Mesin turboprop merupakan jenis mesin hybrid yang menyediakan gaya dorong jet sekaligus menggerakan baling-baling. Pada dasarnya proses pengoperasiannya sama dengan turbojet kecuali kerja turbin melalui sebuah poros utama yang terhubung dengan reduction gear yang digunakan untuk memutar baling-baling. Analisis termodinamika telah banyak dilakukan untuk mengetahui kinerja dari mesin turbofan dan turbojet, sedangkan untuk mesin turboprop masih sangat sedikit dilakukan. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan analisis termodinamika mesin TPE-331 yang digunakan pada pesawat CASA-212 dimana disertifikasi pada awal tahun 1965 dan mesin PT6A-42 yang digunakan pada pesawat N-219 dimana disertifikasi pada tahun 1983. Perbandingan dilakukan untuk melihat perkembangan mesin turboprop selama hampir 20 tahun dan membandingkan kinerja mesin secara termodinamika untuk masing-masing mesin. Kinerja mesin yang akan dibandingkan meliputi gaya dorong propeller ,kerja kompresor, fuel to air ratio, laju aliran bahan bakar, kerja turbin, kerja spesifik poros propeller, daya poros , jet thrust , daya total dan equivalent shaft horsepower ESHP) .Adapun hasil perhitungannya untuk mesin TPE-331 memiliki nilai gaya dorong propeller tertinggi dengan perbedaan sebesar 21,22 % dengan mesin PT6A-42, kerja kompresor tertinggi ada pada mesin PT6A-42 dengan persentase 8 % lebih besar dibandingkan dengan mesin TPE-331, fuel to air ratio terendah ada pada mesin PT6A-42 yaitu sebesar 3,43% lebih rendah , sedangkan untuk laju bahan bakar tertinggi ada pada mesin PT6A-42 yaitu rata-rata sebesar 40,32%. Kerja turbin terbesar ada pada mesin PT6A-42 yaitu sebesar 3,3% lebih tinggi dibandingkan dengan mesinTPE-331, kerja poros , daya poros, Jet thrust, daya total dan ESHP terbesar dimiliki oleh mesin PT6A-42 masing-masing besarannya secara berturut-turut 1,65 %, 42,60%, 52,40%, 42,40%, 42,40% dibandingkan dengan mesin TPE-331.
Copyrights © 2020