Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts)
Vol 14, No 1 (2013): Juni 2013

Tatag De Penyawo: Perenungan Atas Identitas Kesukuan

M Heni Winahyuningsih (Unknown)



Article Info

Publish Date
24 Jun 2013

Abstract

ABSTRAK Tatag de Penyawo adalah sebuah koreografi kelompok yang ditampilkan oleh 9 orang penari laki-laki. Karya ini lahir dari hasil perenungan penata tari yang gelisah dengan identitas kesukuan. Paham animisme merupakan citra yang melekat pada kehidupan masyarakat suku Dayak, yang sebagaian besar dari kehidupan mereka sangat dekat dengan roh-roh leluhur, hal-hal supranatural, dan keyakinan yang kuat terhadap gejala-gejala alam dan tingkah laku binatang. Kepercayaan leluhur yang disebut kaharingan memberi ruang yang luas untuk melakukan berbagai upacara adat dengan penampilan berbagai kesenian. Ketika agama-agama besar mulai dikenal dan dianut oleh sebagian besar masyarakat Dayak, tradisi upacara adat mulai ditinggalkan, dan keberadaan kesenian pun mulai terancam. Ada sebagaian sub suku Dayak yang ketika mulai memeluk agama baru tidak lagi mengakui sebagai bagian dari Suku Dayak, tetapi menyebut suku Melayu sebagai identitas kesukuannya. Hal inilah yang dialami oleh penata tari. Dia dilahirkan oleh seorang perempuan Suku Tidung yang memeluk agama Islam, sehingga harus menanggalkan kedayakannya, dan menjadi warga suku Melayu. Panggilan hati untuk terus menghormati tradisi kesukuan leluhurnya melalui aktivitas kesenian membuatnya tidak ingin kehilangan identitas sebagai orang Dayak yang beragama Islam. Melalui karya tari Tatag De Penyawo ini ia ingin merefl eksikan identitas kesukuannya, dengan mengeksplorasi pola-pola gerak yang terdapat dalam tari tradisi Dayak, Hudoq Kita`. Kata kunci: Dayak, identitas suku, Hudoq Kita`  ABSTRACT Tatag De Penyawo : The contemplation of ethnic identity. Tatag de Penyawo is a group of coreography performed by nine male performers. This piece was born from the coreographer’s contemplation who worries about the ethnic identity. Animism is an image which attaches to the social life of Dayak Tribe, which is very close to their ancestor’s spirit, supernatural things, and strong belief to the natural phenomena and animal behavior. The ancestral belief, which is called Kaharingan, gives a lot of opportunities to perform traditional ceremonies featuring a variety of arts. When the major religions _ rstly known and believed by Dayak people, the traditional ceremony had been left behind. The situation endangered the existence of arts. When some people of Dayak tribe started to follow the new religion, they claimed themselves as Melayu Tribe for their ethnic identity instead of Dayak Tribe. The situation had also affected the choreographer’s life. He was born by a Muslim Dayak lady, and consequently, the Dayak culture has been abandoned since he becomes a part of Melayu Tribe. The coreographer’s desire to honor his ancestor tradition with arts activities leads him to maintain his identity as a part of Dayak Tribe who follows Islam. By this piece of arts, Tatag De Penyawo, he wants to re_ ect his ethnical identity by exploring the movement pattern in traditional dance of Dayak, Hudoq Kita`. Keywords: Dayak dance, Ethnic identity, Hudoq Kita`

Copyrights © 2013






Journal Info

Abbrev

resital

Publisher

Subject

Arts Humanities

Description

Resital : Jurnal Seni Pertunjukan merupakan jurnal ilmiah berkala yang ditujukan untuk mempublikasikan karya ilmiah hasil penelitian, pengembangan, dan studi pustaka di bidang seni pertunjukan. Jurnal Resital pertama kali terbit bulan Juni 2005 sebagai perubahan nama dari Jurnal IDEA yang terbit ...