Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah mahasiswa merasa malu dan takut berbahasa Inggris karena mereka tidak terbiasa menggunakan bahasa Inggris, takut salah pengucapan, tidak terbiasa atau tidak nyaman berbicara menggunakan bahasa Inggris. Mahasiswa lebih suka menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dalam lingkungan kelas dan ketika berada di komunitasnya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kosakata mahasiswa, yang menyebabkan hanya beberapa mahasiswa yang berani berbicara menggunakan bahasa Inggris.Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris mahasiswa STABN Sriwijaya melalui metode seni peran. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan model Kemmis dan Taggart. Penelitian ini dilakukan dalam empat siklus, melibatkan mahasiswa Semester II Jurusan Dharmaduta dan mahasiswa Semester II Jurusan Dharmacarya sejumlah 23 orang. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi aktivitas mahasiswa dan pertanyaan mengenai keterampilan berbicara mahasiswa. Teknik analisis data yang digunakan melibatkan analisis statistika deskriptif dan analisis kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode seni peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara mahasiswa Semester II Jurusan Dharmaduta dan Semester II Jurusan Dharmacarya. Peningkatan ini terlihat dari skor rata-rata yang mengalami peningkatan dari pre-test (50,81 - kategori kurang) ke siklus I (59,39 - kategori cukup), siklus II (61,29 - kategori cukup), siklus III (64,54 - kategori cukup), dan siklus IV (66,84 - kategori baik). Seluruh mahasiswa berhasil menyelesaikan permainan seni peran dan hasilnya tergolong baik pada akhir siklus (post-test). Kosakata mahasiswa meningkat dan mereka mulai berbicara menggunakan bahasa Inggris dengan percaya diri di depan teman-teman mereka.
Copyrights © 2019