Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia,     dimana bila dilakukan fermentasi dengan balk dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao yang berasal dari Ghana. Namun, agribisnis kakao Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kompleks antara lain produktivitas kebun masih rendah akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK), mutu produk masih rendah serta masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Subak-abian Buana Mekar di Desa Angkah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan telah memulai untuk melakukan pengolahan biji kakao, yaitu melalul fermentasi.Tujuan penelitian ini adalah untuk        (i) mengetahui tingkat pengetahuan petani mengenai proses fermentasi biji kakao; (ii) mengetahui sikap petani terhadap proses fermentasi biji kakao; dan (iii) mengetahui beberapa faktor yang menjadi kendala bagi petani untuk melakukan proses fermentasi biji kakao. Lokasi penelitian dipilih secara purposif dengan mengambil sampel sebanyak 50 petani secara simple random sampling. Pengumpulan  data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi, yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan petani mengenai fermentasi biji kakao tergolong tinggi, yaitu rata-rata pencapaian skornya adalah 76,48 % dari skor maksimal, dengan kisaran antara 66,00 % sampai dengan 84,00 %. Rata-rata sikap petani terhadap fermentasi kakao adalah setuju dengan rata-rata pencapaian sebesar 80,47 % dari skor maksimal dengan kisaran antara 75,00 % sampai dengan 85,00 %; Berdasarkan analisis Chi Square, ternyata terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pengetahuan petani dengan sikapnya terhadap pengolahan kakao, yaitu fermentasi kakao. Hubungan yang nyata ini ditunjukkan dengan besar nilai x2 hitung berdasarkan pada hasil analisis Chi Square adalah 11,803 ternyata lebih besar dari pada nilai x2 tabel (5 %) yang besarnya 3,841.Â
Copyrights © 2010