Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan
Vol 6, No 2 (2017)

SETRA BADUNG SEBAGAI BENTENG TERAKHIR RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DI DENPASAR

Ayu Putu Utari Parthami Lestari (Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Ngurah Rai, Bali)



Article Info

Publish Date
06 May 2017

Abstract

Diakui bahwa sebagai ibukota dari provinsi yang menjadi daerah tujuan utama di Indonesia, memenuhi amanat dari UU No. 26 tahun 2007 tentang RTH (Ruang Terbuka Hijau), yaitu sebesar 30% untuk ruang terbuka hijau kota, bukanlah prioritas pemerintah kota Denpasar. Ketersediaan ruang terbuka publik (tanpa “hijau”) kota saja sebenarnya juga sudah tergantikan dengan pusat-pusat tujuan wisata yang tersebar di seluruh penjuru kota. Namun kebutuhan akan ruang terbuka “hijau” kota yang berkualitas agaknya belum terpenuhi secara maksimal. Keterlambatan pemerintah untuk melihat pentingnya ruang terbuka hijau kota diakhiri dengan kesulitan untuk pembebasan lahan, sehingga baru beberapa tahun terakhir, pemerintah kota Denpasar mencoba sedikit kreatif. Membangun ruang-ruang kota yang tersisa untuk menjadi ruang terbuka hijau. Untuk menjadi lebih kreatif lagi, pemerintah kota Denpasar sebenarnya memiliki solusi atas keterbatasan lahan, yaitu mengoptimalkan perkuburan kota. Di kota-kota lain di Indonesia seperti di Jakarta, kedinasan pemakaman dan pertamanan adalah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam bidang pemerintahan kota. Namun di tengah adat dan kebiasaan masyarakat tradisional di Bali, pekuburan masih dianggap sebagai hal sakral yang sebaiknya tidak dicampur dengan kegiatan profan seperti fungsi ruang terbuka hijau. Penelitian akan dilakukan dengan metode kualiatif dengan beberapa literatur sebagai pegangannya, dilengkapi dengan studi lapangan. Satu-satunya hambatan dalam mengimplentasian ide ini adalah bahwa pekuburan sudah didesign untuk menjadi menyeramkan, sedangkan fungsi barunya sebagai ruang terbuka hijau kota mengharuskan perancangan ruang yang menyenangkan. Sehingga diambil jalan tengah untuk hanya memanfaatkan sebagian kecil saja dari fungsi setra sebagai ruang terbuka hijau yang bisa dikunjungi tanpa merasa takut dengan tanpa menghilangkan fungsi-fungsi awal dan ke adatan dari setra bagi desa adat. Sedangkan setra yang dimanfaatkan sebagai studi banding adalah Setra Badung di Denpasar. Paper ini bertujuan untuk membuka kesadaran akan banyaknya ruang-ruang kosong yang bisa dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan orang banyak.Kata Kunci : ruang terbuka hijau; setra; Denpasar; sakral

Copyrights © 2017






Journal Info

Abbrev

virtuvian

Publisher

Subject

Civil Engineering, Building, Construction & Architecture Engineering Environmental Science

Description

Jurnal Ilmiah VITRUVIAN adalah jurnal yang mencakup artikel bidang ilmu arsitektur, bangunan, dan lingkungan. Jurnal ilmiah Vitruvian terbit secara berkala yaitu 3 (tiga) kali dalam setahun, yaitu pada bulan Oktober, Februari, dan Juni. Redaksi menerima tulisan ilmiah tentang hasil penelitian yang ...