motorik. Stunting dan perkembangan motorik erat kaitannya dengan kuantitas dan kualitas nutrisi yang masih terbatas sehingga proses perkembangan saraf yang dibutuhkan untuk fungsi motorik menjadi terganggu. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan stunting dengan perkembangan motorik kasar dan halus pada anak usia 2–5 tahun di Desa Panyirapan, Kec. Soreang, Kab. Bandung periode Agustus–September 2019. Penelitian ini merupakan analitik observasional menggunakan desain kasus kontrol dengan prosedur matching. Subjek dipilih menggunakan teknik pemilihan purposive sampling didapat sampel 37 anak untuk tiap kelompok kasus dan kontrol. Penilaian perkembangan motorik kasar dan halus menggunakan kuesioner praskrining perkembangan aspek motorik kasar dan halus. Data status stunting didapat berdasar atas skor-z indeks tinggi badan menurut usia kurang dari –2 SD. Analisis data menggunakan Uji McNemar. Hasil uji diperoleh status gizi stunting kemungkinan 5,02 kali (IK95%: 1,46–17,21) mengalami suspek gangguan perkembangan motorik kasar (p=0,013) serta kemungkinan 6,28 kali (IK95%: 1,85–21,39) mengalami suspek gangguan perkembangan motorik halus dibanding dengan status gizi tidak stunting (p=0,012). Simpulan, terdapat hubungan stunting dengan perkembangan motorik kasar dan halus pada anak usia 2–5 tahun. CORRELATION BETWEEN STUNTING WITH GROSS AND FINE MOTOR DEVELOPMENT OF CHILDREN AGED 2–5 YEARS OLD IN PANYIRAPAN SUBDISTRICT SOREANG BANDUNGStunting is a chronic nutritional condition caused by the intake of nutrients that are not balanced with the needs based indicator of body length for age with values exceeding <-2 Standard Deviation (SD). One of the short-term effects of stunting can affect motor development. Stunting and motor development are closely related to the quantity and quality of nutrients that are still limited so that the process of nerve development needed for motor function is disrupted. This study aims to determine the relationship of stunting with gross and fine motor development in children aged 2–5 years in Panyirapan subdistrict, Soreang, Bandung. This study was an observational analytic using a case control design with matching procedures. Subjects selected by purposive sampling technique obtained 37 samples of children for each case and control group. Gross and fine motor development was measure using kuesioner pra-skrining perkembangan (KPSP). Stunting was measured by indicator of body length for age (z-score) less than –2SD. Data analysis using McNemar test. The test results obtained that stunting has a possibility of 5.02 times (95%CI: 1.46–17.11) suspected of impaired gross motor development (p=0.013), and a 6.28 times probability (95%CI: 1.85–21.39) had suspected impairment of fine motor development compared with non-stunting (p=0.012). Conclusion, there is an correlation between stunting with gross and fine motor development in children aged 2–5 years.
Scoping Review: Hubungan Tingkat Kebugaran Kardiovaskular dengan Gizi Lebih pada Anak Usia Sekolah Oryzafira Gayatri; Ratna Nurmeliani; Yani Dewi Suryani
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7369

Abstract

Gizi lebih saat ini telah menjadi masalah global, tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak dan remaja. Anak yang memiliki riwayat gizi lebih tetap mengalami gizi lebih ketika dewasa yang dapat memicu berbagai penyakit metabolik dan kardiovaskular yang berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat kebugaran kardiovaskular dengan gizi lebih pada anak usia sekolah. Metode penelitian ini adalah scoping review dengan database yang digunakan adalah Google Scholar, Science Direct, dan Springer Link dengan jumlah artikel yang didapat sebanyak 5.646 artikel. Hasil skrining pada artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 419 artikel dan kriteria eksklusi sebanyak 410 artikel. Setelah dilakukan telaah kritis, artikel yang di-review sebanyak sembilan artikel. Analisis dari sembilan artikel yang di-review menunjukkan bahwa anak dengan obesitas dan overweight meningkatkan risiko penurunan kebugaran kardiovaskular. Tingkat kebugaran anak gizi normal lebih tinggi daripada anak gizi lebih. Simpulan penelitian ini adalah anak gizi lebih memiliki tingkat kebugaran kardiovaskular yang rendah. SCOPING REVIEW: RELATIONSHIP BETWEEN CARDIOVASCULAR FITNESS LEVELS AND OVERNUTRITION IN SCHOOL-AGE CHILDRENOvernutrition has become a global problem, not only in adults but also in children and adolescents. Children with a history of overnutrition continue to experience overnutrition as adults. It can trigger various metabolic and cardiovascular diseases associated with morbidity and mortality. The study aimed to examine the relationship between cardiovascular fitness levels and overnutrition among school-age children. This research method is scoping review with the database used is Google Scholar, Science Direct, and Springer Link with the number of articles obtained as many as 5,646 articles. The screening results for articles that matched the inclusion criteria were 419 articles, and the exclusion criteria were 410 articles. After a critical review, there are nine articles to be review. An analysis of nine reviewed articles showed that obese and overweight children had an increased risk of decreased cardiovascular fitness. The fitness level of normal nutrition children is higher than children with overnutrition. This study concludes that children with overnutrition have a lower level of cardiovascular fitness.
Scoping Review: Pengaruh Kadar Gula Darah tidak Terkontrol terhadap Komplikasi Makrovaskular pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Nabila Maharani Suryanegara; Yani Dewi Suryani; Nuzirwan Acang
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7289

Abstract

Diabetes melitus (DM) tipe 2 adalah gangguan metabolik karena tubuh mampu menghasilkan insulin, namun tidak dalam kadar normal atau tidak dapat berespons terhadap efek insulin (resistensi insulin) sehingga menyebabkan hiperglikemia. Jika kadar gula darah tidak dikontrol dengan baik maka akan dapat menyebabkan komplikasi kronis berupa mikrovaskular seperti penyakit mata, neuropati dan nefropati, serta makrovaskular seperti penyakit arteri koroner, arteri perifer, dan serebrovaskular. Pada tahun 2013, riset menunjukkan prevalensi penderita DM di Indonesia tinggi, terutama di Provinsi Sulawesi Tengah. Tujuan penelitian ini mengetahui komplikasi makrovaskular pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan kadar gula darah tidak terkontrol. Metode penelitian scoping review dengan mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi suatu karya tulis ilmiah yang diterbitkan dalam rentang waktu 10 tahun terakhir yang dilakukan selama September–Desember 2020. Pencarian sistematis dilakukan melalui situs database PubMed, Springer Link, dan ProQuest. Sesuai dengan kriteria inklusi dan tidak termasuk eksklusi serta dilakukan skrining menggunakan kriteria kelayakan pada PRISMA dan disajikan dalam bentuk tabel hasil penelitian berisi uraian 9 artikel penelitian yang telah di-review. Simpulan: sembilan artikel menyatakan terdapat pengaruh kadar gula darah tidak terkontrol terhadap kemunculan komplikasi makrovaskular berupa penyakit arteri koroner, arteri perifer, dan serebrovaskular pada pasien diabetes melitus tipe 2. Kadar gula darah tidak terkontrol berkaitan dengan pembentukan plak aterosklerosis serta gangguan fungsi endotel sehingga pasien dengan miokardiak infark, gangren, dan iskemik strok merupakan presentasi yang umum pada pasien dengan kadar gula darah tidak terkontrol. SCOPING REVIEW: THE EFFECT OF UNCONTROLLED BLOOD SUGAR LEVELS ON MACROVASCULAR COMPLICATIONS IN TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENTSType 2 diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder because the body can produce insulin, but not at normal levels, or cannot respond to the effects of insulin (insulin resistance), causing hyperglycemia. If blood sugar levels have not properly controlled, it can lead to chronic complications in the form of microvascular diseases such as eye diseases, neuropathy, and nephropathy, and macrovascular diseases such as coronary artery disease, peripheral arteries, and cerebrovascular. In 2013, research showed the high prevalence of DM sufferers in Indonesia, especially in the province of Central Sulawesi. The objective of this study was to determine macrovascular complications in type 2 diabetes mellitus patients with uncontrolled blood sugar levels. Scoping review research method by identifying, analyzing, and evaluating a scientific paper published in the last ten years, conducted in September–December 2020. Systematic searches through PubMed, Springer Link, and ProQuest database sites. Following inclusion criteria and no exclusion criteria, screening was carried out using the eligibility criteria at PRISMA and presented in the form of a research table containing a reviewed descriptions of nine research articles. Conclusion: nine research articles stated an effect of uncontrolled blood sugar levels on the appearance of macrovascular complications, such as coronary artery disease, peripheral arteries, and cerebrovascular disease in patients with type 2 diabetes mellitus. Uncontrolled blood sugar levels were associated with atherosclerotic plaque formation and impaired endothelial function. Myocardial infarction, gangrene, ischemic stroke are common presentations in patients with uncontrolled blood sugar levels.