Obyek wisata yang berupa bangunan wisata dapat “dijual” untuk menunjang pembentukan dan sustainability city branding kota Cirebon. Untuk dapat “dijual”, bangunan wisata tersebut harus dalam kondisi yang layak dan memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan langsung dan analisis komparatif deskriptif terhadap Masjid Sang Cipta Rasa dan Masjid Merah Panjunan sebagai obyek penelitian dalam menentukan kesiapan sarana dan prasarana bangunan wisata. Fasilitas dan aksesibilitas sebagai sarana bangunan wisata berpedoman pada empat asas yaitu: 1) asas keselamatan; 2) asas kemudahan; 3) asas kegunaan; dan 4) asas kemandirian, sedangkan bangunan wisata sebagai prasarana berpedoman pada lima persyaratan yaitu: 1) persyaratan keselamatan; 2) persyaratan kesehatan; 3) persyaratan kenyamanan; 4) persyaratan kemudahan; dan 5) persyaratan efisiensi, seimbang, serasi dan selaras. Terjaganya sustainability sarana dan prasarana bangunan wisata dapat diwujudkan melalui pemeliharaan bangunan yang dikelompokkan menjadi lima aspek antara lain: 1) arsitektural; 2) struktural; 3) mekanikal; 4) elektrikal; dan 5) tata luar ruang dan house keeping. Berdasarkan hasil penelitian, sarana dan prasarana Masjid Sang Cipta Rasa dan Masjid Merah Panjunan belum memadai dan belum optimal, terutama pada aspek keselamatan dan kebersihan. Oleh karena itu, perlu upaya yang lebih sinergis dari semua pemangku kepentingan dalam pemeliharaan kota sehingga bangunan bersejarah sebagai potensi pariwisata dalam menunjang pembentukan city branding dapat dioptimalkan.
Copyrights © 2018