Tashwirul Afkar
Vol. 40 No. 1 (2021): June 2021

Power and Agency: The Role of Bu Nyai (Female Ulama) in Dealing with Disposable Sanitary Napkins Problem in Pesantren (Case Study Of Pondok Pesantren Annuqayah Sumenep Madura)

Zaimmatus Sadiyah (Radboud University)
Ahmad Afnan Anshori (Radboud University Nijmegen, The Netherlands)



Article Info

Publish Date
30 Jun 2021

Abstract

Abstrak Salah satu masalah lingkungan yang dihadapi pondok pesantren adalah limbah pembalut sekali pakai yang mengandung plastik dan dioksin yang berdampak pada kesehatan reproduksi dan lingkungan. Ketimpangan relasi kuasa antara laki-laki dan perempuan serta iklan media membuat banyak perempuan tidak mengetahui fakta ilmiah dan efek samping pembalut sekali pakai. Merespon hal ini, aktivisme menolak produk pembalut sekali pakai muncul untuk mendukung perempuan dalam mengontrol tubuhnya. Dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis yang dikembangkan oleh Norman Fairclough, penelitian ini mencoba (1) mengungkap agensi tokoh perempuan di Pesantren Annuqayah dalam menangani masalah pembalut sekali pakai dan (2) mengartikulasikan agensi dan aktivisme mereka dari sudut pandang ekofeminisme. Penelitian ini menemukan, pertama, bahwa dengan melarang penggunaan pembalut sekali pakai dan mengeluarkan fatwa ‘haram’ atasnya, para tokoh perempuan di pesantren ini bernegosiasi untuk mereproduksi relasi kekuasaan dan dominasi baru antara (a) industri sanitasi dan propaganda media yang mengutamakan kepentingan kapitalis dan mengabaikan dampak jangka panjang penggunaan pembalut sekali pakai terhadap kesehatan reproduksi dan kelestarian lingkungan serta (b) tradisi patriarki di pesantren yang mensubordinasi suara perempuan. Kedua, dengan menegaskan bahwa perempuan memiliki kendali atas tubuh dan kelestarian lingkungan mereka, tokoh perempuan di Pesantren Annuqayah ini menguatkan etika ekofeminis yang menggarisbawahi keterkaitan antara isu lingkungan dan perempuan.     Abstract One of the environmental problems faced by pondok pesantren is the health and the environment problem arising from the plastics and dioxins waste from disposable sanitary napkins (DSN). This problem is mainly rooted from the woman’s low awareness of the scientific facts and side effects of DSN waste. This condition is indicated from the imbalance in power relations between men and women and media advertisement. Considering this cause, a number of menstrual product activisms emerge to support women in controlling their bodies. By utilising the Critical Discourse Analysis improved by Norman Fairclough (1992), this research observes two areas: (1) to unfold the agency of female figures in Pesantren Annuqayah in dealing with DSN issues and (2) to articulate their agency and activism from the point of view of ecofeminism. This research finds, first, that by banning DSN and issuing fatwa against DSN, the female figures in this pesantren negotiated to reproduce a new relation of power and domination between (a) sanitary industries and propagandas of media that prioritize capitalists’ interests and ignore long term reproductive health and environmental sustainability and (b) the patriarchal tradition in pesantren that subordinated women voices. Second, by insisting that women have control over their bodies and environmental sustainability, these women’s agency conforms to ecofeminist ethics that assert the interconnectedness between environmental and women’s issues.

Copyrights © 2021






Journal Info

Abbrev

afkar

Publisher

Subject

Religion Humanities

Description

Tashwirul Afkar adalah jurnal pemikiran keagamaan dan kebudayaan yang mempublikasikan hasil riset di kalangan sarjana dan intelektual untuk kemajuan peradaban dunia. Jurnal ini diterbitkan dua kali setahun dalam bahasa Indonesia dan bahasa ...