Salah satu produk fiqh muamalah yang turut berkembang bersamaan dengan perkembangan ekonomi syariâah adalah akad wadiâah. Lembaga keuangan syariâah, khususnya bank syariâah mencoba memodifikasi dan menerapkan akad-akad al musamma termasuk wadiâah sebagaimana yang disebutkan oleh kitab-kitab fiqh, namun aplikasinya telah mengalami perubahan bentuk yang sebaliknya dari pengertian semula. Permasalahan yang akan dikaji adalah mengapa dan bagaimana perubahan tersebut bisa terjadi? Tulisan ini dari hasil pengkajian kitab-kitab fiqh (muamalah) klasik dalam berbagai madzhab, kitab-kitab fiqh modern (kontemporer) dan buku-buku tentang perbankan syariâah termasuk fatwa DSN-MUI tentang wadiâah dan dianalisis secara kualitatif. Perubahan bentuk akad wadiâah dari fiqh ke bank syariâah, setidaknya dalam 4 hal, yaitu 1), sifat wadiâah yang semula adalah non profit (tabarruâ) menjadi profit. 2) barang titipan semula adalah milik penitip dan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima titipan, di bank syariâah barang titipan beralih menjadi milik bank dan bank bebas memanfaatkannya. 3) barang titipan yang semula adalah barang, dalam bank syariâah berubah menjadi uang. Dan 4) akad wadiâah semula obyeknya adalah jasa penitipan dimana penitiplah yang harus membayar jasa penitipan, tetapi di bank syariâah berubah menjadi titipan investasi.
Copyrights © 2015