Profetika
Vol. 17, No. 1, Juni 2016

PEMIKIRAN MOHAMMAD ILYAS TENTANG PENYATUAN KALENDER ISLAM INTERNASIONAL

Amri, Rupi’i (Unknown)



Article Info

Publish Date
13 Jul 2016

Abstract

The object of this study is Mohammad Ilyas’s concept of the unification of InternationalIslamic calendar. The Method of analysis is descriptif-analysis. The results of this researchshow that Mohammad Ilyas’s concept of the unification of International Islamic Calendarbased on the hisab of the crescent visibility and the International Lunar Date Line (ILDL).The Ilyas’s criteria of the crescent visibility use two parameter, i.e. geocentric relative altitudeand relatif azimut. The application of Mohammad Ilyas’s concept of the crescent visibility asthe unification of International Islamic calendar can’t accepted by Indonesia Moslem. Thisproblem is caused by the difference criteria between Indonesia Moslem (Indonesia ReligiousAffair) of the crescent visibility and Ilyas. Ilyas’s concept of International Lunar Date Line isalways change every month. This condition is cause the difference in the beginning of the dayon the first month in the region of the country.Keyword: unification, International Islamic calendar, crescent visibility.Abstrak: Umat Islam sampai saat ini masih berbeda-beda dalam menentukan awal bulankamariah. Perbedaan ini mengakibatkan perbedaan pula dalam memulai peribadatan-peribadatantertentu, yang paling menonjol ialah perbedaan dalam memulai puasa Ramadan, IdulFitri, dan Idul Adha. Perbedaan penetapan awal bulan tersebut membuat para tokoh falakdan astronomi bekerja keras untuk memikirkan upaya penyatuan kalender Islam, baik tingkatnasional maupun internasional. Salah satu tokoh yang gigih memperjuangkan upaya penyatuankalender Islam Internasional adalah Mohammad Ilyas. Penelitian ini menunjukkanbahwa konsep pemikiran Mohammad Ilyas tentang Kalender Islam Internasional bertumpupada hisab imkan ar-rukyah (crescent visibiliy/visibilitas hilal) dan Garis Tanggal KamariahAntar Bangsa (International Lunar Date Line). Kriteria visibilitas hilal Ilyas menggunakankombinasi dua parameter, yaitu parameter ketinggian relatif geosentrik (geocentric relativealtitude) dan azimut relatif (relative azimut). Kriteria visibilitas hilal yang digunakan olehIlyas adalah: (1) Beda tinggi Bulan-Matahari minimum agar hilal dapat teramati adalah 4°jika beda azimut Bulan-Matahari lebih dari 45°. Jika beda azimutnya 0°, maka beda tinggi Bulan-Matahari harus lebih dari 10.5°, (2) Terbenamnya Bulan sekurang-kurangnya 41 menitlebih lambat daripada terbenamnya Matahari dan memerlukan beda waktu yang lebih besaruntuk daerah yang lintangnya tinggi, (3) Hilal harus berumur lebih dari 16.5 jam bagi pengamatdi daerah tropis dan lebih dari 20 jam bagi pengamat di daerah yang lintangnya lebihtinggi. Aplikabilitas pemikiran Mohammad Ilyas tentang kriteria visibilitas hilal (crescentvisibility) sebagai upaya penyatuan kalender Islam Internasional sampai saat ini belum dapatditerima oleh umat Islam di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kriteria visibilitashilal yang dipakai oleh umat Islam di Indonesia (Kementerian Agama RI) dengan kriteriaIlyas. Garis Tanggal Kamariah Antar Bangsa (International Lunar Date Line) yang digagasIlyas juga selalu berubah-ubah setiap bulan sehingga seringkali menimbulkan perbedaan haridalam memulai bulan baru di suatu daerah atau negara.Kata Kunci: penyatuan; kalender Islam Internasional; visibilitas hilal.

Copyrights © 2016