TY - JOUR TI - Mengimplementasikan Dwi Kewarganegaraan Kristen dalam Era Pos-Sekulerisme AU - Gilrandi A. Pramonojati IS - Vol 1, No 1 (2021): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia PB - Pusat Studi Pentakosta Indonesia JO - Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia PY - 2021 SP - 54 EP - 64 UR - https://ojs.pspindonesia.org/index.php/JPI/article/view/11/6 AB - This article examines the relationship of the Church to politics in post-secularism popularized by Jurgen Habermas. The research method used in this research is literature study. This research finds that, Post-secularism offered by Habermas provides space for the Church to translate the wealth contained in religion into a public message. In the view of post-secularism the Church has an important role to fill in the empty spaces that cannot be achieved by rationality. Habermas's thoughts on post-secularism also serve as a bridge to harmonize faith and rationality, as well as to explain dual citizenship as an unrelated Christian political view.Artikel ini menelaah hubungan Gereja dengan politik dalam pos-sekulerisme yang dipopulerkan oleh Jurgen Habermas. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Penelitian ini menemukan bahwa, Pos-sekulerisme yang ditawarkan oleh Habermas memberi ruang Gereja untuk menerjemahkan kekayaan yang terkandung dalam agama menjadi pesan publik. Dalam pandangan pos-sekulerisme Gereja mempunyai peran penting untuk mengisi ruang kosong yang tidak dapat dijangkau oleh rasionalitas. Pemikiran Habermas mengenai pos-sekulerisme juga menjadi jembatan untuk menyelaraskan iman dan rasional, sekaligus menerangkan kewarganegaraan ganda sebagai pandangan politik Kristen yang selama ini tidka dimengerti.