Jurnal Curvanomic
Vol 8, No 3 (2019): Jurnal Mahasiswa Ekonomi Pembangunan

VARIASI PENDAPATAN MASYARAKAT NELAYAN DI DESA SUNGAI KAKAP KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

Azizi, Alsaufi Sepiani (Unknown)



Article Info

Publish Date
12 Jul 2019

Abstract

Variasi Pendapatan Masyarakat Nelayan Di Desa Sungai Kakap Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya  Alsaufi Sepiani AziziUniversitas Tanjungpura  ABSTRACTThe fishing community in Sungai Kakap Village is a community with varying income caused by several factors. These factors such as fishing fleets, fishing gear, machines used, and the time to go down to sea. In addition to these factors, there are obstacles that cause variations in income such as season, age of fishermen, length of work or experience, and education. Captured fleets are divided into 3 types, namely canoes, outboard motors, and motorboats. Motorboats are divided into 4 types, namely motor boats with a 0 - 5 GT power, 5 - 10 GT, 10-20 GT, and 20-30 GT. Fishermen who use a boat catching fleet and outboard motors use small trawlers because they are only able to accommodate small amounts of catch. Whereas fishing boats use motor gills that are capable of producing large numbers of catches. Fishermen with motorboat fleets have as many as 1 - 4 crew members for one fleet.Keywords: Revenues, Variations, Operating Costs, Constraints  1.      Latar Belakang       Nelayan adalah seseorang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal di desa-desa pantai atau pesisir (Sastrawidjaya 2002). Dilihat dari teknologi peralatan tangkap yang digunakan dapat dibedakan dalam dua katagori, yaitu usaha nelayan modern dan usaha nelayan tradisional. Usaha nelayan modern mengunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan  dengan  usaha  nelayan  tradisional. Ukuran modernitas  bukan semata-mata karena pengunaan motor untuk menggerakkan perahu, melainkan juga  besar  kecilnya  motor yang  digunakan  serta  tingkat  eksploitasi  dari  alat tangkap yang digunakan. Perbedaan modernitas teknologi alat tangkap juga akan berpengaruh pada kemampuan jelajah operasional mereka, (Imron, 2003).       Tujuan pembangunan perikanan di Indonesia ini pada prinsipnya memiliki dua sasaran pokok yaitu menaikkan produksi dan meningkatkan pendapatan pada sektor perikanan. Hal ini sejalan dengan upaya memperbaiki taraf hidup nelayan dan meningkatkan produksi perikanan nasional yang secara langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi oleh faktor modal kerja, pengalaman kerja yang dimiliki dan sebagainya. Masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dan berpenghasilan sebagai usaha nelayan merupakan salah satu dari kelompok masyarakat yang melakukan aktivitas usaha dengan mendapatkan penghasilan bersumber dari kegiatan usaha nelayan itu sendiri. Nelayan adalah orang yang secara aktifmelakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan dan binatang air lainnya. Para usaha nelayan melakukan pekerjaan dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan demi kebutuhan hidup.       Untuk pelaksanaannya diperlukan beberapa perlengkapan dan dipengaruhi oleh banyak faktor guna mendukung keberhasilan kegiatan. Menurut Salim (1999) faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha nelayan meliputi sektor sosial dan ekonomi yang terdiri dari besarnya modal, jumlah armada, jarak tempuh melaut, dan pengalaman. Dengan demikian pendapatan nelayan berdasarkan besar kecilnya jumlah tangkapan, masih terdapat beberapa faktor yang lain yang ikut menentukannya yaitu faktor sosial dan ekonomi selain diatas.      Taraf hidup nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya atau yang biasa di sebut dengan produksi hasil tangkapan. Banyaknya tangkapan secara langsung juga berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang diterima hingga nelayan mampu memenuhi  kebutuhan sehari-hari mereka. Hal ini dapat diartikan bahwa kebutuhan-kebutuhan hidupnya tersedia dan mudah dijangkau setiap penduduk sehingga pada gilirannya penduduk yang miskin semakin sedikit jumlahnya.2.      Kajian Literatur       Sukirno (1985:13) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan perkapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang.       Maltus menyatakan kenaikan jumlah penduduk yang terus-menerus merupakan unsur yang perlu untuk adanya tambahan permintaan. Tetapi kenaikan jumlah penduduk saja tanpa dibarengi dengan kemajuan faktor-faktor atau unsur-unsur perkembangan yang lain sudah tentu tidak akan menaikkan pendapatan dan tidak akan menaikkan permintaan. Dengan demikian tumbuhnya jumlah penduduk saja justru akan menurunkan tingkat upah dan berarti pula memperendah biaya produksi. Turunnya biaya produksi akan memperbesar keuntungan-keuntungan para kapitalis dan mendorong mereka untuk terus berproduksi. Tetapi keadaan ini hanya sementara saja sifatnya, sebab permintaan efektif (effective demand) akan semakin berkurang karena pendapatan buruh juga semakin berkurang.       Menurut Jhingan (2014) membutuhkan suatu proses perencanaan  yang teliti mengenai  penggunaan  sumberdaya  publik  dan  sektor swasta (misalnya petani, pengusaha kecil, koperasi, pengusaha besar, organisasi- organisasi sosial) harus mempunyai peran dalam proses pembangunan.Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, usia, jenis rumah tinggal, dan kekayaan yang dimiliki.       Menurut Kaare (2009), mengungkapkan status sosial ekonomi merupakan posisi yang ditempati individu atau keluarga yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang umum berlaku tentang kepemilikan kultural, pendapatan efektif, pemilikan barang dan partisipasi dalam aktifitas kelompok dari komunitasnya.Sehingga dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi adalah tinggi rendahnya prestise yang dimiliki seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya dalam suatu masyarakat berdasarkan pada pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya atau keadaan yang menggambarkan posisi atau kedudukan suatu keluarga dilingkungan masyarakat berdasarkan kepemilikan materi.       Selain ditentukan oleh kepemilikan materi, status sosial ekonomi seseorang dapat didasarkan pada beberapa unsur kepentingan manusia dalam kehidupannya, status dalam kehidupan masyarakat, yaitu status pekerjaan, status dalam sistem kekerabatan, status jabatan dan status agama yang dianut.       Dengan memiliki status, seseorang dapat berinteraksi dengan baik terhadap individu lain (baik status yang sama maupun status yang berbeda) bahkan banyak pergaulan sehari-hari seseorang tidak mengenal seseorang secara individu, namun hanya mengenal status individu tersebut. Status sosial ekonomi berkaitan dengan kedudukan dan prestise seseorang atau keluarga dalam masyarakat serta usaha untuk menciptakan barang dan jasa, demi terpenuhinya kebutuhan baik jasmani maupun rohani. Membahas faktor sosial ekonomi, selalu berkaitan dengan beberapa hal dan konsepsi dasamya adalah pendidikan, status sosial, pendapatan, alokasi pendapatan.       Santrock (2007:282), status sosial ekonomi sebagai pengelompokan orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan dan pendidikan ekonomi. Status sosial ekonomi menunjukan ketidaksetaraan tertentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki: (1) pekerjaan yang bervariasi prestisenya, dan beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus lebih tinggi dibanding orang lain; (2) tingkat pendidikan yang berbeda, ada beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain; (3) sumber daya ekonomi yang berbeda; (4) tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi masyarakat. Perbedaan dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam ganjaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak setara.3.      Metode Penelitian       Bentuk penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, menggambarkan keadaan keadaan/kondisi objektif yang terjadi di suatu daerah pada waktu tertentu. Metode deskriptif menurut Nawawi adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian (orang perorangan, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi 1998:63). Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengamati aspek-aspek yang mencakup di dalam ruang lingkup penelitian untuk menggambarkan secara tepat kondisi dan objek pada waktu sekarang. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan penentuan beberapa sampel dari populasi masyarakat nelayan.Lokasi penelitian bertempat di desa Sungai Kakap, kecamatan Sungai Kakap, kabupaten Kubu Raya. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Desember 2018 sampai Mei 2019. Data merupakan data primer dimana diambil melalui wawarncara dan observasi di lapangan.Analisis deskriptif adalah pengolahan data yang dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan logika dengan menggunakan narasi dari penulis yang sistematis berdasarkan perilaku yang diamati, sedangkan analisis kuantitatif merupakan pengolahan data dengan menggunakan perhitungan matematis seperti penjumlahan, persentase dan angka rata-rata:π          =          TR - TCTR       =          Total Revenue/ PendapatanTC       =          Total Cost/BiayaHasil perhitungan kemudian dijelaskan dan dianalisis secara deskriptif, yaitu penjelasan secara naratif dan argumentatif disertai dengan penjelasan-penjelasan dengan menggunakan tabel.  4.      Hasil dan PembahasanPendapatan bersih adalah nilai total pendapatan setelah dikurangi seluruh biaya, baik biaya tetap (investasi dan penyusutan) maupun biaya variabel (operasional). Untuk menghitung pendapatan bersih dengan rumus menurut Soekartawi dalam Manggabarani (2016) sebagai berikut:π   =          TR – TCTR =         Total Revenue/ PendapatanTC =         Total Cost/BiayaBerdasarkan hasil perhitungan pendapatan kotor atau omzet, biaya biaya tetap dan biaya variabel per bulan maka dapat dihitung pendapatan bersih masing-masing nelayan sebagai berikut:Pendapatan Bersih Berdasarkan Jenis ArmadaNamaPendapatan Kotor (Rp.)Biaya Tetap/ Penyusutan (Rp.)/bulanBiaya Operasional (Rp.)Tenaga Kerja (Rp.)Pendapatan Bersih (Rp.)Sampan1.500.00027.00074.000-1.399.000Motor Tempel2.500.00052.00089.000-2.359.000Kapal  Motor ( GT)0 – 5 GT5.000.00062.500281.0002.000.0002.656.5005 – 10 GT8.000.000100.000381.0004.000.0003.519.00010 – 20 GT10.000.000150.0001.039.0006.000.0002.811.00020 – 30 GT12.000.000184.0001.326.0008.000.0002.490.000 Berdasarkan pada tabel, dapat diketahui besarnya pendapatan bersih nelayan berdasarkan jenis armada yang digunakan yaitu untuk armada sampan sebesar Rp. 1.399.000, motor tempel sebesar Rp. 2.359.000, kapal motor berkekuatan 0 – 5 GT sebesar Rp. 2.656.500, kapal motor berkekuatan 5 – 10 GT sebesar Rp. 3.519.000, kapal motor berkekuatan 10 – 20 GT sebesar Rp. 2.811.000, dan kapal motor berkekuatan 20 – 30 GT sebesar Rp. 2.490.000 per bulan. Setelah pendapatan kotor dikurangi dengan biaya-biaya, penyusutan dan upah buruh, variasi dari pendapatan nelayan dari jenis armada sampan sampai kapal motor berkekuatan 20 – 30 GT tidak terlalu besar. Selisih dari pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000. sedangkan selisih dari pendapatan kotor sebelum dikurangi dengan biaya-biaya, penyusutan serta upah buruh sebesar Rp. 1.000.000 – Rp. 4.000.000. Akan tetapi terdapat perbedaan yang berbanding terbalik untuk armada kapal motor dengan kekuatan mesin 20 – 30 GT yang memiliki pendapatan sebesar Rp. 2.490.000, lebih kecil  dibandingkan dengan kapal motor dengan kekuatan mesin 5 – 10 GT dimana pendapatan bersihnya sebesar Rp. 3.519.000. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang menyebabkan variasi pendapatan serta hasil tangkap tidak sesuai.5.      Simpulan dan Rekomendasia)      Simpulan       Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap nelayan di Desa Sungai Kakap diketahui bahwa pendapatan nelayan tergolong ke dalam pendapatan yang berada di atas rata-rata. Hal ini dikarenakan dari hasil tangkap yang besar setiap kali melaut sehingga setiap hasil penjualan hasil tangkap selalu tinggi.Variasi pendapatan nelayan di Desa Sungai Kakap juga tidak memiliki perbedaan yang signifikan dan berbanding terbalik antara kapal motor, yaitu:Pendapatan nelayan berdasarkan jenis armada dan alat tangkap yang digunakan memiliki perbedaan sebesar Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 per bulan.Pendapatan kapal motor berkekuatan 5 – 10 GT dengan kapal motor 20 – 30 GT lebih besar kapal motor berkekuatan 5 – 10 GT dengan pendapatan sebesar Rp. 3.519.000.Pendapatan bersih yang diperoleh oleh nelayan adalah sebesar Rp. 1.399.000 per bulan untuk pendapatan terkecil. Pendapatan terbesar yang diperoleh adalah sebesar Rp.  3.519.000 per bulan. Hal ini dapat dihitung berdasarkan proporsi biaya operasional setiap kali melaut dihitung dalam satu bulan dan upah buruh yang dikeluarkan per bulannya.Jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu, masyarakat nelayan di desa Sungai Kakap Kecamatan Sungai Kakap Kabuapten Kubu Raya termasuk ke dalam pendapatan yang cukup tinggi dan berada di atas Upah Minimum Regional (UMR).Pendapatan nelayan di Desa Sungai Kakap yang bervariasi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu mesin,armada dan alat tangkap, musim, usia nelayan, pengalaman bekerja sebagai nelayan, serta pendidikan nelayan.b)     SaranBerdasarkan hasil survei dan penelitian di desa Sungai Kakap maka hal yang perlu dilakukan pemerintah dalam meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat nelayan yaitu:Mengurangi variasi pendapatan masyarakat nelayan dengan cara mendistribusikan hasil tangkapan nelayan dengan nilai jual yang sesuai dengan hasil tangkapan dan kualitas ikan.Memberikan solusi dari faktor penyebab terjadi variasi pendapatan masyarakat nelayan dengan cara memberikan program pelatihan bagi masyarakat nelayan yang tergolong kurang mampu.DAFTAR PUSTAKAAbdul M. (2018). “Pengaruh Pendapatan Nelayan Terhadap Gaya Hidup Masyarakat di Desa Gambus Laut Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatra Utara, Medan.Alfian, O (2013). Analisis Tingkat Pendapatan Utama Dan Sampingan Pada Rumah Tangga Perikanan (Rtp) Nelayan Gillnet Di Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. E-Journal UNDIP 2 (2), Tahun 2013, Hlm. 68-79.Asmita S. (2016). “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Tangkap di Desa Galesong Kota Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar.Dahuri, Rokhmin. 2012. Tiga Belas Pedoman Ekonomi Biru. Jakarta Post. 14 Agustus 2012 www.jakartapost.com (diakses pada tanggal 2 Januari 2019).Easterly, William. 2002. The Elusive Quest for Growth. Edisi Pertama. Cambridge, Massahussetts, London, England: MIT Press.Eko, S (2007). Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik. EPP, Volume 2 (4), Tahun 2007, Hlm. 32-36.Febry, S , Ni, W.A , & Ratna, K.D (2013). Kontribusi Pendapatan Nelayan Ikan Hias Terhadap Pendapatan Total Rumah Tangga di Desa Serangan. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata Volume 2 (4), Oktober 2013. ISSN: 2301-6523.Hendrik, (2011). “Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Pulau Besar dan Danau Bawah di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Provinsi Riau”. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 16,1 : 21-32.Http://www.depsos.go.id/ (diakses pada tanggal 15 Maret 2019 pukul 21.15 WIB)Http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/29368/ChapterII.pdf;jsessionid=8FB539BD30B899B7E79D3CEFB96AE387?sequence=3 (diakses pada tgl 12 Maret 2019 pukul 23.21 WIB)Karof, A.L (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Nelayan Kecamatan Tumpaan, Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal EMBA Volume 1 (4), Desember 2013, Hal. 1748-1759. ISSN 2303-1174.Lovelly, D.D (2016). “Analisis Pendapatan Nelayan Pemilik Payang Di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang”. Journal of Economic and Economic Education Volume 5 (47 - 57). ISSN : 2302 – 1590 E-ISSN: 2460 – 190X.Nawawi H. Hadari (1998), Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.Nawawi H. Hadari (2011), “Metode Penelitian Bidang Sosial,” Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Edisi Kedelapan. Jakarta : Penerbit Erlangga.Raditya, R (2019). Sistem Informasi Perikanan Tangkap Semarang. Diakses dari http://siptsemarang.blogspot.com/2013/10/armada-penangkapan-ikan-di semarang.htmlRiduwan (2010), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Penerbit Alfabeta Bandung.Runny, N.A (2017). Alat Tangkap Ikan. Diakses dari http://perikanan38.blogspot.com/2017/09/alat-tangkap-ikan.htmlSantrock, John. W, Chusairi Ahmad. 2002. Life-Span Development. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.Satria, Arif. 2002. Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Pustaka Cidesindo.Sipahelut, Michele, (2010). Analisis Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.Sugiyono (2006), Metode Penelitian Bisnis. Jakarta, PT. Elex Media KomputindoSukirno, Sadono (2004), Pengantar Teori Mikroekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.Suliyanto (2011), Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Andi, Yogyakarta.Supianto, Urep, S.A & Putra, W (2017). “Pengembangan Sektor Ekonomi Daerah Tertinggal di Provinsi Kalimantan Barat”. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan, 6 (3).Widarjono Agus (2009), Ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya, Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogtakarta.

Copyrights © 2019