Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Vol 14, No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBOTIK PADA PASIEN ISPA NON PNEUMONIA DI DUA PUSKESMAS DI KABUPATEN GARUT

Prayudi Ahmad (Farmasi Klinik Universitas Padjadjaran Dinas Kesehatan Kab.Garut)
Anas Subarnas (Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran)
Siti Saidah Muthmainah (Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung)



Article Info

Publish Date
31 Jan 2023

Abstract

Prevalensi penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non pneumonia terbilang cukup tinggi. Terapi antibiotik seringkali digunakan dalam penanganan ISPA non pneumonia, baik pada tingkat lokal maupun global. Tingginya peresepan antibiotik dalam penanganan ISPA non pneumonia dapat memicu terjadinya resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik merupakan masalah kesehatan signifikan saat ini. Evaluasi penggunaan antibiotik pada penanganan ISPA non pneumonia di sarana pelayanan kesehatan penting untuk dilakukan sebagai upaya pencegahan resistensi antibiotik dan peningkatan peresepan antibiotik yang rasional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional non eksperimental retrospektif di dua puskesmas di Kabupaten Garut dengan tujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada kasus ISPA non pneumonia. Evaluasi penggunaan antibiotik yang digunakan adalah indikator peresepan WHO meliputi persentase peresepan antibiotik, persentase obat yang diresepkan sesuai dengan formularium, persentase peresepan obat dengan nama generik, dan rerata jumlah item obat. Metode evaluasi lainnya yang digunakan adalah Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) / Defined Daily Dose (DDD) dengan Drug Utilization (DU) 90%. Analisis komparatif parameter peresepan menggunakan uji statistik Mann Whitney. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Pengambilan sampel menggunakan Teknik total sampling. Sumber data yang digunakan adalah resep pasien rawat jalan periode Juli 2019 sampai dengan Desember 2019. Hasil penelitian menunjukkan peresepan antibiotik pada kasus ISPA non Pneumonia pada Puskesmas Guntur dan Karangsari masing-masing adalah 45% dan 62,5%. Amoksisilin merupakan antibiotik yang paling banyak diresepkan yaitu 86,66 DDD/1000 pasien di Puskesmas Guntur dan 40,58 DDD/1000 pasien di Puskesmas Karangsari. Segmen DU 90% di Puskesmas Guntur adalah amoksisilin sedangkan di Puskesmas Karangsari adalah amoksisilin, sefadroksil dan siprofloksasin. Terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel jumlah item obat (P value : 0,00), peresepan sesuai formularium (P value : 0,00), peresepan obat generik (P value : 0,00) dan peresepan antibiotik pada kedua Puskesmas (P value : 0,00). Parameter durasi enggunaan antibiotik menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan ( P value : 0,717).

Copyrights © 2023