@article{IPI2876457, title = "Integrasi Agama dan Budaya dalam Komunitas Pemberdayaan: Studi Empiris Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Payungi Metro-Lampung", journal = "Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia", volume = "Vol. 2 No. 1 (2022)", pages = "", year = "2022", url = http://jurnal.kemenkopmk.go.id/index.php/saluscultura/article/view/46/34 author = "Dwi Nugroho", abstract = "Perempuan yang sejauh ini banyak mendapatkan diskriminasi dalam berbagai sektor pada prinsipnya memiliki potensi yang sama dengan laki-laki dalam ekonomi, sosial, politik, dan pendidikan. Namun meskipun demikian, keberadaan perempuan tidak banyak mendapat perhatian dan bahkan terbentur oleh beberapa nomenklatur yang berlaku. Agama dalam hal ini memiliki peran penting dalam pengembangan potensi dan kapabilitas perempuan. Selain itu, budaya juga memiliki nilai dan kekuatan yang sama untuk membangun sebuah kualifikasi perempuan. Integrasi keduanya dalam pemberdayaan ekonomi perempuan seharusnya menjadi keterhubungan yang memberi dampak signifikan pada ekonomi perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara langsung, dokumentasi, dan observasi. Penelitian ini bertujuan untuk merefleksikan keberadaan agama dan budaya yang mampu mendorong perempuan dengan segala keterbatasannya dalam membangun struktur ekonominya. Penelitian ini menawarkan pembahasan mengenai integrasi agama dan budaya sebagai dasar gerakan komunitas pemberdayaan perempuan yang membawa dampak signifikan pada pembangunan ekonomi perempuan. Pertama, adanya Pesantren Wirausaha mampu meningkatkan kapasitas perempuan melalui advokasi-advokasi yang dilakukan setiap malam Kamis sebagai agenda rutin Pesantren. Kedua, keberadaan komunitas yang mengintegrasikan semangat keagamaan dan kekuatan sosial-budaya mampu mentransformasikan ruang agama yang eksklusif dan kebudayaan yang kaku mampu membuat gerakan-gerakan yang responsif dan komprehensif. Namun demikian, artikel ini masih terbatas pada skala diskusi dalam pemberdayaan, pesantren, dan perempuan di Payungi, jadi ini masih membutuhkan studi lebih lanjut dengan melihat dampak sosial-politik yang dihasilkan.", }