cover
Contact Name
Agus Eka Aprianta
Contact Email
penerbitan@isi-dps.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
penerbitan@isi-dps.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Segara Widya: Jurnal Penelitian Seni
ISSN : 23547154     EISSN : 27988678     DOI : -
Core Subject : Art,
The journal presents as a medium to share knowledge and understanding art, culture, and design in the area of regional, national, and international levels. The journal accommodates articles from research, creation, and study of art, culture, and design without limiting authors from a variety of disciplinary/interdisciplinary approaches such as art criticism, art anthropology, history, aesthetics, sociology, art education, and other contextual approaches.
Articles 183 Documents
Karakterisasi Bentuk Tokoh Anoman Dalam Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati Wijna Bratanatyam, I Bagus
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 1 (2018): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5183.933 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i1.360

Abstract

Wayang Kulit Ramayana merupakan pertunjukan wayang kulit yang sumber lakonnya dari wiracerita Ramayana dengan musik iringan babatelan gender wayang. Ciri khas dari pertunjukan ini yaitu pada saat penampilan palawaga atau tokoh-tokoh kera. Salah satu tokoh kera yang dalam Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati mendapatkan porsi penampilan karakterisasi mengkhusus yaitu Anoman. Anoman merupakan panglimna pasukan kera Gua Kiskenda yang mengabdi kepada Rama. Hal ini menarik untuk diteliti khususnya pengkarakteran tokoh Anoman dalam Wayang Kulit Ramayana gaya Sukawati. Penelitian ini ini bertujuan untuk menguraikan dan menjelaskan bentuk tokoh Anoman dalam Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati yang terdiri dari : 1. Bagian Atas (kepala)Tokoh Anoman, 2. Bagian Tengah (badan) Tokoh Anoman, 3. Bagian Bawah (kaki) Tokoh Anoman. Dengan menggunakan metode kualitatif, dan analisis deskriptif analisis. Penelitian yang mengaplikasikan teori semiotika ini menghasilakan kesimpulan bahwa bentuk dari tokoh Anoman sangat kompleks baik dilihat dari anatominya dari bagian atas, tengah dan bawah yaitu berbentuk kera menyerupai manusia maupun dilihat dari tata busananya yang dikenakan. Sehingga dapat dipahami karakterisasi bentuk tokoh Anoman dalam Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati.Wayang Kulit Ramayana is a leather puppet show which is the source of the play from wiracerita Ramayana with music of babatelan gender wayang. The characteristic of this performance is at the appearance of palawaga or ape characters. One of the monkey figures in the Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati get the portion of the special characterization performance Anoman. Anoman is a panglimna of Kiskenda Cave monkeys who serve Rama. This is interesting to examine in terms of what pengkarakteran figure Anoman in Wayang Kulit Ramayana style Sukawati. This research aims to describe and explain the form of Anoman figure in Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati consisting of: 1. Top (head) Anoman figure, 2. Central (body) Anoman figure, 3. Underside (foot) Anoman figure . This research is a qualitative research, with descriptive method of analysis. Based on the semiotics overburden foundation to analyze the data, it can be concluded that the shape of Anoman figure is very complex whether it is seen from the anatomy of the top, middle and bottom that is human-like ape shape and seen from the fashion charged. So that can be understood characterization of Anoman figure form in Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati.
Prototipe Gamelan Sistem Sepuluh Nada Dalam Satu Gembyang Santosa, Hendra; Saptono, -; Sudhana, I Ketut
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 3 (2015): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.058 KB) | DOI: 10.31091/sw.v3i0.219

Abstract

Konsep sepuluh nada dalam satu gembyang pernah dirumuskan oleh dua orang musikolog Indonesia yaitu Raden Mahyar Angga Kusumadinata dan R. Hardjo Subroto. Pada gamelan Bali hal tersebut tersirat dalam lontar Prakempa. Konsep musikal yang sesungguhnya menarik ini, belum pernah diteliti dan dilakukan pengkajian yang mendalam. Dalam konteks inilah, sistem nada pada gamelan dengan menggunakan sembilan nada dalam satu gembyang penelitiannya terapan dilakukan.Tujuan Jangka panjang penelitian ini adalah membuat sebuah model gamelan dengan sistem sepuluh nada dalam satu Gembyang. Jika penelitian dapat diwujudkan, akan memberikan kosntribusi yang sangat signifikan dalam menunjang kreativitas seniman karawitan. Penelitian ini diperkirakan akan memakan waktu antara tiga tahun dengan masing-masing capaian setiap tahunnya berupa sebuah model instrumen gamelan. Penelitian terapan ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi lapangan untuk mencari nada dasar. Metode observasi kepustakaan untuk menelaah hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan interval nada. Metode observasi laboratorium yang menggunakan sofware Nuendo H2O serta Plug in RMIV untuk mencari sampler nada dan interval. Hasil yang didapat, kemudian direalisasikan dalam bentuk instrumen yang terbuat dari kayu, dan selanjutnya diujicobakan dalam bentuk praktik berkarawitan. Setelah dinilai cocok kemudian dibuatkan prototipe yang selanjutnya diujicoba baik melalui gending yang sudah ada, maupun gending baru. Pengukuran nada-nada secara matematis tidaklah tepat dipergunakan dalam pembuatan prototipe gamelan sistem sepuluh nada ini. Hal ini terjadi ketika apa yang ditemukan dalam penelitian gamelan Nawa Swara ternyata dari sisi rasa terasa ada yang tidak pas walaupun secara rasa dalam laras selendro sudah benar namun ternyata nada sisipannya yang menggunakan hitungan matematis terasa tidak enak didengar.The concept of ten tones in one gembyang been formulated by two people musicologist Indonesia RadenAnggaMahyarKusumadinata and R. HardjoSubroto. In the Balinese gamelan it is implied in the Prakempa manuscript. The real interesting musical concepts, have not been investigated and conducted in-depth assessment. In this context, the gamelan tuning system using nine tones in one gembyang applied research carried out. The long term goal of this research is to create a model of the system gamelan with ten tones in one Gembyang. If research can be realized, will give contributions significant in supporting the creativity of musical artists. This study is expected to take between three years with each achievement annually in the form of a gamelan instrument models. Applied research was conducted using the method of observation to find the basic tone. Observation methods literature to examine the results of previous studies related to tone intervals. Laboratory observation method which uses H2O Nuendo software and plug-in RMIV to find sampler tones and intervals. The results obtained, then realized in the form of instruments made of wood, and subsequently tested in the form music practice. Having considered suitable then created a prototype which further tested through gending existing or new gending. Measurement tones mathematically it is not appropriate used in the manufacture of the gamelan prototype this ten tone system. This happens when what was found in the study gamelan NawaSwara turns of the flavor was there that do not fit in the barrel flavor although selendro are correct but in fact the tone of additions that use mathematical calculation was not pleasant to hear.
Studi Struktur Dan Konstruksi Pada Kerajinan Mebel Bambu Di Desa Belega, Gianyar, Bali Tiaga, I Nyoman Adi; Noorwatha, I Kadek Dwi
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 3 (2015): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (945.836 KB) | DOI: 10.31091/sw.v3i0.210

Abstract

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk dapat mengeksplorasi berbagai jenis konstruksi bambu dan stuktur mebel bambu yang sedang berkembang, juga merumuskan karakter masing masing konstruksi yang ada pada kerajinan mebel bambu desa Belega Gianyar sebagai patokan dalam memahami keanekaragaman konstruksi mebel bambu yang berkarakter khas Bali. Selain masih kurangnya literatur tentang mebel bambu sebagai bahan pengajaran, juga disesuaikan dengan visi dan misi ISI Denpasar sebagai center of excellence dan bidang seni budaya, dipandang perlu untuk mengkaji hasil karya pengerajin mebel tradisional Bali di desa belega sebagai dasar pengembangan desain mebel yang mengangkat nilai lokal dan berwawasan global. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 4 sistem konstruksi utama yang diterapkan yaitu purus, purus tembus, kawang dan boleh; yang dalam konteks struktur telah mempertimbangkan unsur ergonomic, property mekanikal bambu, gaya yang ditopang mebel dan juga estetika. Pada sisi perkembangan, tampak tidak terjadi perkembangan setelah perkembangan gaya “boleh” pada tahun 1980an yang dipengaruhi faktor masih tingginya tingkat plagiasi antar pengerajin, kondisi ekonomi global yang berhubungan tren (selera pasar), kurangnya promosi secara massif yang berpengaruh langsung terhadap lemahnya nilai inovasi dan kreatifitas pengerajin mebel bambu. The goal of this research is to formulate the various types and characteristic of construction structures of bamboo furniture products of Belega village Gianyar. As a benchmark in understanding the diversity of bamboo furniture construction with Balinese character. In addition to the lack of literature on bamboo furniture as teaching materials, also adapted to the vision and mission of ISI as a center of excellence and the field of art and culture, it is necessary to examine the work of craftsmen of Belega’s traditional furniture as the basis for the development of furniture design which raised the value of the local and a global perspective. The results showed that there are four major construction system is applied, namely “purus” (porus-dowell), “purus tembus”, “kawang” and “boleh”; which in the context of the structure has to consider elements of ergonomic, mechanical properties of bamboo, sustained style furniture as well as aesthetics. On the side of development of construction system, there is no development occurred after the development of the style of "boleh" in the 1980s were influenced by the high level of plagiarism among craftsmen, global economic conditions related with trends, lack of promotion massively that directly influence the weakness of the value of innovation and creativity craftsmen bamboo furniture
Bahasa Rupa Kartun Konpopilan Pada Koran Kompas Tahun 2016 Nuriarta, I Wayan; Bayu Artha, I Gede Agus Indram
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 5 (2017): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.28 KB) | DOI: 10.31091/sw.v5i0.191

Abstract

Untuk menghadirkan humor ataupun kritik sosial, sebuah kartun pada koran biasanya memanfaatkan dua teks yaitu teks visual dan teks verbal. Kedua teks tersebut sangat diperlukan karena saling membutuhkan satu sama yang lainnya. Sementara kartun Konpopilan yang hadir pada Koran Kompas Minggu justru berbeda. Kartun ini dengan tegas menyatakan ‘dirinya’ adalah sebuah karya komunikasi visual yang hanya menggunakan teks visual tanpa teks verbal. Latar belakang tersebut menjadikan penelitian ini dilakukan dengan tujuan; (a) Untuk mendeskripsikan bahasa rupa kartun Konpopilan pada Koran Kompas tahun 2016, (b) Untuk mendeskripsikan makna denotasi dan makna konotasi kartun Konpopilan pada Koran Kompas tahun 2016. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahasa rupa kartun Konpopilan berisi Isi wimba berupa manusia bercaping dan berbagai satwa, Cara Wimbanya menggunakan ukuran very long shot, long shot, medium long shot, Tata Ungkap Dalam memanfaatkan cara wimbanya dengan sudut pengambilan wajar, Tata Ungkap Luar tidak terdapat pada kartun dengan gaya ungkap 1 panil, namun terjadi pada penggambaran strips yang memanfaatkan lebih dari 1 panil. Makna denotasinya adalah sebuah narasi seorang manusia bercaping bersama para satwa yang hadir pada tiap panil dengan makna konotasi sebagai sebuah kartun kritik terhadap manusia dalam menjaga lingkungan.To bring humor or social criticism, a cartoon on newspapers usually uses two kinds of text, such as visual text and verbal text. Both of them are reinforcing the message that delivered by the cartoonist, either humor or criticism. If one of these texts does not exist, the message will be very difficult to understand as they need each other.  Konpopilan cartoon is published in Kompas newspaper every Sunday is different. This cartoon firmly states 'itself' is a work of visual communication. That background study brought this research has some objectives, such as; (a) To describe the visual language that the Konpopilan cartoons were published in Kompas Newspaper in 2016, (b) To describe the meaning of denotation and connotation of Konpopilan cartoons in Kompas newspaper in 2016. This research used Qualitative research. Konpopilan cartoon uses visual language, such as; Isi Wimba that presented by a person who wears a traditional woven bamboo hat and animals, Cara Wimba uses very long shot, long shot, and medium long shot, Tata Ungkap Dalam uses normal perspective, Tata Ungkap Luar is not presented in 1 frame cartoon style but presented by strip comics which uses more than one frame. Denotation meaning of this cartoon is described by the person who wears a traditional woven bamboo hat and some animals that has connotation meaning as a cartoon focusing on social criticsm; how human being should take care of the environment.
Industrialisasi Musik Pop Bali: Ideologi, Kepentingan, Dan Praktiknya Ardini, Ni Wayan
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 3 (2015): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.726 KB) | DOI: 10.31091/sw.v3i0.172

Abstract

Musik pop Bali mengalami industrialisasi sejak dasa warsa 1990-an ketika perkembangan teknologi, system ekonomi, dan budaya music baru mendorong secara massif kelahiran studio-studio rekam, musisi-musisi, dan produk-produknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk industrialisasi musik pop Bali di wilayah Provinsi Bali; ideologi dan kepentingan yang bekerja di dalamnya; dan praktik pergulatan maknanya secara ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan, sepanjangduasetengahdasawarsaini, industrialisasi musik pop Bali berlangsung dalam bentuk produksi, distribusi, dan konsumsinya di wilayah Provinsi Bali akibat adanya jalinan kekuasaan budaya, kekuasaan kapital, dan kekuasaan media. Secara musikalitas, musik pop Bali cenderung semakin tidak Bali dalam tangga nada, lirik/syair, gaya penyajian, dan alat musik.Beragam genre dan nuansa musik pop Bali diproduksi padahal sebenarnya bersifat standar. Di dalamnya, kapitalisme secara halus berhasil mengendalikan ideologi-ideologi lainnya, yakni popisme, politik budaya lokal, dan kulturalisme. Tercipta kesadaran palsu bahwa musik pop Bali merupakan kebutuhan masyarakat dan demi pelestarian kebudayaan Bali. Banyaknya pihak yang terlibat memunculkan pergulatan antarpihak tersebut, yakni artikulasi yang berbeda-beda atas makna-makna yang ada untuk kepentingannya masing-masing.Balinese pop music has got industrialized at the decade of 1970’s since the technological progress, economic system, and new musical culture massively drove to the born of related recording studios, musicians, and products. This study is to comprehend the form of industrialization of Balinese pop music in Bali Province; the ideologies and interests that work behind; and the practice of meaning struggles among all parties engaged economically, socially, culturally, and politically. Data collecting covers techniques of interview, observation, and document studies. The result of study shows that for more than the Balinese pop music industrialization have been occurring in the forms of production, distribution, and consumption in all areas of Bali Province because of the system of cultural power, capital power, and media power. In the musicality aspects, the Balines pop music tends to lose their balineses in their tone scales, lyrics, performance styles, and instruments. For the sake of market, various musical genre and nuance are created although, in fact, they are standard. In the industrialization, capitalism ideology can smoothly control other ideologies, such as popism, politics of local culture, and culturalism. A false consciousness, that Balinese pop music is the need of the society and for the conservation of the Balinese culture, is constructed. So many parties involved in it, so that there are struggles among them, i.e. different articulations towards meaning for the interests they have.
Elemen Desain Komunikasi Visual Dalam Merchandise Iklan Politik Pasangan Dharmanegara Pada Pilkada Kota Denpasar 2014 Wirawan, I Gusti Ngurah; Nuriarta, I Wayan
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 1 (2018): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3130.032 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i1.356

Abstract

Iklan politik, menjadi perhatian utama dalam mekanisme industri citra yang dihadirkan sekedar menjadi alat bantu untuk mendekatkan gagasan dan karya nyata sang caleg pada masyarakat calon pemilih. Biasanya berwujud : rontek, spanduk, poster, stiker, baliho caleg, dan bendera parpol yang ditebarkan di ruang publik. Pada kenyataannya dalam pilkada 2014, keberadaan iklan politik menjadi salah kaprah, para caleg berkampanye hanya mengandalkan pemasangan alat peraga kampanye berbentuk iklan ruang. Alat peraga kampanye cenderung menjadi sampah visual. Berbeda halnya dengan pasangan DharmaNegara, selain mengandalkan alat peraga kampanye iklan ruang, pasangan ini menggunakan merchandise sebagai media kampanye. Merchandise yang digunakan berupa mug lengkap dengan packagingnya dan T-Shirt. Menariknya lagi, didalamnya mengkombinasikan gaya visual WPAP dengan elemen desain komunikasi visual. WPAP sendiri merupakan salah satu jenis konsep vektor yang bertekstur bidang yang saling silang-bersilang dengan perbedaan dan pemilihan warna yang khusus tanpa menghilangkan karakter dari objek tersebut. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri untuk dapat dikaji lebih dalam lagi sesuai dengan keilmuan desain komunikasi visual. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif. Data dalam bentuk primer dan sekunder dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, kepustakaan, dokumentasi dan internet. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk, estetika dan makna yang terkandung dalam elemen desain komunikasi visual pada merchandise  iklan politik pasangan DharmaNegara pilkada Kota Denpasar tahun 2014.Political advertising is a major concern in the mechanism of the image industry presented simply to be a tool to bring the ideas and concrete works of the candidates to the community of prospective voters. Usually tangibles, banners, posters, stickers, billboards, and flags of political parties are spread in public spaces. In fact, in the 2014 election, the existence of political advertisements became misguided, the legislative candidates only rely on the installation of campaign props in the form of ad space. The campaign props tend to be visual garbage. Unlike the case with DharmaNegara couples, in addition to relying on advertising space campaign props, these couples use merchandise as a campaign. Merchandise used in the form of mugs complete with packaging and T-Shirt. Interestingly, it combines the visual style of WPAP with visual communication design elements. WPAP is one kind of vector concept that is textured in a field that crisscross each other with distinction and special color selection without losing the character of the object. It becomes the main attraction to be studied more deeply in accordance with the science of visual communication design. This research uses qualitative descriptive approach. Informations in primary and secondary forms were collected through observation, interview, literature, documentation and internet techniques. The purpose of this study to knowing the form, aesthetics and the meaning contained in the visual communication design elements on the merchandise of political advertising partner DharmaNegara Election Denpasar in 2014.
Eksistensi Ilustrasi Kaos Bertema Bali Di Kota Denpasar Narulita, Eldiana Tri; Sarjani, Ni Ketut Pande
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 3 (2015): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.834 KB) | DOI: 10.31091/sw.v3i0.215

Abstract

Kaos bertema Bali mempunyai desain dengan motif-motif ilustrasi yang bertema budaya lokal Bali. Bagaimana eksistensi minat pembeli terhadap ilustrasi kaos bertema Bali di kota Denpasar? Apa makna ilustrasi budaya lokal yang terdapat pada elemen visual kaos bertema Bali? menjadi fokus masalah dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui eksistensi minat pembeli terhadap ilustrasi kaos bertema Bali di kota Denpasar dan untuk mengetahui apa makna ilustrasi budaya lokal yang terdapat pada elemen visual kaos bertema Bali.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sesuai dengan pendekatan kualitatif maka secara spesifikasi analisisnya ditunjang dengan analisis semiotika. Hasil penelitian yang telah diperoleh bahwa di toko oleh-oleh Krisna Nusa Indah, didapati bahwa kaos dengan ilustrasi yang bergambar karikatur/kartun dan ada teks “Bali” lebih laris. Selain itu kaos dengan ilustrasi barong juga banyak dipilih. Namun bagi konsumen terutama untuk pilihan kaos VVIP anak-anak, ilustrasi karakter kartun yang sedang tren seperti minion, angry bird, shaun the sheep, bernard bear, lebih diminati. Sedangkan hasil penelitian di toko oleh-oleh Erlangga 2, kaos dengan teks humor yang mengadaptasi kaos dari Joger lebih banyak dipilih konsumen. Hasil penelitian di Kumala production, kaos yang paling banyak dipesan adalah kaos dengan tema obyek wisata seperti Tanah lot, Besakih Kintamani. Adapun analisa tanda dan makna yang terdapat elemen visual kaos bertema Bali dilakukan melalui pendekatan semiotika diperoleh hasil bahwa dalam sample ilustrasi kaos bertema Bali terdapat tanda dan makna berupa ikon, indeks, simbol, kode kebudayaan dan kode narasi Bali- theme T-Shirt has a design motifs illustration that reflect Bali local culture. How the existence of buyer interest towards illustration themed shirts Bali in Denpasar? What is the meaning of the illustrations contained in the local culture visual elements themed shirts Bali? become the focus of the problem in this research. The purpose of this research was to determine the existence of buyers of the shirt illustration themed Bali in Denpasar and to find out what the local culture illustrations contained on the visual elements of the Bali-themed T-shirts. This research used a qualitative descriptive method. In accordance with the qualitative approach is supported by the analysis specification semiotic analysis. The result of research have been obtained that in Krisna Nusa Indah a souvenir shop, it was found that the T-Shirt with a caricature illustrations / cartoons and there is the text "Bali" is more in demand. In addition barong shirt also more selected. But for consumers, especially for selection of t-shirts VVIP children, illustration cartoon characters that are trends like minion, angry bird, shaun the sheep and bernard bear, more desirable. And the research results in a Erlangga 2 souvenir shop, T-shirts with text adapted humor shirts from Joger more preferably consumers. Then results in Kumala production, most ordered shirt is a shirt with the tourism site theme such as Tanah Lot, Besakih Kintamani. The analysis of signs and meanings contained visual elements of the Bali-themed T-shirts made through semiotic approach showed that in a sample illustration themed shirts Bali there are signs and meanings in the form of icons, indexes, symbols, cultural codes and codes of narrative.
Genggong Dalam Karawitan Bali: Sebuah Kajian Etnomusikologi Indra Sadguna, I Gde Made; Sutirtha, I Wayan
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 3 (2015): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.829 KB) | DOI: 10.31091/sw.v3i0.202

Abstract

Hingga saat ini kajian tentang Genggong masih sangat terbatas dan eksistensi Genggong di masyarakat semakin langka dan termarjinalkan akibat pengaruh globalisasi. Oleh karena itu, penelitian tentang Genggong secara lebih mendalam sangat mendesak untuk dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan tekstual Etnomusikologi. Untuk menjawab permasalahan, digunakan teori organologi dan estetika sebagai pisau bedahnya. Dari observasi serta wawancara yang dilakukan, dapat dijelaskan proses pembuatan Genggong sebagai berikut. Genggong merupakan satu-satunya instrumen dalam karawitan Bali yang terbuat dari pugpug. Untuk membuat sebuah Genggong terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu, membuat bakalan, proses ngerot,dan nyetel suara. Selain itu dijelaskan juga mengenai dekorasi serta cara perawatan instrumen Genggong. Agar seorang musisi mampu memainkan Genggong terdapat beberapa hal yang harus dipahami. Hal-hal tersebut adalah sikap duduk yang baik, teknik membunyikan Genggong yang meliputi teknik mentil, serta cara untuk mencari nada. Perubahan Genggong dari alat musik individu menjadi sebuah ensamble disebabkan karena perubahan konteks musiknya. Dahulu Genggong hanya digunakan sebagai alat musik pribadi, berkembang menjadi sebuah barungan untuk mengiringi sebuah pertunjukan.Until now, studies on Genggong are still very limited. The existence of Genggong is becoming very rare in Bali which is caused by the effect of globalization. Therefore, deep research on Genggong is urgently required. This research is an Ethnomusicology qualitative textual approach. The organology and aesthteics theory are used to solve the problems. Collecting data is done by means of literature studies, interviews, and observation participation. From observations and interviews that have been conducted, the process of making a Genggong are as follows. Genggong is the only musical instrument in Bali made of pugpug. To create a Genggong there are several steps that must be passed, which are, making the bakalan, ngerot process, and tuning the sound. In addition, I also describe the decor as well as how to treat a Genggong. In order for a musician capable of playing Genggong there are some things that must be understood. These things are: a good sitting position, Genggong techniques such as mentil and finding a proper sound. The change of Genggong from an individual instrument into a musical ensemble is caused by the change of the musical context. Genggong formerly was only used as a means of personal music, evolved into a musical ensamble to accompany a performance.
Elemen Visual pada Iklan Fiat 500 Karya Dave Hill Indira, Wahyu; Janottama, I Putu Arya
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 5 (2017): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.965 KB) | DOI: 10.31091/sw.v5i0.187

Abstract

Beriklan merupakan hal yang penting  untuk memperkenalkan, menginformasikan atau memengaruhi masyarakat agar membeli barang atau jasa yang ditawarkan oleh penyelenggara. Keberadaan media massa memiliki pengaruh yang begitu besar untuk menimbulkan daya tarik dan menciptakan citra merek atau brand bagi setiap produk yang  diiklankan. Memasuki era moderen, periklanan menemukan bentuk inovatif dengan karya-karya kreatif yang mengagumkan dan dilandasi oleh pemikiran kreatif yang dikemas secara apik salah satunya adalah iklan mobil Fiat karya Dave Hill. Iklan ini diproduksi dengan pemanfaatan teknologi digital imaging dengan cara menggabungkan beberapa objek foto menjadi sebuah ilustrasi fotografi yang unik dan menarik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui elemen visual yang terkandung pada iklan mobil Fiat  karya Dave Hill. Melalui metode penelitian deskriptif kualitatif,  yaitu mendeskripsikan pemecahan masalah secara sistematis yang ada berdasarkan data lapangan yang telah diperoleh melalui metode dokumentasi, kepustakaan dan internet. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori elemen visual meliputi teori ilustrasi fotografi dan tipografi yang digunakan untuk menganalisis tentang elemen visual pada iklan tersebut. Elemen yang dibahas meliputi ilustrasi fotografi, copywritting, dan tipografi.Advertising is essential in order to  introduce, inform or influence people to purchase goods or services offered by cooporate. The existence of mass media has such an enormous influence to create attraction for every product through advertisement. In an effort to create a product branding, it is  required for creative foundation for the advertisement so that it can affect people's to buy the product offered. Entering the modern era, advertising finds innovative forms with amazing creative works and is based on well-crafted creative thinking one of which is Fiat's advertisement by Dave Hill. This ad is produced with the use of digital imaging technology by combining multiple photo ointo a unique and exciting photography illustration. As a marketing strategy, Fiat car ads are also packed in the form of a story or story telling that raises the perception or meaning of the ad. The purpose of this study is to determine the visual elements contained in Dave Hill's Fiat ad. Through qualitative descriptive research method, as for the stages in the research that is describing systematic problem solving based on field data that has been obtained through documentation method, library and internet. Theories used in this study is the theory of visual elements include theories of photographic illustration and typography used to analyze the visual elements in the ad. The visual element covered include photographuc illustration, copywritting, and typography.
Teks Bahasa Bali Pada Desain T-Shirt (Analisis Wacana) Krisna Ari, Ida Ayu Dwita; Puspawati Nindhia, Cok Istri
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 3 (2015): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.006 KB) | DOI: 10.31091/sw.v3i0.220

Abstract

Saat ini muncul sebuah paradigma baru yang unik pada kalangan remaja di Bali yakni maraknya pemakaian t-shirt menggunakan teks bahasa Bali, T-Shirt tersebut bertuliskan pesan atau kata-kata mulai dari pesan yang lucu, bersifat sindiran, pernyataan pribadi, dan ada juga pesan- pesan yang porno, tema yang diangkat adalah pengalaman yang dijumpai dalam kehidupan sehari - hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk teks dan ilustrasi pada T-Shirt menggunakan teks bahasa Bali, makna yang terkandung dalam teks dan ilustrasi pada T-Shirt serta faktor – faktor pendorong yang mempengaruhi pemakai sehingga memilih menggunakan T-Shirt tersebut. Tahapan penelitian pertama, mengidentifikasi elemen-elemen visual yang terdapat dalam T-Shirt selanjutnya menganalisis makna apa yang terkandung dalam teks dan ilustrasi yang terdapat pada t-shirt. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis wacana. Kontribusi penelitian ini adalah dapat memberikan pengetahuan teoritis di bidang ilmu desain komunikasi visual bagaimana menciptakan sebuah desain T-Shirt yang menarik minat remaja sehingga mampu menjadi trend fashion baru agar nantinya dapat dijadikan rujukan bagi praktisi di bidang usaha konveksi, distribution outlet dan industri kecil bagaimana merancang desain T-Shirt agar menarik dan diterima oleh khalayak sasaran.Currently emerged a new paradigm that is unique in teenagers in Bali namely the rampant use of t-shirts using text language Bali, T-Shirt that reads the message or words - words from the message humorous, satirical, personal statements, and there is also a message - a message that is pornographic, the theme is the experience encountered in daily life - today. The aim of this study was to determine the form of text and illustrations on t-shirts using text language Bali what meaning is contained in the text and illustrations on a T-Shirt as well as a factor - the driving factors that influence the user to choose to use the t-shirt. The steps of this research: first, to identify the elements - visual element anything contained in the T-Shirt next to analyze the meaning of what is contained in the text and illustrations contained in t-shirts using a qualitative descriptive od with approach discourse analysi. The contribution of this study is that it can provide theoretical knowledge in the field of visual communication design how to create a T-Shirt designs that appeal to adolescents so that they can become a new fashion trend that can later be used as a reference for practitioners in the field of convection, distribution outlets and small businesses how to design design t-shirts in order to attract and received by the target audience.

Page 2 of 19 | Total Record : 183