cover
Contact Name
Agus Eka Aprianta
Contact Email
penerbitan@isi-dps.ac.id
Phone
+62361-227316
Journal Mail Official
penerbitan@isi-dps.ac.id
Editorial Address
Mudra Jurnal Seni Budaya Institut Seni Indonesia Denpasar Jalan Nusa Indah Denpasar 80235
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
MUDRA Jurnal Seni Budaya
ISSN : 08543461     EISSN : 25410407     DOI : https://doi.org/10.31091/mudra.v37i4.2084
AIMS The journal presents as a medium to share knowledge and understanding art, culture, and design in the area of regional, national, and international levels. In accordance with the meaning of the word “Mudra”, which is a spiritual gesture and energy indicator, it is hoped that the journal will be able to vibrate the breath of art knowledge to its audience, both academics, and professionals. The journal accommodates articles from research, creation, and study of art, culture, and design without limiting authors from a variety of disciplinary/interdisciplinary approaches such as art criticism, art anthropology, history, aesthetics, sociology, art education, and other contextual approaches. SCOPE MUDRA, as the Journal of art and culture, is dedicated as a scientific dialectic vehicle that accommodates quality original articles covering the development of knowledge about art, ideas, concepts, phenomena originating from the results of scientific research, creation, presentation of fine arts, performing arts and new media from researchers, artists, academics, and students covering areas of study: Performing Arts: dance, puppetry, ethnomusicology, music, theater,performing arts education, performing arts management Fine Arts: fine arts, sculpture, craft art, fine arts education,fine arts management, including new media arts Design: interior design, graphic communication design, fashion design,product design, accessories and/or jewelry design Recording Media : photography, film, television, documentary, video art, animation,game Culture : linguistic, architecture, verbal tradition, as well as other communal tradition The object of research is explored in a variety of topics that are unique, relevant, and contextual with environmental and sustainability aspects, local wisdom, humanity and safety factors. In addition to that, the topic of research needs to be original, creative, innovative, excellence, and competitive.
Articles 412 Documents
Diversifikasi Bahan dan Teknik Penciptaan Perhiasan Sebagai Pemenuhan Kebutuhan Gaya Hidup Masyarakat di Era Postmodern I Ketut Sidaarsa
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 2 (2016): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v31i2.33

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mencari bahan baku baru yang dapat digunakan untuk memproduksi perhiasan. Pada konteks ini, diversifikasi bahan baku perhiasan dengan menggunakan kuningan telah menghasilkan perhiasan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dalam menciptakan produk kerajinan berupa perhiasan, ada tiga tahapan yang dilakukan pada penelitian ini yakni tahap eksplorasi, perancangan, dan perwujudan. Observasi lapangan dan eksperimen terhadap bahan baku dilakukan dengan tujuan mengetahui kebutuhan konsumen serta campuran yang tepat untuk menghasilkan perhiasan yang berkualitas. Harga perhiasan berbahan baku kuningan yang murah akhirnya menjadi pilihan bagi masyarakat, tidak saja masyarakat kelas menengah ke bawah, tetapi kelas atas pun menyukainya. Pada penelitian ini juga dipelajari jenis—jenis perhiasan yang beredar di pasaran serta yang paling diminati oleh konsumen. Berdasarkan temuan di lapangan, perhiasan jenis bros paling laris karena selain bentuknya yang relatif menonjoljuga karena aman karena tidak tersentuh kulit, dalam hal ini bros di pasang di baju. Memahami tingginya permintaan konsumen terhadap perhiasan berbahan baku kuningan, membuat pengrajin emas dan perak kini memproduksi perhiasan berbahan baku kuningan dengan teknik casting. Bahkan limbah kuningan yang di campur dengan kuningan murni pun bisa menghasilkan kualitas perhiasan yang bagus dengan campuran 1:10. Dengan demikian diversifikasiperhiasan berbahan baku kuningan tidak saja memberikan keuntungan bagi produsen, tetapi juga memberi kesempatan bagi masyarakat untuk bergaya serta limbah kuningan yang diolah menjadi perhiasan dapat mengurangi pencemaran lingkungan dari logam.
Dimensi Ruang Dalam Karya Rupa (Studi Interdisiplin Terhadap Seni Instalasi Oksigen Jawa Karya Hanafi) Acep Iwan Saidi; Aminudin TH Siregar
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 2 (2016): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v31i2.34

Abstract

Penelitian ini bertajuk Dimensi Ruang dalam Karya Rupa: Studi Interdisiplin Terhadap Seni Instalasi Oksigen Jawa karya Hanafi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kebudayaan dan metode interdisiplin. Cara kerja pendekatan dan metode tersebut adalah dengan memosisikan karya rupa (objek riset) sebagai artefak kebudayaan yang bersifat keseharian, yakni sebagai ekspresi yang renik dan kompleks. Berdasarkan sikap ini, objek dianalisis dengan menempatkan disiplin seni rupa dan desain sebagai basis ontologis yang didukung oleh berbagai disiliplin lain yang relevan. Dari model kerja demikian dapat ditemukan sebentuk rumusan yang menarik, antara lain, bahwa Oksigen Jawa adalah karya rupa multiperspektif yang dengan demikian juga menjadi multikode. Karya ini menjadi representasi dari upaya seniman untuk merangkai kembali narasi kebudayaan dan kemanusiaan yang sejauh ini telah terputus karena spesialisasi disiplin, Karya semacam ini tercipta dari seorang seniman yang memiliki kesadaran tentang sejarah, Sejarah dipahami sebagai kausalitas yang dengan begitu menjadi akar peradaban. Kehidupan manusia tidak pernah keluar dari benang merah sejarah sedemikian. Bonus demografidi masa depan, yang menjadi motivasi tematik penciptaan Oksigen Jawa, hanya akan tercapai jika pembangunan manusia hari ini dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai dan karakteristik masyarakat yang telah mengakar dari sejarah sebagai basis identitas.
Rekayasa Teknologi Pewarnaan Airbrush Untuk Peningkatan Kualitas Tekstil Menjadi High Fashion Mursidah Waty; H Hasmah; H Hariana
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 2 (2016): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v31i2.36

Abstract

Tujuan jangka panjang penelitian ini menghasilkan bahan-bahan tekstil berkualitas high fashion dari rekayasa teknologi pewarnaaan airbrush pada bahan tekstil berkualitas rendah atau tekstil limbah. Guna peningkatan mutu produk serta seiring perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, bahan dasar tekstil kulitas rendah atau tekstil limbah tersebut direkayasa menjadi produk baru dengan teknik pewarnaan airbrush. Teknik pewarnaan airbrush yang tadinya mempercantik tampilan di dunia otomotif, akan diaplikasikan pada bahan dasar tekstil tersebut sehingga menghasilkan bahan baku alternatif yang nantinya didesain berdasarkan kondisi bahan. Adapun metode yang dipakaiadalah eksperimen dan target khususnya adalah teridentifikasinya potensi—potensi daerah Gorontalo yang dapat dijadikan sumber-sumber ide baru penciptaan seni kriya serta terciptanya desainalternatif produk kriya tekstil dari hasil rekayasa tekstil. Untuk mencapai target tersebut,langkah nyata yang akan dilakukan adalah (1) eksplorasi dengan cara penggalian sumber—sumber ide baru dari berbagai produk kriya tekstil, melalui penelusuran data-data pustaka, data visual, dan data material, kemudian hasilnya digunakan sebagai dasar pembuatan dcsain; (2) perancangan yakni memvisualisasikan ide-ide kedalam bentuk desain atau gambar kerja;(3) perwujudan yaitu merealisasikan desain kedalam karya nyata dengan merekayasa tekstil berkualitas rendah atau tekstil limbah sebagai bahan utama berprospektif menjadi bahan high fashion yang berciri budaya Gorontalo.
Perempuan Dalam Cerita Naskah Islam Lokal (Suku Sasak) Di Lombok (Pendekatan Sosiologi) I Wayan Wirata
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 2 (2016): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v31i2.37

Abstract

Kata perempuan merupakan suatu yang misteri, karena ungkapan serta makna tentang perempuan menjadi perhelatan dalam tradisi masyarakat khusunya suku sasak. Penjelasan tentang perempuan banyak telah tertuang dalam cerita naskah Sasak seperti : Naskah Kotaragama, Dewi Rengganis, Megantaka, ataupun dalam ungkapan-ungkapan lokal yang disebut kearaifan lokal. Dalam konteks tersebut, perempuan diharapkan mendapatkan tempat terhormat dan porsi yang sejajar dengan kaum laki-laki, seperti hak dan kewajiban yang sama, kedudukan, peran, yang dilandasai sikap saling menghormati, saling menghargai, saling membantu dan saling mengisi dalam pembangunan. Cerita dalam naskah Sasak sebagai petuah untuk dipedomani dan dilaksanakan dengan berbagai pendekatan, bertutur kata dan berperilaku yang digunakan sebagai landasan kebenaran bagi masyarakatnya, maka kitab tersebut menjadi acuan dalam melaksanakan berbagai aktivitas kehidupan. Dengan mengacu pada penjelasan tersebut bahwa naskah Sasak dapat dijadikan barometer untuk kebenaran bagi masyarakat Sasak, Dalam realitanya naskah-naskah tersebut tetap digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan berbagai aktivitas kehidupan. Dengan demikian adanya pembangunan peradaban manusia khususnya di Pulau Lombok tidak terlepas adanya kontribusi maupun peran perempuan dalam membangun budaya lokal, sehingga dapat menciptakan masyarakat sasak hidup rukun, damai, aman, dan sejahtera.
Inkonsistensi Ashta Kosali Pada Bangunan Hunian Bali Madya Masa Kini Di Kabupaten Gianyar A. A. GD Rai Remawa
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 2 (2016): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v31i2.39

Abstract

Peraturan dan khazanah bangunan (bale), pada hunian Bali Madya, ditulis di atas daun lontar (borassus flabellifer) yang disebut Ashta Kosali. Permasalahan dalam penelitian ini adalah ditemukannya perbedaan implementasi antara ide (lontar) dan bentuk gubahan bangunan huniannya (artefak). Hal ini disinyalir dapat menurunkan kualitas estetika bangunan hunian Bali Madya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan implementasi antara ide dan bentuk gubahan tersebut, sehingga memudahkan usaha untuk meningkatkan kualitas estetika dan revitalisasi bangunan hunian Bali Madya pada masa yang akan datang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik, pendekatan etnosains dengan analisis groundedtheory. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana masyarakat Bali Madya menyusun dan mengorganisir budayanya, sehingga menghasilkan model bangunan hunian seperti yang diwarisi sampai saat ini. Dengan mengetahui konsep rumusan Ashtu Kosali, maka konsep ini dapat digunakan sebagai variabel penilai pada implementasi aturan bangunan Bali Madya masa kini. Hasil dari penelitian ini adalah diketahuinya prosentase inkonsistensi penerapan Ashta Kosali pada bangunan hunian Bali Madyu seperti pada ukuran dasar (Sukat Satus Sawelas), ukuran kaki tiang (Sukat Suku Bawak), ukuran ruangan pendek (Sukat Rongan Bawak) dan Ukuran ruangan panjang (Sukat Rongan Dawa).
Markers Of Post-conceptual Painting In Bandung Contemporary Arts (A Case Study On Errata-optika Exhibition Kiky Rizky Soetisna Putri; Setiawan Sabana
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 3 (2016): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v31i3.41

Abstract

Painting in its development has undergone various criticisms both of the medium and its conceptual substance. Currently painting is widely regarded as mere representation strategy. This study tries to see and tracing the paradigm shift in the era of contemporary painting, conceptual expansion, particularly the use of optical devices in its creation. Case study in this research is an exhibition in 2007 entitled Errata-Optika that was believed to be an important milestone paradigm shift in contemporary painting. This study used qualitative methods to approach the criticism and the study ofliterature on the history of painting to contemporary era. Observation was carried out as a method of collecting data from the exhibition Errata-Optika. The exhibition featured seven artists and twenty-two paintings that used optical devices in its creation method.Keywords: Post-conceptual Painting, Contemporary Art, Bandung, Exhibition
Symbolic Meaning of the Ornamental Diversity of Cirebon Batik Pegajahan Komarudin Kudiya; Setiawan Sabana; Agus Sachari
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 3 (2016): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v31i3.42

Abstract

Cirebon Batik Pegajahan is the result ofthe creative process, feeling, intention, also long thought of people who have expertise in interpreting the condition of people‘s behavior of Cirebon (palace), which was then adapted into a form of art and culture of batik fabric through a process of creativity of the craftsmen. This Batik Pegajahan grows and develops within the community of (palace) Cirebon, including: Kasepuhan Palace, Kanoman, Kacirebonan, and Keprabonan.This study will explain the symbolic narrative contained in Pegajahan Cirebon batik decoration. The discussion is based on the systematic symbolic visual elements of the Pegajahan batik decoration which is based on the teachings ofthe Tarekat Syattariyah attitudes and behavior of (palace) Cirebon society, form of local wisdom that is reflected in the symbolic-aesthetic elements.The research used descriptive—analytic method and ethnography, in describing the symbolic narrative found in Batik Pegajahan Cirebon, The results are in the form ofvisual data complete with symbolic narratives in Batik Pegajahan Cirebon, which represents behavior of (palace) Cirebon people significantly; so it can be used as reference for further research in the reconstruction, reproducing, and formulating such ornaments as the basis for designing or guidance for the people of batik (palace) Cirebon in particular.Keywords: Symbolic Narratives, Decoration of Batik Pegajahan and Tarekat Syattariyah
Preservation and Development Strategies of Gorontalo’s Local Culture through Gorontalo Cultural Digital Repository Application Arip Mulyanto; Mukhlisulfatih Latief; Manda Rohandi; S Supriyadi
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 3 (2016): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v31i3.43

Abstract

This study aims to implement a strategy of preservation and development of Gorontalo’s local culture through a web based application that can store and display the digitizing results of Gorontalo’s local culture called “Gorontalo cultural digital repository". The Gorontalo cultural digital repository provides information about the cultures in Gorontalo such as the mores, dances, historic sites and Gorontalo’s cultural artifacts in the form of video, images and text. The method used in this research is applied method withresearch procedures by: 1) Exploration, is to identify and analyze the data of local Gorontalo’s culture that covers Gorontalo’s mores, dances historic sites and Gorontalo’s cultural artifacts. 2) The development of Gorontalo cultural digital collection, which digitize the identification and analysis result of Gorontalo’s local culture. 3) Gorontalo Cultural Digital Repository application development. From the result of the research found: 1) Exploration the mores of Gorontalo consist of four important aspects, namely customarywelcoming guests, traditional coronation, marriage customs and funeral customs. There are more or less 20 historic sites located in Gorontalo. There are four dances that are usually performed in the customary celebration in Gorontalo.
"Strands of Gumi Sasak Pearls" Harmony-based Tourism Products in Mataram City, West Nusa Tenggara Ida Ayu Trisnawati; I Gusti Lanang Oka Ardika; I Nyoman Kariasa
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 3 (2016): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v31i3.44

Abstract

This research is aimed at identifying the Sasak ethnic art, Balinese ethnic and art acculturation in Mataram. Results ofsubsequent identification is packaged in a DVD for the Performing Arts with the theme of strands of Gumi Sasak pearls. The story in the DVD is wrapped with the story of Dewi Rengganis that will bring the potential of art and ethnicity in Mataram so that it can become a World tourist destinationThe results showed that people's lives of Mataram city are quite harmonious eventhough composed of various ethnic groups such as Sasak as indigenous people, Balinese, Javanese, Malay and so forth that they are migrant population. Harmony is evident from the understanding of the city pluralism, then practiced in the tolerance life that create a harmonious life that becomes public capital to develop themselves. This harmonious situation is so interesting that it is realized in a collaborative art with the theme of strands of Gumi Sasak pearls that tells about the diversity of art and culture in the city of Mataram that lives in harmony. This story is wrapped in the story of Dewi Rengganis that becomes an original story of Sasak tribe. The result ofthis collaborative art is expected to be one ofthe selling points and at once an alternative tourism product that could help realize Mataram city to be one of the World‘s tourist destinations.Keywords: pluralism of arts, tourism potential, Mataram City
Art as a Cultural Politics and Diplomacy Dicky Rezadi Munaf
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 3 (2016): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v31i3.45

Abstract

As a creative activity, art cannot be merely understood as an individual expression, but a social stage, in which common aesthetic experiences are socially built. Being a social product, art is a medium of various socio-political interests, particularly the interests of a particular community or institution. By employing a participatory research method, this paper is aimed at understanding of how art is used by a particular state’s institution for two interrelated functions. Internally, art is used to create social cohesion and commonality, to enhance work‘s productivity and creativity in the institution. Externally, art is practiced as form of cultural diplomacy, to promote national political, economical and cultural interests in the context of international relation. The conclusion of the research is that the functions of art in the context of state‘s institution are as a form of esthetic experience, institutional and community building, cultural exchange and cultural diplomacy.Keywords: Art, Aesthetic, Institution, Cultural Diplomacy, National Security and Safety.

Page 2 of 42 | Total Record : 412