DIALEKTIKA
Vol 3, No 1 (2016)

Representasi Kekerasan Simbolik terhadap Perempuan Betawi dalam Novel Kronik Betawi Karya Ratih Kumala

Nina Farlina (Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)



Article Info

Publish Date
27 Jun 2016

Abstract

Abstract: This article is an analysis of the representation on the symbolic violence by Pierre Bourdieu against the Betawi women in Kronik Betawi Novel’s Ratih Kumala. This methode uses the qualitative methode from literature studies to analize the symbolic violence against the Betawi women in this novel. The symbolic violence in this novel occurs when the traditional values and religion that tend to patriachal system. It can infleuence the Betawi women in determining the role and the position of Betawi women in everyday life, like Juleha character in this novel. The Betawi women can not contribute freely in public area. However, the Betawi women can also contribute in the reconstruction of Betawi women identity in public area with the cultural values and religion like Edah character. Indeed, in this novel, there is the construction of identity Betawi women and the important role of Betawi women in development of country. Keywords: symbolic violence; Betawi women; patriarchal; Kronik Betawi Abstrak: Artikel ini membahas tentang representasi kekerasan simbolik oleh Pierre Bourdieu terhadap kaum perempuan Betawi dalam novel Kronik Betawi karya Ratih Kumala. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang diambil dari kajian pustaka mengenai kekerasan simbolik terhadap kaum perempuan Betawi dalam novel Kronik Betawi. Kekerasan simbolik dalam novel ini terjadi karena adanya nilai-nilai tradisional Betawi dan religi yang cenderung patriaki yang memberikan pengaruh dalam menentukan peran dan posisi kaum perempuan Betawi dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat termarginalisasi, subordinasi, sebagaimana karakter Juleha dalam novel tersebut. Sehingga kaum perempuan Betawi tidak dapat berkontribusi di ranah publik dengan leluasa karena adanya nilai-nilai adat dan religi. Namun, kaum perempuan Betawi dapat juga memberikan kontribusinya dalam proses rekontruksi identitas perempuan Betawi dalam nilai-nilai budaya dan agama di ranah publik sebagaimana yang diperankan Edah meskipun marginalisasi juga terjadi. Hal tersebut merupakan bentuk kontruksi identitas kaum perempuan Betawi sehingga kekerasan simbolik dapat terhindarkan. Peran perempuan Betawi dapat diperhitungkan dalam kemajuan bangsa dan negara. Kata Kunci: kekerasan simbolik; perempuan betawi; patriarki; Kronik Betawi 

Copyrights © 2016