KALANGWAN
Vol 2 No 2 (2016): Desember

Estetika Sastra Kidung Bima Swarga

Wicaksana, I Dewa Ketut (Unknown)



Article Info

Publish Date
13 Dec 2016

Abstract

Tulisan ini mengkaji Estetika Sastra Kidung Bima Swarga yang mengisahkan tentang Bima pergi ke Kawah (nerakaloka) membebaskan ayahnya (Pandu) serta ibu tirinya (Madri) dari siksaan Yamadipati, dan dinaikkan kedua orang tuanya ke sorga (swargaloka). Untuk kepentingan penulisan ini naskah-naskah yang dijadikan sebagai obyek kajian adalah hanya 2 (dua) naskah yang berbentuk puisi (tembang), atas dasar; pertama, teks kidung  Bima Swara (karya tulis Sri Reshi Ananda Kusuma) sudah diterbitkan dan yang satu lagi didokumentasikan (alih aksara) oleh Disbud Bali (1995), namun keduanya belum diterjemahkan, sehingga sulit dimengerti; kedua, secara dramatikal, alur ceritanya merupakan satu kesatuan yang utuh (bulat) sehingga mudah diketahui dan dipahami; ketiga, teks dalam bentuk metrum (pupuh)  disusun berdasarkan aturan­ aturan tertentu sehingga memungkinkan diedesi secara kritis berdasarkan aturan-aturan tersebut; keempat, naskah  tersebut  dalam  konteksnya  sering  dijadikan  pedoman  atau  rujukan  oleh  seniman-seniman (khususnya dalang) untuk dijadikan sumber lakon dalam melakukan aktivitasnya 'ngwayang'; dan kelima, naskah tersebut juga digunakan sebagai media ungkap oleh masyarakat Bali ketika ada orang yang meninggal, dengan resitasi (menembangkan) lewat aktivitas 'mabebasan'. Perspektif hermeneutik dan semiotik, jenis kidung Bima Swarga membentuk struktur global yang mempunyai fungsi dan makna bagi penghayatan dan pengkajian budaya Bali (Indonesia) sebagai sumber inspirasi garapan tema dan amanat. Tema lakon ini adalah 'rna/utang'dengan amanatuya hutang seorang anak kepada orang tuannya karena ia dilahirkan dan dibesarkan, maka ia harus berkewajiban membayar dengan cara bhakti baik secara fisik (mengupacarai) maupun spiritual dengan mencakupkan tangan 'nyumbah'. Nilai­ nilai budaya yang terkandung dalam kidung Bima Swarga meliputi, nilai ajaran dharma  (kewajiban dan kebajikan); nilai yajnya (korban suci dan ketulusan); dan nilai kesetiaan (satya wacana dan suputra). Visi estetiknya, kidung Bima Swarga tercermin lewat keabsahan fungsinya sebagai seni ritual (pitrayadnya), karena mengandung nilai penyerahan diri kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), sehingga muncul rasa tenang, tentram, damai, dan nyaman, terutama bagi masyarakat pendukungnya.

Copyrights © 2016






Journal Info

Abbrev

kalangwan

Publisher

Subject

Arts Humanities

Description

Jurnal Seni Pertunjukan Kalangwan merangkum berbagai topik seni pertunjukkan, baik yang menyangkut konsepsi, gagasan, fenomena maupun kajian. Kalangwan memang diniatkan sebagai penyebar informasi seni pertunjukan sebab itu dari jurnal ini kita memperoleh dan memtik banyak hal tentang seni ...