AbstrakPetani di desa temon, kecamatan sawoo, kabupaten ponorogo, jawa timur pada umumnya menjemur jagung secara tradisional sebelum di jual, saat penjemuran itulah yang menyita waktu karena petani tidak bisa meninggalkan jemuran jagung begitu saja mengingat cuaca yang tidak menentu seperti saat ini. Ketika hujan turun mereka harus kerepotan saat menutup jemuran jagungnya, petani harus sesering mungkin membolak balik jemuran biji jagung agar tingkat kekeringan merata dan itu juga memerlukan waktu yang tidak sebentar serta butuh ketelatenan tinggi, hal-hal seperti itulah yang menghambat proses pengeringan jagung yang seharusnya jagung sudah kering dan berkwalitas tinggi menjadi berjamur.Penerapan alat yang dibuat di harapkan memudahkan petani, Kemudahan pada alat menjadikan petani lebih tenang dalam mengerjakan pekerjaan lainnya tanpa khawatir jagungnya kehujanan.Kata Kunci : jagung, sensor suhu, atmega 16, sensor cahaya photodioda, relay, motor dcAbstractCorn farmers in the village clothesline just remember erratic weather like today. When it rainsthey have to rush when closing clothesline corn, farmers must often flipping through a clothesline that level of drought corn seeds evenly and temon, Sawoo subdistrict, districtPonorogo, East Java in general is traditionally corn drying prior sale, when drying that isseized time because the farmers could not leave it too requires a long time and need highpatience, things like that that inhibit the drying process of corn that should have been driedcorn and high quality become moldy.Application of tools made easier for farmers expected, Ease the tools to make farmers more confident in doing other work without worrying about rain corn.
Copyrights © 2014