TY - JOUR TI - Kerahiman Dan Keadilan AU - Petrus Go Twan An IS - Vol. 26 No. 25 (2016) PB - Sekolah Tinggi Widya Sasana JO - Seri Filsafat Teologi PY - 2016 SP - 235 EP - 241 UR - http://eprosiding.stftws.ac.id/index.php/serifilsafat/article/view/94/67 AB - Dalam “Misericordiae Vultus” yang mencanangkan tahun kerahiman 2015-2016 dalam art.10 dikeluhkan bahwa kerahiman kurang berperan dan bahkan perkataannya makin dilupakan, sedangkan keadilan terus menerus dituntut, maka baiklah tema hubungan antara kerahiman dan keadilan juga diangkat di sini. “Barangkali lama kita lupa menunjuk jalan kerahiman dan menempuhnya. Pada satu pihak godaan untuk terus menerus menuntut keadilan saja membuat kita lupa bahwa hal ini hanyalah langkah pertama. Langkah ini memang perlu dan tak dapat diabaikan, tetapi Gereja harus melampauinya demi tujuan yang bermakna dan lebih tinggi.Di satu sisi menyedihkan melihat bagaimana pengalaman pengampunan menjadi makin jarang dalam budaya kita. Malahan perkataannya sendiri rupanya makin menghilang”1 Banyak orang bermaksud baik, tetapi kurang memahami hal-hal yang harus mereka lakukan, meskipun seringkali mungkin lebih secara intuitif melaksanakannya. Misalnya: saya memang sudah memaafkan atau mengampuninya, (soal kerahiman), tetapi proses hukum (soal keadilan) jalan terus. Keduanya tidaklah saling bertentangan, melainkan urusan lain dan ada banyak kepentingan dan sudut pandangan yang harus diperhatikan juga.Tuhan memang mahaadil, tetapi ia juga maharahim. Kiranya faktor terakhir ini dulu kurang mendapat perhatian, dan dalam tahun kerahiman ini lebih diperhatikan, juga agar lebih berpengaruh atas hidup kita, baik sebagai orang yang diperlakukan dengan kerahiman Tuhan, maupun sebagai orang yang meneruskan anugerah itu dan bersikap penuh kerahiman terhadap sesama.