AbstrakSetiap wajah menggambarkan rupa yang beragam seperti sedih, gembira, takut, marah dan sebagainya. Namun ekspresi demikian tidaklah menampak di atas kanvas sebagaimana wajarnya dalam bentuk rupa ekspresionis. Bentuk yang telah terdistorsi itupun mendapat berbagai pemaknaan dari penikmatnya yang dapat mengisi ruang kosong dari karya. Artikel ini bertujuan memaparkan bentuk serta makna yang digagas oleh senimannya. Metode yang digunakan yaitu berlandaskan pada ingatan, menyelisik catatan-catatan sepanjang proses serta mengamati karya secara langsung. Proses pemaknaan bersandar pada teori interpretasi Paul Riceour yang bersandar pada tanda dan simbol yang dianggap sebagai teks. Hasil penelitian ini ialah makna-makna yang terbaca masih pada karya menunjukkan kondisi sebagaimana realitanya, meski tidak lagi disajikan dengan rupa sebagaimana realitasnya.AbstractEach face depicts various forms such as sad, happy, afraid, angry, and so on. However, such an expression does not appear on the canvas as it usually would in an expressionist form. Instead, the distorted form gets various meanings from the audience, filling the space of the work. This article aims to describe the structure and to mean that the artist-initiated. The method used is based on memory, examining notes throughout the process, and observing the work directly. The meaning process relies on Paul Riceour's interpretation theory which relies on signs and symbols considered texts. This research shows that the meanings that are read in the works show the conditions as they are in reality, even though they are no longer presented in the form of existence.
Copyrights © 2021