cover
Contact Name
Sony Christian Sudarsono
Contact Email
sintesis@usd.ac.id
Phone
+6285642606679
Journal Mail Official
sintesis@usd.ac.id
Editorial Address
Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unversitas Sanata Dharma Mrican, Caturtunggal, Depok, Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Sintesis
ISSN : 1693749X     EISSN : 27229408     DOI : 10.24071/sin
SINTESIS adalah jurnal ilmiah bahasa, sastra, dan kebudayaan Indonesia yang diterbitkan oleh Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sintesis terbit pertama kali bulan Oktober 2003 dengan frekuensi terbit dua kali setahun pada bulan Maret dan Oktober. Sintesis is a scientific journal of Indonesian language, literature, and culture published by the Indonesian Letters Study Program, Faculty of Letters, Sanata Dharma University, Yogyakarta. Sintesis was first published in October 2003 with a frequency of publishing twice a year in March and October.
Articles 136 Documents
PENGGUNAAN ALIH KODE DALAM MILIS BEASISWA Truly Almendo Pasaribu; J. B. Gunawan; Mega Wulandari
Sintesis Vol 12, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v12i1.1744

Abstract

Studi ini bertujuan untuk menganalisis alih kode yang ditemukan di komunitas mailing list (milis)pencari beasiswa. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan: faktor sosial apa sajakahyang mempengaruhi penggunaan alih kode yang terjadi di komunikasi virtual tersebut? Penelitiandeskriptif kualitatif ini mengkaji 31 surat elektronik pada grup milis beasiswa http://groups.yahoo.com/group/beasiswa/. Hasil penelitian menunjukan bahwa alih kode terjadi karenadipengaruhi empat faktor. Pertama, topik tentang beasiswa memegang peranan penting dalammendorong terjadinya fenomena bahasa ini.Dalam beberapa konteks, alih kode terjadi karenapenggunaan Bahasa Inggris lebih tepat untuk menjelaskan istilah-istilah yang berkaitan denganbeasiswa. Kedua, latar belakang pendidikan para anggota milis memungkinkan mereka menggunakanmulti bahasa dan mengalihkan Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris untuk berkomunikasi satu samalain. Ketiga, adanya solidaritas virtual diantara partisipan juga berkontribusi pada terjadinyafenomena ini.Gaya bahasa yang digunakan diantara anggota milis adalah gaya bahasa kasualkarenasuasana pembicaraan tidak formal maka mereka dapat secara leluasa menggunakan alihbahasa. Keempat, fungsi percakapan di dalam milis, yaitu untuk memberikan informasi danmemotivasi para anggota, juga mendorong penggunaan alih kode . Studi ini memaparkan informasimengenai cara orang berinteraksi dan berkomunikasi melalui email satu sama lain.
REFLEKSI TRAGEDI 1965 DALAM NOVEL AMBA KARYA LAKSMI PAMUNTJAK: SEBUAH PENDEKATAN HISTORIS Antonius Hendrianto
Sintesis Vol 7, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v7i2.1010

Abstract

Artikel ini mengkaji hubungan antara sejarah dan sastra yang melahirkan refleksi tragedi 1965 dalam novel Amba karya Laksmi Pamuntjak dengan pendekatan historis menggunakan teori Georg Lukacs. Hubungan tersebut dapat ditemukan dengan membaca historical authenticity, historical faithfulness, dan authenticity of local colour. Kajian ini menunjukkan fungsi realitas historis di dalam novel. Pembebasan masyarakat dari tawanan masa lalu yang kelam adalah implikasi sosial yang diharapkan dari novel Amba.Kata kunci : Pendekatan historis, Tragedi 1965, Historical authenticity, Historical faithfulness, authencity of local colour, Refleksi
PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA SEBAGAI REPRESENTASI RELASI KEKUASAAN Praptomo Baryadi Isodarus
Sintesis Vol 14, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v14i1.2550

Abstract

Tingkat tutur dalam bahasa Jawa yang pada masa sekarang lebih menonjol digunakan sebagai sarana sopan santun berbahasa, jika diteliti sejarah awal perkembangannya, sebenarnya dimanfaatkan untuk merepresentasikan relasi kekuasaan. Artikel ini menyajikan hasil kajian tentang penggunaan tingkat tutur dalam bahasa Jawa sebagai representasi relasi kekuasaan. Ada dua hal yang diteliti, yaitu aspek kebahasaan yang membentuk tingkat tutur dalam bahasa Jawa dan penggunaan tingkat tutur dalam bahasa Jawa untuk merepresentasikan relasi kekuasaan. Untuk menjelaskan dua hal tersebut, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis). Selain itu, penelitian ini juga dilaksanakan dengan menerapkan metode observasi untuk pengumpulan data, metode distribusional dan metode padan pragmatis untuk analisis data, serta metode informal dan metode formal untuk penyajian hasil analisis data. Ada dua temuan dari penelitian ini. Pertama, yang pokok dari tingkat tutur dalam bahasa Jawa adalah ngoko dan krama. Tingkat tutur ngoko dan krama dibedakan dari kosa katanya sehingga ada kosa kata ngoko dan ada kosa kata krama. Dalam penggunaannya, tingkat tutur menimbulkan berbagai variasi, yaitu ngoko lugu, antya-basa, basa-antya, wredha krama, kramantara, mudha krama madya krama, madyantara, dan madya ngoko. Temuan kedua adalah penggunaan tingkat tutur dalam bahasa Jawa merepresentasikan relasi kekuasaan penutur dengan mitra tutur. Pada mulanya, pengembangan tingkat tutur memperkuat kedudukan dinasti Mataram sebagai supremasi kekuasaan di Jawa. Pada perkembangan selanjutnya, selain sebagai wujud sopan santun berbahasa, tingkat tutur ngoko dan krama digunakan untuk merepresentasikan relasi kekuasaan personal, yaitu antara penutur dengan mitra tutur. Tuturan ngoko digunakan dalam komunikasi menurun, yaitu komunikasi penutur yang berstatus lebih tinggi kepada mitra tutur yang lebih rendah. Tuturan krama dipakai dalam komunikasi menaik, yaitu komunikasi antara penutur yang berstatus sosial lebih rendah kepada mitra tutur yang berstatus lebih tinggi.
KUNTI IBU YANG PERAWAN DALAM EPOS MAHABHARATA Kartika Setyawati
Sintesis Vol 6, No 2 (2008)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v6i2.2702

Abstract

Tulisan ini akan mengungkapkan parthenogenesis dalam diri Kunti yang terdapat pada Epos Mahabarata. Parthenogenesisi ini tidak dapat dilepaskan dari peran Kunti melahirkan para pahlawan perang Bharatayuddha dan dia sendirilah yang turut andil terhadap terjadinya perang tersebut. Digambarkan bahwa Kunti merupakan ibu Pandawa, sekaligus Karna yang saling berlawanan dalam perang tersebut. Kunti mendampingi Pandawa sampai pada waktunya dilepas ketika Pandawa menemukan pelindungnya yaitu Dropadi. Kunti (dan Dropadi) bukan wanita lemah, dia merupakan salah satu pendorong terjadinya perang Bharatayuddha. Kunti adalah ibu yang perawan, yang menjadi jalan bagi para dewa untuk berinkarnasi ke dunia dalam rangka memulihkan Perthiwi dari para daitya yang menjelma ke dunia. Penghinaan Korawa terhadap Dropadi di balairung kerajaan Hastinapura sangat menyakitkan hati Kunti. Itulah alasan Kunti menginginkan agar perang tidak dibatalkan.KATA KUNCI Kunti, ivirgin birth, parthenogenesis, Mahabharata
YANG ABSURD, YANG ARIF: ANALISIS TOKOH-TOKOH CERPEN BAKDI SOEMANTO Novita Dewi
Sintesis Vol 9, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v9i1.1028

Abstract

Artikel ini membahas penokohan dalam sejumlah cerpen karya Bakdi Soemanto yang mengedepankan absurditas lewat tokoh-tokoh utama yang konyol, bernasib sial, dan bahkan dianggap kurang waras. Lewat analogi nama, analogi lanskap, dan analogi antar tokoh, tersibaklah kearifan di balik tokoh-tokoh absurd ini. Absurditas mereka sekaligus menerangi batas-batas kabur antara kewarasan dan kegilaan ketika manusia mencoba mencari makna dalam hidup yang dalam gagasan filsafat eksistensialisme tidak punya makna.Kata kunci: absurd, analogi nama, analogi lanskap, analogi antar tokoh.
PRINSIP KASIH SAYANG: PRINSIP BERBAHASA YANG MEMARTABATKAN ANAK Sony Christian Sudarsono
Sintesis Vol 10, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v10i2.919

Abstract

Berbahasa dengan anak memiliki kekhasan tersendiri sehingga prinsip-prinsip berbahasa dalam kajian pragmatik seperti Prinsip Kerja Sama, Prinsip Kesopanan, dan Prinsip Belas Kasih perlu disesuaikan dengan kekhasan bahasa untuk anak. Oleh karena itu, ditawarkanlah Prinsip Kasih Sayang yang merupakan paduan ketiga prinsip berbahasa tersebut dan yang sudah disesuaikan untuk kondisi anak. Prinsip Kasih Sayang memiliki empat maksim, yaitu (i) maksim simpleksitas, (ii) maksim kepositifan, (iii) maksim kejujuran, dan (iv) maksim kenyamanan. Perumusan prinsip ini merupakan bagian dari usaha memartabatkan anak.Kata kunci: bahasa anak, prinsip berbahasa, prinsip kasih sayang, pragmatik.
PRAKTIK HEGEMONI DALAM NOVEL MIDAH, SIMANIS BERGIGI EMAS KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER Martha Lusiana
Sintesis Vol 14, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v14i2.2855

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan praktik hegemoni di dalam novel Midah, Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer. Penelitian ini menggunakan novel tersebut sebagai objek material dan pendekatan hegemoni Gramscian sebagai objek formal. Di dalam penelitian ini, ditemukan sedikitnya dua bentuk praktik hegemoni. Pertama, praktik hegemoni ditemukan dalam relasi antara masyarakat elite dan kelas bawah. Kedua, praktik hegemoni ditemukan dalam relasi keluarga.
SIGNIFIKANSI ENAM PUISI DALAM ANTOLOGI PUISI MANTRA ORANG JAWA KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO: KAJIAN SEMIOTIKA RIFFATERRE Septina Krismawati
Sintesis Vol 7, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v7i1.974

Abstract

Mantra Orang Jawa (MOJ) merupakan penulisan ulang mantra-mantra Jawa dalam bentuk puisi. Dalam kebudayaan Jawa, mantra memiliki fungsi yang tidak terbatas. Hal tersebut menimbulkan suatu asumsi bahwa dalam kumpulan puisi MOJ yang merupakan puitisasi mantra-mantra Jawa terdapat sebuah signifikansi (makna) yang khusus. Signifikansi tersebut tidak disampaikan secara langsung, melainkan melalui tanda-tanda. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan proses pencarian signifikansi terhadap enam puisi dalam antologi MOJ yang disampaikan melalui tanda-tanda. Pencarian signifikansi menggunakan teori semiotika Riffaterre. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, keenam puisi yang menjadi sampel memiliki signifikansi yang berbeda. Dalam masing-masing puisi tersebut ditemukan adanya pandangan-pandangan khusus dari masyarakat Jawa terhadap kehidupannya. Pandangan hidup masyarakat Jawa tersebut berfungsi untuk mendapatkan kesempurnaan hidup.Kata kunci : mantra orang jawa, semiotika riffaterre, signifikansi (makna)
KEARIFAN LOKAL-GLOBAL DALAM DONGENG DARI BERBAGAI NEGARA Hirmawan Wijanarka
Sintesis Vol 13, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v13i1.1912

Abstract

This research aims at observing local wisdoms revealed in folktales from various areas/countries, andhow these local wisdoms make up global wisdoms. Twenty nine (29) folktales from various differentareas/countries (or communities) are observed. The folktales chosen are expected to represent variouslocal wisdoms from different areas/countries in the world. These folktales have all been rewritten andtranslated into English, and are collected in The Greedwood Library of World Folktales (Volume 1 Volume 4), edited by Thomas A. Green, published in 2008. This study results in two major findings.Firstly,the folktales show that there are similar (or even the same) local wisdoms in most part of theworld. This research comes up with fourteen (14) local wisdom simplied in the folktales. Secondly,outof these fourteen local wisdoms, four global wisdoms that underlie the local wisdoms are found.
CARA DAN TUJUAN PENCIPTAAN CANGKRIMAN WANCAHAN P. Ari Subagyo
Sintesis Vol 8, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v8i2.1021

Abstract

This article discusses about cangkriman wancahan that is one of four kinds of cangkriman or Javanese traditional riddles. Javanese people created cangkriman wancahan in general by acronymization (acronym-making). The general way can be separated on two special ways, that are (1) acronimyzation in combining with shifting of presupposition and (2) acronymization in combining with foreign language spelling. The creating of the cangkriman wancahan is ended to (1) representing experiences, (2) laughing at situation, and (3) imitating foreign language spelling.Key words: cangkriman wancahan, Javanese, way, end, creating

Page 1 of 14 | Total Record : 136