Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Babad Darmayu: Catatan Perlawanan Masyarakat Indramayu terhadap Kolonialisme pada Awal Abad ke-19 Hata, Nur
Manuskripta Vol 2, No 1 (2012)
Publisher : Manuskripta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ms.v2i1.403

Abstract

Artikel ini membahas sebuah teks yang terkandung dalam naskah kuno dari daerah Indramayu, Jawa Barat, yang berjudul  Babad Darmayu (BD). Pembahasan bertitik tolak dari naskah-naskah BD yang tersebar di masyarakat menjadi koleksi perseorangan. Naskah BD dideskripsikan  ísik  dan  isinya,  diikuti  dengan memberikan  uraian ringkas mengenai isi teksnya. Pembahasan isi teks difokuskan pada isi teks BD sebagai catatan perlawanan masyarakat Indramayu terhadap kolonialisme pada awal abad ke-19.
NASKAH KIDUNG NABI: ANALISIS TEMA DAN FUNGSI SOSIAL (The Manuscript of “Kidung Nabi”: Theme and Social Functions Analysis) Nurhata, Nurhata
METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra Vol 10, No 1 (2017)
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26610/metasastra.2017.v10i1.45-56

Abstract

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PEMAHAMAN SEJARAH SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH Galun Eka Gemini; Nurhata Nurhata
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v4i2.4532

Abstract

Sekarang ini pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik merupakan isu yang masih ramai digaungkan (aktual) di tiap-tiap sekolah di Indonesia. Ini merupakan bagian dari implementasi penerapan Kurikulum 2013 atau Kurtilas – yang diperuntukkan pada setiap mata pelajaran (termasuk mata pelajaran sejarah), juga pada tiap jenjang sekolah. Fenomena pembelajaran melalui pendekatan saintifik ini menjadi latar belakang yang diambil. Tujuannya adalah guna mengetahui sejauh mana pengaruh pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemahaman sejarah pada siswa. Adapun rumusan masalah penelitian ini: (1) pengaruh pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa; (2) pengaruh pendekatan saintifik terhadap pemahaman sejarah siswa; dan (3) manakah yang lebih besar mendapatkan pengaruh dari penggunaan pendekatan saintifik terhadap keduanya, kemampuan berpikir kritis atau pemahaman sejarah? Objek penelitian yang dipilih adalah SMA Negeri di Kabupaten Indramayu dengan mengambil sampel terdiri dari lima sekolah yang dianggap mewakili dan dibagi berdasar zona timur (SMAN 1 Sliyeg), selatan (SMAN 1 Tukdana), tengah (SMAN 1 Jatibarang), utara (SMAN 1 Indramayu) dan barat (SMAN 1 Haurgeulis). Sementara itu, sampel responden berjumlah 360 orang. Model penelitian yang diterapkan adalah metode survai dengan desain penelitian cross sectional desaign. Teknik pengumpulan data melalui angket atau kuesioner dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan pendekatan saintifik berpengaruh terhadap berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kabupaten Indramayu (t hitung (11,103) > t tabel (1,657)). Adapun besarnya pengaruh pendekatan saintifik terhadap berpikir kritis sebesar 33,3% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sementara penggunaan pendekatan saintifik berpengaruh terhadap pemahaman sejarah siswa SMA Negeri di Kabupaten Indramayu (t hitung (8,875) > t tabel (1,657)) dan besarnya pengaruh pendekatan saintifik terhadap pemahanan sejarah sebesar 42,5% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman sejarah dalam pembelajaran sejarah siswa, hendaklah menggunakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajarannya.
Rekonstruksi Sejarah Perlawanan Sultan Matangaji melalui Naskah Babad Nurhata Nurhata
Jurnal Tamaddun : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/tamaddun.v8i2.6858

Abstract

Banyak peristiwa masa lalu Cirebon yang belum terungkap yang darinya memunculkan banyak spekulasi. Satu diantaranya tentang sejarah Cirebon pada masa Sultan Sepuh V, Sultan Matangaji. Dengan menggunakan pendekatan filologi penelitian ini berusaha merekonstruksi sejarah Sultan Matangaji melalui naskah-naskah babad atau historiografi tradisional. Sultan Matangaji adalah tokoh kunci untuk memahami “sejarah  peteng” Cirebon pada awal abad ke-19. Perlawanan Sultan Matangaji terhadap Belanda dengan mengerahkan dua panglima perang, Raden Welang dan Raden Kertawijaya ke Batavia, menjadi titik balik bagi arah sejarah Cirebon di masa-masa berikutnya. Begitu banyak dampak yang diakibatkannya. Catatan kolonial menyebutkan sejumlah jabatan tidak lagi dibawah wewenang sultan Cirebon tetapi seorang residen. Sementara naskah babad menyebutkan luas kekuasaan Cirebon dibatasi menjadi 1000 pasagi.
Babad Darmayu: Catatan Perlawanan Masyarakat Indramayu terhadap Kolonialisme pada Awal Abad ke-19 Nurhata Nurhata
Manuskripta Vol 2 No 1 (2012): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.218 KB) | DOI: 10.33656/manuskripta.v2i1.31

Abstract

Artikel ini membahas sebuah teks yang terkandung dalam naskah kuno dari daerah Indramayu, Jawa Barat, yang berjudul Babad Darmayu (BD). Pembahasan bertitik tolak dari naskah-naskah BD yang tersebar di masyarakat menjadi koleksi perseorangan. Naskah BD dideskripsikan ik dan isinya, diikuti dengan memberikan uraian ringkas mengenai isi teksnya. Pembahasan isi teks difokuskan pada isi teks BD sebagai catatan perlawanan masyarakat Indramayu terhadap kolonialisme pada awal abad ke-19.
Revitalisasi Kearifan Lokal Naskah-naskah Primbon Koleksi Masyarakat Indramayu Nurhata Nurhata
Manuskripta Vol 8 No 2 (2018): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (685.807 KB) | DOI: 10.33656/manuskripta.v8i2.113

Abstract

The primbon manuscript has concrete implications for social life, both concerning individual needs and collective needs of society. Various problems faced by the community some time ago, referring to the primbon as a reference, because the truth has been tested, like a roadmap that will direct someone to a specific goal. The use of primbon is generally through "smart people" or dukun, who are considered to have more ability. In Indramayu, there are at least five types of primbon namely petungan (calculation), pranata mangsa, ngalamat, prayers and spells, and predictions ‘ramalan'. Now the primbon manuscript is increasingly alienated from the inheritor's society, even though it contains a variety of local wisdom and knowledge that may still be relevant to today's society. Therefore, an effort is needed to in still awareness of the urgency of the primbon of the community and reintroduce the contents of the primbon manuscripts, which can be done through a philological approach. -- Naskah primbon memiliki implikasi konkrit bagi kehidupan sosial, baik menyangkut kebutuhan perorangan maupun kebutuhan masyarakat secara kolektif. Berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat pada beberapa waktu lalu, merujuk pada primbon sebagai acuannya, karena kebenarannya telah teruji, ibarat petunjuk jalan yang akan mengarahkan seseorang pada tujuan tertentu. Penggunaan atas primbon pada umumnya melalui “orang pintar” atau dukun, yang dianggap memiliki kemampuan lebih. Di Indramayu, sedikitnya ada lima jenis primbon yaitu petungan (perhitungan), pranata mangsa, ngalamat, doa dan mantra, serta ramalan. Kini naskah primbon semakin terasing dari masyarakat pewarisnya, padahal di dalamnya memuat beragam kearifan lokal dan ilmu pengetahuan yang mungkin masih relevan bagi masyarakat dewasa ini. Oleh karena itu diperlukan usaha menanamkan kesadaran akan urgensi primbon bagi masyarakat serta memperkenalkan kembali kandungan isi dari naskah-naskah primbon, di antaranya dapat dilakukan melalui pendekatan filologi.
NASKAH SURAT AKTA JUAL BELI TANAH SAWAH: KEPEMILIKAN TANAH PADA AWAL ABAD KE-20 Hata Nurhata
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 11, No 1 (2019): PATANJALA Vol. 11 No. 1, MARCH 2019
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1060.709 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v11i1.441

Abstract

Penelitian ini akan menguraikan salah satu naskah (manuscript) akta jual beli tanah sawah yang ditemukan di Desa Srengseng, Indramayu. Akta yang menjadi objek penelitian ini adalah yang paling tua, ditulis dengan menggunakan aksara Jawa, bahasa Jawa. Dilihat dari kandungan isinya, surat tersebut tergolong surat penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk melacak kandungan isi surat sebagai representasi zamannya. Metode yang digunakan adalah filologi. Beberapa pihak yang tercatat dalam surat adalah nama penjual dan pembeli, juru tulis, kuwu, dan saksi-saksi, termasuk mengenai luas tanah dan lokasinya juga dijelaskan, sebagaimana surat jual beli tanah pada umumnya, baik yang dikenal pada awal abad ke-20 atau pada saat ini. Adapun kandungan isinya berupa keterangan bahwa Bapak Salinah membeli sebidang tanah sawah kepada seorang mantan kuwu, Bapak Kadam, pada tanggal 10 November 1915, seharga 32 rupiah. Surat tersebut menegaskan bukti sah kepemilikan atas sebidang tanah sawah pada awal abad ke-20.This study describes one of the manuscripts about the deed of sale and purchase of rice field that had been found in Srengseng Village, Indramayu. The deed that is finally used as the data is the oldest one. The chosen manuscript is written in Javanese scripts. Referring to its content, the letter is classified as an important letter. The purpose of this research is to investigate the content of the old deed. Furthermore, the method which is applied is philology. As a research of this research is there are some parties written in the old deed, namely seller`s and buyer`s name, a clerk`s name, village chief, and a couple of witnesses or more. Beside that, some modern deed elements such as the size of the area and the location, as commonly known nowadays, also exist. Regarding the story of the content, the manuscripts tells about Mr. Salinah who purchased  a rice field from and ex village chief, named Mr. Kadam, at November 10th, 1915, for 32 Indonesian rupiah. Finally this deed manuscript can be regarded as an ownership legitimisation  of a rice field in the early of 20th century.
Cerita Dhampu Awang dalam Naskah Nyi Junti: Mengurai Hubungan Indramayu dan Tionghoa pada Abad ke-15 Nurhata Nurhata
Jurnal Tamaddun Vol 10, No 1 (2022)
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/tamaddun.v10i1.9752

Abstract

The story of Dhampu Awang or known as Ma Huan is very popular among the coastal community groups of Indramayu. Traces of the past associated with Dhampu Awang can be traced from ancient sites, oral traditions, and manuscripts. A more specific story about Dhampu Awang is described in the Nyi Junti manuscript. This study describes the traces of the Chinese in Indramayu in the 15th century based on the Tamanan Site (Situs Tamanan), the Dhampu Awang folklore, and the Nyi Junti manuscript. The three sources after the dialogue affirmed each other. After being analyzed, we get a picture of the role of the Chinese in filling the early stages of the development of the Islamic sultanate of Cirebon (15th century), in which Dhampu Awang's position is a key figure. The results of the analysis obtained an overview of the role of the Chinese in filling the development phase of the coastal area of Indramayu, where Dhampu Awang is the key figure. The relationship between the Indramayu community and Chinese immigrants is mutually beneficial, giving a distinct impression, especially for those who live in coastal areas
Narasi Moderasi Beragama dalam Naskah Serat Carub Kandha Agus Iswanto; Nurhata; Asep Saefullah
Jurnal Lektur Keagamaan Vol 19 No 1 (2021): Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 19 No. 1 Tahun 2021
Publisher : Center for Research and Development of Religious Literature and Heritage, Agency for Research and Development and Training, Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.83 KB) | DOI: 10.31291/jlka.v19i1.910

Abstract

A number of traditional historiographies are narrated in manuscripts from Cirebon, not a few that mention religious moderation. However, the babad manuscripts tend to change their perspective when it enters the Colonialism era. The narrative of tolerance between ethnic groups or between religions was experiencing serious friction. There is a manuscript that comes from the Cirebon tradition, which narrates implicitly about religious moderation in the early eras of the development of Islam and the port cities, namely Serat Carub Kandha. This article discusses three issues related to religious moderation in Serat Carub Kandha, namely: (1) the context behind the writing and copying of the Serat Carub Kandha manuscript; (2) the narrative of religious moderation in the Serat Carub Kandha; (3) Its relevance for current religious life in Indonesia. The source that was used as the primary material for the research was the Serat Carub Kandha manuscript, the collection of Rafan Hasyim in Cirebon, written by Pegon. With a philological and hermeneutic approach, this article shows that the Serat Carub Kandha manuscript is historical evidence and collective memory of the practice of religious moderation in Indonesia's past, especially on the north coast of West Java. The moderation narrative that has emerged is about respecting other religions, accommodating local culture, and anti-violence. Keywords: Babad manuscripts, Cirebon, religious moderation, Serat Carub Kandha   Sejumlah historiografi tradisional yang dinarasikan dalam naskah-naskah (manuscripts) asal Cirebon, tidak sedikit yang menyinggung tentang moderasi beragama. Namun demikian, kecenderungan naskah babad mengalami pergeseran perspektif ketika memasuki era kolonialisme bangsa-bangsa Eropa. Narasi toleransi antar suku bangsa atau antar agama mengalami gesekan serius. Terdapat sebuah naskah yang berasal dari tradisi Cirebon, yang menarasikan secara implisit tentang moderasi beragama pada era-era awal perkembangan Islam dan kota-kota pelabuhan, yaitu Serat Carub Kandha. Artikel ini membahas tiga masalah terkait dengan moderasi beragama dalam Serat Carub Kandha, yakni: (1) konteks yang melatari penulisan dan penyalinan naskah Serat Carub Kandha; (2) narasi moderasi beragama dalam naskah Serat Carub Kandha; (3) Relevansinya bagi kehidupan beragama saat ini di Indonesia. Sumber yang dijadikan bahan primer penelitian adalah naskah Serat Carub Kandha koleksi Rafan Hasyim di Cirebon dalam tulisan Pegon. Dengan pendekatan filologis dan hermenutik, artikel ini menunjukkan bahwa Naskah Serat Carub Kandha menjadi bukti historis dan memori kolektif tentang praktik moderasi beragama di masa lalu Indonesia, khususnya di kawasan pesisir utara Jawa Barat. Narasi moderasi yang mengemuka adalah tentang sikap menghargai agama lain, akomodatif terhadap kebudayaan lokal, dan anti kekerasan.   Kata kunci: Cirebon, manuskrip Babad, moderasi beragama, Serat Carub Kandha
Narasi Moderasi Beragama dalam Naskah Serat Carub Kandha Agus Iswanto; Nurhata; Asep Saefullah
Jurnal Lektur Keagamaan Vol 19 No 1 (2021): Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 19 No. 1 Tahun 2021
Publisher : Center for Research and Development of Religious Literature and Heritage, Agency for Research and Development and Training, Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.83 KB) | DOI: 10.31291/jlka.v19i1.910

Abstract

A number of traditional historiographies are narrated in manuscripts from Cirebon, not a few that mention religious moderation. However, the babad manuscripts tend to change their perspective when it enters the Colonialism era. The narrative of tolerance between ethnic groups or between religions was experiencing serious friction. There is a manuscript that comes from the Cirebon tradition, which narrates implicitly about religious moderation in the early eras of the development of Islam and the port cities, namely Serat Carub Kandha. This article discusses three issues related to religious moderation in Serat Carub Kandha, namely: (1) the context behind the writing and copying of the Serat Carub Kandha manuscript; (2) the narrative of religious moderation in the Serat Carub Kandha; (3) Its relevance for current religious life in Indonesia. The source that was used as the primary material for the research was the Serat Carub Kandha manuscript, the collection of Rafan Hasyim in Cirebon, written by Pegon. With a philological and hermeneutic approach, this article shows that the Serat Carub Kandha manuscript is historical evidence and collective memory of the practice of religious moderation in Indonesia's past, especially on the north coast of West Java. The moderation narrative that has emerged is about respecting other religions, accommodating local culture, and anti-violence. Keywords: Babad manuscripts, Cirebon, religious moderation, Serat Carub Kandha   Sejumlah historiografi tradisional yang dinarasikan dalam naskah-naskah (manuscripts) asal Cirebon, tidak sedikit yang menyinggung tentang moderasi beragama. Namun demikian, kecenderungan naskah babad mengalami pergeseran perspektif ketika memasuki era kolonialisme bangsa-bangsa Eropa. Narasi toleransi antar suku bangsa atau antar agama mengalami gesekan serius. Terdapat sebuah naskah yang berasal dari tradisi Cirebon, yang menarasikan secara implisit tentang moderasi beragama pada era-era awal perkembangan Islam dan kota-kota pelabuhan, yaitu Serat Carub Kandha. Artikel ini membahas tiga masalah terkait dengan moderasi beragama dalam Serat Carub Kandha, yakni: (1) konteks yang melatari penulisan dan penyalinan naskah Serat Carub Kandha; (2) narasi moderasi beragama dalam naskah Serat Carub Kandha; (3) Relevansinya bagi kehidupan beragama saat ini di Indonesia. Sumber yang dijadikan bahan primer penelitian adalah naskah Serat Carub Kandha koleksi Rafan Hasyim di Cirebon dalam tulisan Pegon. Dengan pendekatan filologis dan hermenutik, artikel ini menunjukkan bahwa Naskah Serat Carub Kandha menjadi bukti historis dan memori kolektif tentang praktik moderasi beragama di masa lalu Indonesia, khususnya di kawasan pesisir utara Jawa Barat. Narasi moderasi yang mengemuka adalah tentang sikap menghargai agama lain, akomodatif terhadap kebudayaan lokal, dan anti kekerasan.   Kata kunci: Cirebon, manuskrip Babad, moderasi beragama, Serat Carub Kandha