Sejak 1987, kasus HIV/AIDS anak di Indonesia meningkat. Beberapa penelitian mengungkapkan anak dengan HIV/AIDS (ADHA) tidak dapat mencapai umur 5 tahun tanpa didukung oleh pengobatan ARV. Namun, data Kemenkes dan dokumentasi yang ada di LSM pemerhati HIV/AIDS menunjukkan sebaliknya. Beberapa anak HIV positif bisa bertahan hidup lebih lama walaupun belum memulai pengobatan ARV. Dalam ilmu sosial dikenal dengan istilah “Positive Deviance”. Penelitian ini mengkaji bagaimana ADHA menjalani hidup sebagai Positve Deviant dan bagaimana keluarga dan sistem sosial mendukung mereka menjalani kehidupan mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan FGD dan wawancara mendalam untuk pengumpulan data. Informan kunci adalah ADHA yang memulai pengobatan ARV setelah usia 5 tahun. Informan pendukung, yaitu orangtua/wali anak, LSM yang mendampingi, dan dokter yang merawat mereka. ADHA menjadi positive deviant tanpa disengaja karena telat terdeteksi status HIV-nya. Menjalani hidup sebagai ADHA juga tidak mudah karena mereka harus berdamai dengan penyakit dan obat-obatan, mengalami masalah psikososial karena merasa berbeda dengan teman sebayanya, dan sulit untuk berprestasi karena halangan kesehatan. Namun, bantuan dan dukungan terhadap ADHA malah membuat mereka menjadi pahlawan untuk keluarganya karena dianggap sebagai sumber financial untuk mendukung kebutuhan keluarga mereka. Penelitian juga menemukan bahwa keluarga dan sistem sosial memegang peranan penting bagi informan untuk bisa bertahan hidup lebih lama dari ADHA lainnyaKata Kunci: Anak, Positive Deviance, HIV/AIDS, Keluarga, Dukungan Sosial
Copyrights © 2016