Kandidiasis oral merupakan infeksi jamur oportunistik yang paling sering terjadi pada pasien HIV/AIDS. Terdapat beberapa obat antijamur yang dapat digunakan dalam perawatan kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS, namun pemilihannya tergantung beberapa faktor, seperti perluasan lesi, keparahan penyakit, kondisi asam lambung, level supresi imun, farmakodinamik/farmakokinetik, interaksi obat, resistensi, dan tingkat kepatuhan pasien. Namun, kandidiasis oral refractory dapat terjadi yaitu kegagalan dalam merespon perawatan dengan antijamur. Pada kasus seperti ini, identifikasi Candida dari daerah orofaring dapat membantu membedakan penyebab kegagalan lain secara mikrobiologis. Pasien AIDS diketahui mengalami hypochlorhydria dan peningkatan pH lambung, sehingga berpotensi terjadi penurunan absorpsi dan bioavailabilitas beberapa obat antijamur. Pasien dengan kondisi ini dapat diberikan flukonazol oral karena tidak tergantung pada pH lambung, dapat diabsorpsi dengan cepat, serta memiliki bioavailabilitas tinggi, sehingga flukonazol lebih unggul dibandingkan golongan azol lain dan antijamur topikal seperti nistatin supsensi oral maupun klotrimazol troches. Larutan itrakonazol dan posakonazol dapat dijadikan terapi second-line yang dapat digunakan, selain itu peningkatan imunitas lokal dan sistemik merupakan hal yang penting dalam melawan infeksi Candida. Dengan demikian, berdasarkan tinjauan pustaka flukonazol lebih baik digunakan dalam perawatan kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS.
Copyrights © 2021