MUDRA Jurnal Seni Budaya
Vol 35 No 3 (2020): September

Monumentalitas Seni Instalasi Bambu “Getah Getih”

Wegig Murwonugroho (Unknown)
Aghastya Wiyoso (Unknown)



Article Info

Publish Date
09 Sep 2020

Abstract

Karya seni instalasi merupakan perpaduan dari berbagai seni rupa yang dipasang dengan maksud sebagai hiasan berdurasi terbatas. Seni instalasi bambu bernama “Getah Getih” yang ditempatkan di seberang Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta merupakan karya Joko Dwi Avianto menurut ide Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Konsep “Getah Getih” diinspirasi oleh sejarah keberanian, dedikasi, dan sifat rela berkorban pasukan kerajaan Hindu Majapahit yang baru mendarat demi kejayaan kerajaan. Konsep bambu yang disusun saling bertautan memiliki makna penyemangat para atlet yang berlaga di Asian Games 2018. Bahan bambu dipilih karena keunikannya di antara bangunan beton bertingkat di Jakarta. Namun, pemaknaan sebuah karya seni tidak bisa lepas dari fenomena yang sedang terjadi pada waktu karya tersebut dibuat. Jalinan bambu menimbulkan kontroversi saat sebagian masyarakat menganggapnya menyimbolkan posisi bersetubuh. Pemilihan bahan baku yang tidak awet juga menuai kritik keras. Pun demikian halnya dengan anggaran besar yang dianggap tidak sesuai dengan nilai fungsi karya seni. Maka, ekspektasi publik Jakarta untuk seni instalasi yang elegan, modern, dan bertahan lama tidak terpenuhi. “Getah Getih” lantas dianggap sebagai pencitraan politik Anies belaka. Esensi kekecewaan terhadap “Getah Getih” bersumber dari tuntutan hadirnya kemonumentalan seni yang dipajang di ruang publik. Indikator kemonumentalan dilekatkan pada seni instalasi yang bersifat temporer. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan fenomenologi. Paradigma penilaian kemonumentalan dilihat dari wilayah ide/gagasan, ekspresi, komunikasi, dan apresiasi pewacanaan. Dari analisis ditemukan bahwa seni instalasi patung “Getah Getih” yang diharapkan tidak monumental justru mencapai titik kemonumentalannya karena adanya kebaruan berupa unsur tak beraga yaitu pewacanaan melalui media sosial dan keterlibatan opini publik menerima atau menolak kehadirannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemonumentalan sebuah seni instalasi tidak sengaja dapat terbagun apabila diletakkan pada ruang sentral sebuah kota, banyak diakses publik secara langsung, dan ketepatan waktu ketika seni dijadikan komoditas yang dipertentangkan antar kubu politik.

Copyrights © 2020






Journal Info

Abbrev

mudra

Publisher

Subject

Religion Arts Humanities Education Languange, Linguistic, Communication & Media Social Sciences

Description

AIMS The journal presents as a medium to share knowledge and understanding art, culture, and design in the area of regional, national, and international levels. In accordance with the meaning of the word “Mudra”, which is a spiritual gesture and energy indicator, it is hoped that the journal ...