Perspektif, Review Penelitian Tanaman Industri
Vol 5, No 2 (2006): Desember 2006

Pemupukan Rasional dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Kapas

KADARWATI, FITRININGDYAH TRI (Unknown)



Article Info

Publish Date
07 Dec 2015

Abstract

ABSTRAKPemupukan merupakan suatu tindakan yang harus dilakukan dalam budidaya kapas karena kondisi lahan yang diperuntukkan tanaman kapas biasanya tidak subur bahkan cenderung marginal. Konsep pemupukan berimbang yang dipopulerkan tahun 1987 merupakan   upaya   untuk   menentukan   kebutuhan pupuk  dengan tepat. Pendekatan tersebut sebenarnya baik, tetapi dengan berjalannya waktu, konsep tersebut banyak   disalahartikan   menjadi   pemupukan   yang lengkap  jenisnya  dengan  jumlah  tertentu  sehingga dalam prakteknya sering berlebihan unsur tertentu dan ada  unsur lain yang tidak dipenuhi. Upaya untuk menentukan    pemupukan    yang    tepat    agar produktivitas tanaman tetap optimal dan pemborosan pupuk   dapat   dihindari,   diperkenalkan   konsep pemupukan   rasional.   Pemupukan   rasional   adalah memberikan   jenis   hara   yang   kurang   melalui pemupukan  dalam  dosis  yang    sesuai    dengan kebutuhan  tanaman dan  sesuai  dengan kemampuan tanah   menyediakan   unsur   hara   bagi   tanaman. Rekomendasi   pemupukan   kapas   pada   awalnya didekati melalui  percobaan-percobaan pemupukan lapang di lokasi pengembangan kapas yang hasilnya bersifat sangat spesifik sehingga kurang tepat untuk diekstrapolasikan. Dengan selalu berpindah-pindahnya lokasi pengembangan kapas maka metode tersebut menjadi kurang relevan.  Status hara tanah yang   diperoleh   dari   hasil   analisis   tanah,   dapat menggambarkan tingkat kemampuan tanah menyediakan hara  sehingga  dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan kebutuhan pupuk tanaman kapas yang rasional. Pemupukan rasional pada kapas adalah  untuk Nitrogen berdasarkan kadar  N-NO3tanah   dengan   batas   kritis20-25 ppm, untuk pemupukan P berdasarkan P tersedia dalam tanah (P-Olsen) dengan batas kritis 20 ppm P, sedangkan untuk pemupukan K berdasarkan pada K tersedia dalam tanah (K-dd) dengan batas kritis 150 ppm K.  Pupuk kandang, bokashi dan limbah pabrik (sipramin) dapat digunakan  sebagai  pupuk  organik  alternatif  pada tanaman kapas dan dapat meningkatkan kesuburan tanah.Kata Kunci: Kapas, Gossypium hirsutum, pemupukan, analisis tanah, pupuk anorganik,  pupuk organik ABSTRACT Rational fertilization to increase Cotton productivityAs cotton is mainly grown on marginal land or less fertile soil, farmers need to apply fertilizer. Balanced fertilization   principle   was   initiated   in 1987   and adopted as a method  to determine the dosage of fertilization.  In fact, this methode tends to exessive use in a certain element and less for others.  Rational use in fertilizer  is  needed  to  avoid  the  exessive  use  of fertilizer. This principle implies that it is necessary to supply nutrient based on crop nutrient requirement and soil’s ability to supply nutrients. Recommendation on   fertilization   is   determined   through   several experiments on different sites which is difficult to be extrapolated to other sites. This recommendation is no longer used as cotton areas did not  concentrate in a certaint part for a long period of time.  Nutrient condition in the soil indicates the status of soil fertility that   can   be   used   for   determination   of   nutrien requirement. Rational use in Nitrogen for cotton is determined based on Soil N-NO3  with critical level 20-25 ppm, critical level for soil phosphorus is ppm P; and critical  level  for  soil  potassium 150  is    K.    The application  of  farm  manure,  bokashi,  and  sugar industry waste could increase soil fertility and cotton production.Key Words: Cotton, Gossypium hirsutum, fertilization, soil analysis, unorganic fertilizer, organicfertilizer.

Copyrights © 2006






Journal Info

Abbrev

psp

Publisher

Subject

Agriculture, Biological Sciences & Forestry

Description

Majalah Perspektif Review Penelitian Tanaman Industri memuat makalah tinjauan (review) fokus pada Penelitian dan kebijakan dengan ruang lingkup (scope) komoditas Tanaman Industri/perkebunan, antara lain : nilam, kelapa sawit, kakao, tembakau, kopi, karet, kapas, cengkeh, lada, tanaman obat, rempah, ...