Dalam komunikasi verbal (linguistik) baik pada percakapan sehari-hari maupun karya sastra sering digunakan gaya bahasa perumpamaan, seperti: metafora, metonimia, sinekdok, dan ironi. Gaya bahasa tersebut adalah sekumpulan teks yang merupakan sistem tanda untuk mencapai sasaran komunikatif dan estetiknya. Teks non verbal seperti: seni lukis, ilustrasi, poster juga terdiri atas sistem tanda yang berfungsi untuk berkomunikasi. Atas dasar tersebut, penelitian ini mengkaji apakah sistem gaya bahasa tersebut berlaku pada komunikasi secara non verbal khususnya pada ilustrasi editorial koran Kompas. Tujuan penelitian untuk menjelaskan sistem kerja gaya bahasa perumpamaan pada bahasa visual. Penelitian mengunakan pendekatan kualitatif dengan metode semiotika strukturalis. Teknik pengambilan data melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara. Analisis data dilakukan terhadap struktur elemen rupa ilustrasi editorial koran Kompas sebagai teks yang berfungsi tanda. Analisis dilakukan secara bertahap melalui pendekatan heuristik, hermeneutik, dan analisis domain. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa 35 sampel ilustrasi editorial koran Kompas yang terbit dari bulan Juni sampai September 2008 terdapat penggunaan majas metafora 60%, metonimia 23%, sinekdok 11%, dan ironi 6%. Metafora bekerja secara paradigmatik. Metonimia bekerja secara sintagmatik total. Sinekdok bekerja secara sintagmatik sebagian. dan, ironi bekerja secara sintagmatik oposisi. Saran yang dapat dianjurkan kepada mahasiswa seni rupa sebagai calon ilustrator, pelukis, atau desainer agar dapat menggunakan model gaya bahasa perumpamaan dalam penciptaan karya seninya agar lebih komunikatif . Kepada para pendidik, agar gaya perumpamaan dalam bahasa visual dapat dijadikan sebagai model pengajaran pada mata kuliah praktik pencipaan karya. Kata kunci: sintagmatik, paradigmatik, signifier, dan signified
Copyrights © 2010