Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pengaruh penambahan silane terhadap kekuatan fleksural reinforced composite yang diperkuat dengan glass fiber non-dentalThe effect of silane addition on the flexural strength of non-dental glass fiber reinforced composite Farahdina Maulida; Widya Puspita Sari; Darmawangsa Darmawangsa
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 31, No 1 (2019): April 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.355 KB) | DOI: 10.24198/jkg.v31i1.18095

Abstract

Pendahuluan: Fiber reinforced composite terdiri dari gabungan resin komposit dan fiber. Kandungan tersebut dapat meningkatkan kekuatan fleksural. Kekuatan fleksural sangat diperlukan pada material kedokteran gigi supaya tahan terhadap tekanan oklusal. Ketersediaan e-glass fiber dental masih terbatas dengan harga yang cukup mahal sehingga dibutuhkan alternatif dengan glass fiber non-dental. Pemeriksaan komposisi glass fiber non-dental dengan teknik X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) menunjukkan bahwa glass fiber non-dental memiliki komposisi yang hampir sama dengan e-glass fiber dental. Aplikasi dengan silane coupling agent dibutuhkan agar glass fiber non-dental dapat meningkatkan ikatan dengan resin komposit supaya tidak menimbulkan fraktur awal dalam komposit. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh penambahan silane terhadap kekuatan fleksural fiber reinforced composites pada gigi tiruan cekat. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium. Penelitian dilakukan dengan menggunakan glass fiber non-dental dengan silane dan glass fiber non-dental tanpa silane masing-masing 4 sampel dengan ukuran sampel balok 25 x 2 x 2 mm. Sampel dilakukan uji kekuatan fleksural menggunakan alat universal testing machine. Uji ini dilakukan dengan meletakkan spesimen melintang pada papan penyangga, kemudian pada sumbu vertikal diberikan gaya tepat di tengahnya dengan kecepatan konstan hingga terjadi fraktur, analisa menggunakan uji independent sample t-test. Hasil: Rerata kekuatan fleksural dengan nilai tertinggi pada kelompok fiber non-dental dengan silane dan terendah pada kelompok fiber non-dental tanpa silane serta tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada penambahan silane terhadap kekuatan fleksural glass fiber non-dental pada fiber reinforced composite. Simpulan: Tidak terdapat pengaruh penambahan silane terhadap kekuatan fleksural glass fiber non-dental pada fiber reinforced composite.Kata kunci: Kekuatan fleksural, silane coupling agent, fiber reinforced composite, glass fiber non-dental. ABSTRACTIntroduction: Fiber reinforced composite is a combination of composite and fiber resin which fabricated to improve the flexural strength. Flexural strength is needed in dental materials to be resistant towards occlusal pressure. The availability of dental glass fiber is still limited at a quite high price thus needed an alternative of non-dental glass fiber. Examination of the composition of non-dental glass fiber using the X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) technique showed that non-dental glass fiber had a structure similar to e-glass fiber dental. Application of silane coupling agent is needed so that non-dental glass fiber can increase the bonding with composite resin thus not causing any fracture site in the composite. This study was aimed to analyse the effect of silane addition on the flexural strength of fiber reinforced composites on the fixed denture. Methods: The research design used was an experimental laboratory. The study was conducted using non-dental glass fiber with silane and non-dental glass fiber without silane; each consisted of 4 block samples with a size of 25 x 2 x 2 mm. The sample was tested for the flexural strength using a universal testing machine. This test was carried out by placing the specimen across the suspension board; then a force was given right in the middle of the vertical axis with constant speed until a fracture occurred; data analysis was performed using the independent sample t-test. Result: The average flexural strength with the highest value was found in the non-dental glass fiber groupwith silane addition, and the lowest was found in the non-dental glass fiber group without silane. There was no significant effect of silane addition to the flexural strength of non-dental glass fiber reinforced composite. Conclusion: There is no effect of silane addition to the flexural strength of non-dental glass fiber reinforced composite.Keywords: Flexural strength, silane coupling agent, fiber reinforced composite, non-dental glass fiber.
KADAR HAMBAT MINIMUM (KHM) DAN KADAR BUNUH MINIMUM (KBM) PADA BUAH CABAI KERITING (Capsicum annum, L) TERHADAP BAKTERI Streptococcus viridans SECARA IN VITRO Meidisya Tiandora; Widyawati Widyawati; Darmawangsa Darmawangsa
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 4, Nomor 1, June 2017
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (123.167 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.94

Abstract

Karies gigi adalah suatu penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan penyakit lain, prevalensi karies gigi di Indonesia sangat tinggi. Bakteri penyebab karies gigi adalah Streptococcus viridans. Pencegahan karies dapat dilakukan dengan berbagai upaya, diantaranya penggunaan agen antimikroba. Agen antimikroba alami yang mudah didapatkan, seperti buah cabai keriting. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui efektivitas ekstrak buah cabai keriting (Capsicum annuum, L ) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan laboratorium secara In vitro. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar hambat minimum (KHM) terdapat pada konsentrasi 0,11% yaitu 0,058. berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat kadar hambat pada ekstrak buah cabai keriting (Capsicum annuum, L ) pada konsentrasi 0,11% terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus viridans, sedangkan untuk kadar bunuh minimum (KBM) pada penelitian ini belum didapatkan karena adanya keterbatasan alat.
PERUBAHAN SUDUT PENYINARAN VERTIKAL PADA BISECTING TECNIQUE RADIOGRAPHY TERHADAP KEAKURATAN DIMENSI PANJANG GIGI PREMOLAR SATU ATAS Andre Anggara; Resti Iswani; Darmawangsa Darmawangsa
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 5, Nomor 1, Juni 2018
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (67.278 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.132

Abstract

Pemeriksaan radiografi memegang peranan penting dalam setiap tahap penatalaksanaan kasus kedokteran gigi. Proyeksi periapikal dengan teknik bisecting dan paralel merupakan salah satu teknik pemeriksaan radiografi yang sering dijadikan pilihan utama dalam penatalaksanaan kasus. Akan tetapi teknik bisecting memiliki kelemahan yaitu sering terjadi distorsi akibat kesalahan sudut vertikal. Kesalahan pengaturan sudut vertikal pada teknik bisektris menyebabkan distorsi vertikal yang tampak berupa pemanjangan ataupun pemendekan ukuran gigi. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh sudut penyinaran vertikal yang tepat dengan membandingkan dimensi panjang sebenarnya elemen gigi premolar satu rahang atas dengan panjang elemen gigi premolar satu rahang atas pada radiograf menggunakan bisecting technique radiography dengan sudut penyinaran vertical +200, +300, +400, +500, dan +600. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium. Analisis statistik menggunakan uji one way ANOVA diperoleh nilai p= 0,000<0,05. Sudut penyinaran vertikal +400 merupakan sudut penyinaran yang paling tepat untuk mendapatkan dimensi panjang gigi yang akurat dalam radiograf untuk gigi premolar satu rahang atas dan sudut penyinaran vertikal +300 bisecting technique radiography gigi premolar satu rahang atas masih dapat ditoleransi karena perubahan dimensi panjang gigi tidak signifikan (kurang dari 1mm) sedangkan sudut lainnya tidak dapat ditoleransi karena perubahan dimensi panjang gigi yang signifikan (lebih dari 1 mm).
PERBEDAAN KEBOCORAN TUMPATAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER DENGAN KOMPOSISI YANG BERBEDA Oniel Syukma Pertiwi; Darmawangsa Darmawangsa; Widyawati Widyawati
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 4, Nomor 2, Desember 2017
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.99 KB) | DOI: 10.33854/JBDjbd.101

Abstract

Resin komposit merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang terus berkembang hingga saat ini. Pengerutan selama polimerisasi merupakan salah satu kekurangan dari resin komposit sehingga dapat menyebabkan kebocoran mikro. Perbedaan komposisi berpengaruh terhadap terjadinya kebocoran mikro. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat kebocoran tumpatan resin komposit nanofiller komposisi A dengan resin komposit nanofiller komposisi B. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan mengukur derajat kebocoran mikro pada gigi setelah diberi perlakuan kemudian membandingkan derajat kebocoran mikro antar kelompok. Analisa statistik menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p= 0,014
Pengaruh Media Busy Book Terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Kelas 2 Sdn 09 Air Pacah Darmawangsa Darmawangsa; Satria Yandi; Hesti Anwar
Cakradonya Dental Journal Vol 15, No 2 (2023): Agustus 2023
Publisher : FKG Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/cdj.v15i2.27039

Abstract

  Kurangnya pendidikan tentang pentingnya kebersihan mulut dapat berkontribusi terhadap berkembangnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada generasi muda. Sebagai pendekatan preventif, lebih banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mendidik anak-anak usia sekolah tentang pentingnya kesehatan mulut melalui penggunaan media yang menarik. Pertumbuhan kognitif anak dapat diasah dengan bantuan media busy book karena setiap halamannya dilengkapi dengan grafis dan warna yang menarik sehingga membuat anak bersemangat untuk belajar. Busy book merupakan buku berwarna yang aktivitasnya mudah untuk anak. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana paparan media busy book pada siswa kelas 2 SDN 09 Air Pacah mempengaruhi pemahaman mereka terhadap kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini menggunakan desain one-group pretest-posttest, dimana peserta diuji sebelum dan sesudah menerima terapi (masing-masing pretest dan posttest). Seluruh siswa kelas 2 SDN 09 Air Pacah yang berjumlah 50 orang diwawancarai untuk penelitian ini. Uji Wilcoxon digunakan untuk analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan siswa sebelum menerima media busy book berada pada kriteria cukup (46%), namun pengetahuan mereka setelah menerima media berada pada kriteria paling baik (80%). Disimpulkan bahwa pemahaman siswa kelas 2 terhadap kesehatan gigi dan mulut meningkat secara statistik (p=0,000) setelah terpapar media busy book. 
Pengaruh posisi e-glass fiber non dental terhadap kekerasan glass fiber reinforced composite pada gigi tiruan cekat: studi eksperimental Muhammad Firman Al Isra; Widya Puspita Sari; Darmawangsa Darmawangsa
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 7, No 3 (2023): Oktober 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v7i3.49730

Abstract

ABSTRAKPendahuluan Gigi tiruan menjadi solusi yang tepat untuk menggantikan gigi yang hilang. Gigi tiruan jembatan dengan bahan porcelain fused to metal paling sering digunakan dalam praktik klinis, namun memiliki kekurangan seperti efek alergenik dan efek toksisitas yang dapat disebabkan oleh bahan logam, rentan pecah, memerlukan beberapa kali kunjungan, dan membutuhkan preparasi gigi abutment yang cukup luas. Alternatif bahan yang dapat digunakan untuk gigi tiruan cekat adalah Fiber reinforced composite dengan E-glass fiber dental yang memiliki kelebihan seperti biokompatibilitas baik, memiliki kekuatan kompresi dan estetika yang baik. Ketersediaan E-glass fiber dental di Indonesia masih terbatas dengan harga yang cukup mahal. E-glass fiber non dental secara umum telah digunakan di bidang teknik. E-glass fiber non dental memiliki komposisi yang sedikit berbeda dengan E-glass fiber dental. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh posisi E-glass fiber non dental terhadap kekerasan Fiber reinforced composite. Metode: Penelitian eksperimental dengan Fiber reinforced composite dengan E-glass fiber non dental dengan 3 kelompok sampel yang teridiri dari kelompok posisi tension side, kelompok compression side, dan kelompok neutral axis yang masing masing terdiri dari 6 sampel. Sampel diuji dengan vickers hardness tester dengan beban 100gf selama 15detik, jejak indentasi dihitung untuk mendapatkan vickers hardness number (VHN). Hasil: Hasil uji pada Fiber reinforced composite dengan fiber pada posisi tension side memiliki kekerasan tertinggi dengan nilai 45,77 VHN. Fiber reinforced composite dengan fiber pada neutral axis 43,35 VHN. Fiber reinforced composite dengan fiber pada compression side memiliki nilai terendah 39,60 VHN. Simpulan: Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat pengaruh posisi E-Glass fiber non dental terhadap kekerasan Fiber reinforced composite.KATA KUNCI: E-glass fiber, Fiber reinforced composite, posisi fiber, kekerasanThe Effect of Non-dental E-glass Fiber Position on the Hardness of Glass Fiber Reinforced Composite in Fixed DenturesABSTRACT Introduction: Dentures are the right solution to replace missing teeth. Denture bridges made from porcelain fused to metal are the most frequently used in clinical practice, but they have disadvantages such as allergenic and toxicity effects that can be caused by metal materials, are prone to breaking, require several visits, and require extensive preparation of the abutment teeth. Alternative materials that can be used for fixed dentures are fiber-reinforced composites with E-glass dental fiber, which have advantages such as good biocompatibility, compression strength, and aesthetics. The availability of E-glass fiber dental in Indonesia is still limited, with prices being quite expensive. Non-dental E-glass fiber has generally been used in the engineering field. Non-dental E-glass fiber has a slightly different composition from dental E-glass fiber. The aim of this research is to determine the effect of the position of non-dental E-glass fiber on the hardness of fiber-reinforced composites. Method: Experimental research with fiber-reinforced composite with non-dental E-glass fiber with 3 sample groups consisting of the tension side position group, compression side group, and neutral axis group, each consisting of 6 samples. The sample was tested with a Vickers hardness tester with a load of 100 gf for 15 seconds, and the indentation trace was calculated to obtain the Vickers hardness number (VHN). Results: The test results on fiber-reinforced composites with fiber in the tension-side position had the highest hardness with a value of 45.77 VHN. Fiber composite reinforced with fiber on the neutral axis is 43.35 VHN. Fiber-reinforced composites with fiber on the compression side have the lowest value of 39.60 VHN. Conclusion: The conclusion from this research is that there is an influence of the position of non-dental E-Glass fiber on the hardness of fiber-reinforced composites.KEY WORDS: E-glass fiber, Fiber reinforced composite, fiber position, hardness