Bagi seorang tunanetra yang memiliki keterbatasan atau bahkan ketidakmampuan untuk melihat, dalam memahami suatu bangun, mereka akan mengobservasi bangun tersebut dengan menggunakan indera peraba terlebih dahulu dan kemudian menggabungkan gambaran atau refleksi tersebut sehingga konsep mengenai objek tersebut terbentuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemahamaman siswa tunanetra (buta total) sejak lahir dan sejak waktu tertentu terhadap bangun datar segitiga serta bagaimana perbedaan pemahaman mereka. Subjek dalam penelitian ini adalah dua siswa tunanetra kelas 8 SMPLB-A dimana salah satunya mengalami buta total sejak lahir sedangkan yang lain mengalami buta total sejak kelas 5 SD. Hasil yang diperoleh, kedua subjek memberikan definisi, karakteristik, serta jenis segitiga berdasarkan refleksi pemahaman mereka masing-masing serta pengalaman yang telah mereka dapat. Sehingga dapat dikatakan bahwa usia kebutaan ikut berpengaruh dalam pemahaman serta pembentukan konsep suatu materi. Berdasarkan hasil tersebut dapat digunakan sebagai gambaran dalam mempersiapkan metode serta media/alat pembelajaran bagi siswa tunanetra.
Copyrights © 2015