Jurnal Mentari
Vol 16, No 1 (2013)

PENDIDIKAN KARAKTER

Ramli, Ramli ( Dosen FKIP Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh)



Article Info

Publish Date
07 Jan 2013

Abstract

Sistem pendidikan di Indonesia secara umum masih dititikberatkan pada kecerdasan kognitif. Hal ini dapat dilihat dari orientasi sekolah-sekolah yang ada saat ini masih disibukkan dengan ujian, mulai dari ujian bulanan, ujian akhir semester hingga ujian nasional. Ditambah latihan-latihan soal harian dan pekerjaan rumah untuk memecahkan pertanyaan di buku pelajaran yang biasanya tidak sesuai dengan kehidupan sehari-hari para siswa. Saatnya para pengambil kebijakan, para pendidik, orang tua dan masyarakat senantiasa memperkaya persepsi bahwa ukuran keberhasilan tidak selalu dilihat dari prestasi angka-angka. Hendaknya sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan pengalaman-pengalaman bagi siswa untuk membangun dan membentuk karakter-karakter yang unggul. Negara Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 3 UU tersebut menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Karakter yang dibangun pada siswa tidak semata-mata tugas guru atau sekolah. Menurut KI. Hajar Dewantara mengingat siswa beraktivitas tidak hanya di sekolah, namun siswa juga menghabiskan waktu di rumah dan sekaligus menjadi anggota masyarakat yang merupakan bagian dari warga negara Indonesia mau pun warga dunia. Di satu sisi guru dituntut untuk mendidik siswa menjadi generasi muda yang berkarakter baik, namun di sisi lain setiap hari siswa melihat contoh orang tua di rumah yang mungkin sering tidak taat pada peraturan. Pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan. Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia. Pembentukan karakter itu dimulai dari fitrah yang diberikan Tuhan, yang kemudian membentuk jati diri dan prilaku. Dalam prosesnya sendiri fitrah yang alamiah ini sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga lingkungan memilki peranan yang cukup besar dalam membentuk jati diri dan prilaku. Sekolah dan masyarakat sebagai bagian dari lingkungan memiliki peranan yang sangat penting, oleh karena itu setiap sekolah dan masyarakat harus memiliki pendisiplinan dan kebiasaan mengenai karakter yang akan dibentuk. Para pemimpin dan tokoh masyarakat juga harus mampu memberikan suri teladan mengenai karakter yang akan dibentuk tersebut.     DAFTAR PUSTAKA   Adian Husaini. 2010. Perlukah Pendidikan Berkarakter. Dikutip dari http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=133perlukahpendidikan-berkarakter&catid=1%3Aadian-husaini&Itemid=23. Diakses pada hari Sabtu tanggal 9 April 2011 pukul 19.20 WIB. Alen Marlis. 2010. Manfaat Pendidikan Karakter bagi Guru Untuk Membangun Peradaban Bangsa. Dikutip dari http://alenmarlissmpn1gresik.wordpress. com/2010/10/03/manfaatkarakteristikpendidikan-bagi-guru-untuk-membangun peradabanbangsa/ diakses hari Minggu tanggal 10 April pukul 20.02 WIB. Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.  Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Kemendiknas. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Ki Hadjar Dewantara. Dalam http://alenmarlissmpn1gresik.wordpress.com/2010 / 10/03/manfaat-karakteristik-pendidikan-bagi-guru-untuk mebangunperadaban-bangsa/. Diakses hari Minggu tanggal 10 April pukul 21.15 WIB. Ratna Megawangi. 2007. Semua Berakar Pada Karakter. Jakarta: FE-UI. UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Copyrights © 2013