cover
Contact Name
Agus Eka Aprianta
Contact Email
penerbitan@isi-dps.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
penerbitan@isi-dps.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Segara Widya: Jurnal Penelitian Seni
ISSN : 23547154     EISSN : 27988678     DOI : -
Core Subject : Art,
The journal presents as a medium to share knowledge and understanding art, culture, and design in the area of regional, national, and international levels. The journal accommodates articles from research, creation, and study of art, culture, and design without limiting authors from a variety of disciplinary/interdisciplinary approaches such as art criticism, art anthropology, history, aesthetics, sociology, art education, and other contextual approaches.
Articles 183 Documents
Film Dokumenter “Sesuluh” Sebagai Media Pembentuk Karakter Bangsa Buda, I Ketut; Payuyasa, I Nyoman; Deny Chrisna Putra, I Made
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.491 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.549

Abstract

Dewasa ini berbagai macam masalah muncul ke permukaan menghiasi media. Hal ini mencerminkan terjadinya degradasi moral atau kemerosotan karakter. Padahal jika dicermati  nilai-nilai karakter sangat kental termuat dalam nilai-nilai lokalitas kebudayaan yang salah satunya adalah wayang Kamasan. Lukisan wayang Kamasan adalah budaya yang sarat dengan nilai-nilai moralitas. Berkaitan dengan hal ini penulis termotivasi untuk melakukan kajian terhadap sebuah film dokumenter yang berjudul “Sesuluh” yang secara materi film ini mengangkat wayang Kamasan serta nilai-nilai karakter pembentuk bangsa. Mengingat film banyak digandrungi masyarakat luas dan begitu menginspirasi bagi generasi penerus bangsa. Oleh karena itu dalam peneitian ini penulis mengangkat tiga permasalahan, yaitu pertama adalah bagaimanakah konsep film “Sesuluh”, kedua bagaimanakah cerita film “Sesuluh”, dan ketiga bagaimanakah eksplorasi nilai-nilai karakter yang terdapat dalam lukisan wayang Kamasan. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan observasi. Film dokumenter “Sesuluh” adalah jenis film dokumenter yang berdurasi 17 menit. Film ini mengambil konsep penggalian dan eksplorasi nilai karakter dalam wayang Kamasan, dengan menghadirkan tiga nara sumber yang berkompeten. Cerita film dibagi menjadi tiga babak, babak pertama membahas peran dan fungsi wayang kamasan, ketiga eksplorasi nilai karakter, dan ketiga berupa konklusi. Film “Sesuluh” ini merupakan sebuah media yang pantas dan patut dijadikan sarana pembentukan karakter bangsa.Today various problems surfaced adorn the media. This reflects the occurrence of moral degradation or deterioration of character. In fact, if we look at the character values are very thick, contained in the values of cultural locality, one of which is Kamasan wayang. Kamasan puppet paintings are cultures that are full of moral values. In connection with this the writer is motivated to conduct a study of a documentary film entitled “Sesuluh” which in this film materializes Kamasan wayang and the values of the nation’s forming characters. Considering the film is much loved by the wider community and so inspiring for the future generation. Therefore, in this study the author raises three problems, namely first is how the concept of the film “Sesuluh”, the second how the story of the film “Sesuluh”, and the third how to explore the character values contained in Kamasan puppet paintings. The design of this study is descriptive qualitative. Data collection method uses interview and observation methods. The documentary film “Sesuluh” is a type of documentary film that lasts 17 minutes. This film takes the concept of digging and exploring the value of characters in the Kamasan wayang, by presenting three competent resource persons. The film story is divided into three rounds, the first round discusses the roles and functions of kamasan puppet, the third is exploration of character values, and the third is conclusions. This “Sesuluh” film is an appropriate media and should be used as a means of forming the nation’s character. 
Program Kemitraan Masyarakat Banjar Dinas Bongan Gede, Desa Bongan dan SMK Saraswati 3 Tabanan di Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali Made Indra Sadguna, I Gde; Sariada, I Ketut
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.195 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.550

Abstract

Masyarakat Bali dan kesenian merupakan hal yang tak terpisahkan dan saling terkait. Kesenian menempati ruang yang penting, khususnya dalam konteks ritual keagamaan. Dalam pelaksanaan upacara di Bali, dikatakan tidak akan lengkap dan selesai tanpa hadirnya kesenian, khususnya seni tari dan karawitan. Kini dengan perkembangan globalisasi dan teknologi, peminat kesenian dari generasi muda mulai mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan gaya pola hidup yang berubah mengikuti sinetron di televisi, penggunaan media sosial dan internet yang berlebihan, serta adanya anggapan bahwa seni tari dan karwaitan adalah hal yang kuno. Dari hal tersebut, timbul kekhawatiran akan semakin terpinggirkannya kesenian Bali. Oleh sebab itu, perlu dilakukan usaha-usaha pelestarian kesenian, salah satunya lewat Program Kemitraan Masyarakat (PKM). Dalam kegiatan PKM ini terdapat dua mitra, yaitu Banjar Bongan Gede sebagai Mitra I dan SMK Saraswati 3 Tabanan sebagai Mitra II. Kedua mitra mengalami permasalahan yang sama, yaitu rendahnya animo anak-anak dan siswa yang mempelajari seni tari dan karawitan. Dari pertemuan dengan kedua mitra, ditemukan tiga masalah utama yaitu kurangnya animo dalam belajar berkesenian, yang berakibat pada kurangnya teknik tari dan karawitan, serta kurangnya referensi tari-tarian kreasi baru. Untuk mengatasi permasalahan tersebut akan ditawarkan solusi dengan melakukan presentasi seni yang interaktif dan menarik, workshop peningkatan teknik tari dan karawitan, serta pengajaran tari Selat Segara sebagai salah satu tari kreasi baru. Sasaran peserta PKM untuk mitra I adalah anak-anak berusia 12-15 tahun serta siswa-siswi yang memilih ekstrakurikuler tari dan tabuh untuk mitra II. Melalui solusi yang ditawarkan, didapatkan hasil meningkatnya animo anak-anak serta siswa dalam mempelajari kesenian, adanya peningkatan teknik tari dan karawitan, serta mampu menguasai tari Selat Segara dengan baik. Hasil dari pembinaan PKM ini didokumentasikan dalam bentuk DVD. Arts and society are two inseparable factors in the Balinese life. The existence of art plays a vital role, especially in the religious context. Ceremonies are not complete without the presence of art, especially karawitan (traditional Balinese music) and dance. Now, in the era of technology and globalization, younger generation are experiencing a decline in arts. This is due to the lifestyle patterns that change following soap operas on television, excessive use of social media and the internet, and the assumption that dance and music are old school. From this, concerns arise about the increasingly marginalized Balinese arts. To preserve the arts, there should be efforts to be done, one is through the Program Kemitraan Masyarakat (PKM). In this PKM activity there were two partners, namely Banjar Dinas Bongan Gede Banjar Partner I and SMK 3 Saraswati Tabanan as Partner II. Both partners experienced the same problems, namely the low interest in children and students studying dance and music. From meetings with the two partners, three main problems were found, namely the lack of interest in learning art, which resulted in a lack of dance and karawitan techniques, as well as a lack of reference to new dances. To overcome these problems, a solution will be offered by conducting interactive and interesting art presentations, dance and karawitan techniques improvement workshops, and teaching Selat Segara dance as one of the new dance creation. The target of PKM participants for partner I is children aged 12-15 years and students who choose dance and karawitan extracurricular for partner II. Through the solutions offered, the results are the increasing of interest of children and students in learning art, the improvement of dance and karawitan techniques, and being able to perform the Selat Segara dance. The results of this PKM are documented on DVD. 
Nilai-Nilai Tradisi dan Modernitas Pada Karya Nyoman Gunarsa Nuriarta, I Wayan; Wijna Bratanatyam, I Bagus
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.639 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.551

Abstract

Dalam lukisannya, Gunarsa melakukan penggalian nilai dan spirit yang terkandung dalam entitas budaya dan seni tradisional Bali. Pada konteks ini, Gunarsa juga menyerap tradisi seni modern yaitu; fine art (seni murni) melalui bangku akademis. Gunarsa melahirkan estetika ”baru” dari penggabungan kaidah-kaidah modern dengan nilai-nilai tradisi Bali. Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam bentuk kajian akademis terhadap karya-karya Nyoman Gunarsa yang tersimpan di Pusat Dokumentasi Seni Lata Mahosadhi ISI Denpasar. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengumpulkan, menyaring dan menganalisis data. Teori kritik seni Feldman digunakan dalam kajian terhadap karya-karya Nyoman Gunarsa dimulai dengan deskripsi dan analisis formal terhadap aspek-aspek formal, dilanjutkan dengan interpretasi terhadap keterkaitan aspek formal tersebut dengan representasi nilai-nilai tradisi dan modernitas dan terakhir evaluasi. Data tersebut dijabarkan secara deskriptif untuk mendapatkan hasil yang jelas terhadap masalah-masalah yang diajukan dalam penelitian ini. Setelah semua data dianalisis dan dibahas secara mendalam, langkah terakhir adalah menyimpulkan temuan-temuan yang diperoleh sesuai dengan data yang ada, yang didasarkan pada ruang lingkup permasalahan yang dikaji.In his painting, Gunarsa explores the values and spirit contained in artistic entities and Balinese traditional culture. In this context, Gunarsa also absorbs modern art traditions, named; fine art through formal studies. Gunarsa has founded a “new” aesthetic of paintings by combining the modern principles with Balinese traditional values. This study aims to increase knowledge in the form of academic studies on the works of Nyoman Gunarsa stored in the Lata Mahosadhi Art Documentation Center, ISI Denpasar. This study uses a qualitative research design to collect, filter and analyze the data. Feldman’s art criticism theory used in this study of Nyoman Gunarsa’s works. It begins with a formal description and analysis of the formal aspects, followed by an interpretation of the relationship between the formal aspects and the representation of traditional values and its modernity, and then the evaluation. The data is described descriptively to get clear results on the problems proposed in this study. After all the data are analyzed and discussed deeply, then the final step is to conclude the finding items from the available data, which is based on the scope of the problem being examined. 
Jenis Dan Bentuk Pepalihan Peciren Bebadungan Pada Pemesuan : Studi Kasus Desa Kesiman Udiyana Wasista, I Putu; Dwi Noorwatha, I Kadek
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.882 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.552

Abstract

Pepalihan peciren bebadungan merupakan pakem pepalihan yang berkembang di wilayah Denpasar. Pakem pepalihan ini tersisa di wilayah Desa Kesiman, disebabkan daerah Kesiman tidak tersentuh vandalisme arsitektur pada masa penjajahan Belanda. Pepalihan digunakan pada arsitektur tradisional Bali sebagai ornamentasi dengan tujuan estetis. Salah satu jenis arsitektur tradisional bali yang menggunakan pepalihan adalah pemesuan. Penelitian ini memfokuskan pada pemesuan, disebabkan pemesuan merupakan identitas dari sebuah wilayah. melalui pepalihan pada pemesuan di wilayah Desa Kesiman, dapat diketahui bentuk dan jenis pepalihan peciren bebadungan yang lumrah digunakan sebagai gambaran identitas wilayah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif komparatif melalui hasil wawancara dengan undagi. Pepalihan peciren bebadungan menggunakan permainan garis geometris dengan sistem konstruksi gandeng yang cukup rumit. Melalui permainan tersebut tercipta estetika khas bebadungan yang terkesan kokoh dan modern. Jenis pepalihan yang lumrah digunakan pada pemesuan di wilayah Desa Kesiman adalah palih sebitan, palih tiasan, palih ganggong, palih gumulung, palih gegilik, palih baong capung, palih kekarangan, palih sasak, dan palih lelempong.Pepalihan peciren bebadungan is a standard transfer system that is developing in the Denpasar area. This transfer system is left in the Kesiman Village area, because the Kesiman area was not touched by architectural vandalism during the Dutch colonial period. Transfers are used in traditional Balinese architecture as ornamentation with aesthetic purposes. One type of traditional Balinese architecture that uses transfer is pemesuan. This research focuses on traditional Balinese entrance, because the traditional Balinese entrance is the identity of a region. Through the transition to the establishment in the Kesiman Village, it can be seen that the shape and type of the traditional Peciren switch that is commonly used as an illustration of regional identity. This study uses a qualitative approach with descriptive comparative methods through the results of interviews with undagi. The transfer system of peciren bebadungan uses a geometric line game with an articulate construction system that is quite complicated. Through the game created a distinctive aesthetic that is solid and modern. The types of shifting that are commonly used in the processing in Kesiman Village are palih sebitan, palih tiasan, palih ganggong, palih gumulung, palih gegilik, palih baong capung, palih kekarangan, palih sasak, and palih lelempong. 
Analisis Nilai Karakter Dalam Penggalan Cerita Ramayana Pada Pandil Gong Kebyar Di Pusdok Isi Denpasar Payuyasa, I Nyoman; Diana Putra, Wayan
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.242 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.553

Abstract

Dewasa ini masyarakat mulai diresahkan dengan berbagai macam permasalahan terorisme, pemerkosaan, korupsi, serta tindakan kriminal lainnya. Penggiatan pendidikan karakter sepertinya belum memeroleh maksimal. Padahal karakter masyarakat Indonesia seharusnya tidak lepas dari moralitas dalam kearifan lokal dalam bentuk seni budaya. Terutama Bali yang sarat dengan nilai seni budaya, yang salah satunya adalah kesenian musik tradisional Gong Kebyar. Ada bagian unik dalam setiap instrumen gong yang disebut dengan pandil yang berupa ukiran yang menceritakan kisah Ramayana. Tentu dalam kisah ini banyak sekali muatan nilai-nilai karakter dan moral, namun belum ada yang menerjemahkan serta menganalisisnya. Sebagai sebuah upaya untuk mengikutsertaan bidang kesenian dalam menanggulangi kemerosotan karakter,  penulis tertarik untuk manganalisis nilai-nilai karakter dan moral dalam pandil gong kebyar ini. Permasalahan serta tujuan penelitian ini untuk mendeskripsi cerita dan nilai-nilai karakter dalam pandil gong kebyar. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penulis menggunakan metode observasi dan wawancara untuk mengumpulkan data penelitian.  Hasil penelitian ini menemukan ada sepuluh rangkaian cerita Ramayana serta beberapa memuat nilai-nilai moral, seperti tanggung jawab, kesetiaan, rela berkorban, ketidakserakahan, dan penegakkan kebenaran.Nowadays people are starting to be troubled by various problems of terrorism, rape, corruption, and other criminal acts. Activation of character education does not seem to have maximized. Whereas the character of Indonesian society should not be separated from morality in local wisdom in the form of cultural arts. Especially Bali which is full of artistic and cultural values, one of which is the traditional Gong Kebyar music art. There is a unique part in each gong instrument called pandil in the form of carvings which tells the story of Ramayana. Of course in this story there are a lot of character and moral values, but no one has translated or analyzed them. As an effort to participate in the arts in tackling the deterioration of character, the writer is interested in analyzing the character and moral values in the kebyar pandil gong. The problem and the purpose of this study is to describe the characters’ stories and values in the Pandil Gong Kebyar. The design of this study is descriptive qualitative. The author uses observation and interview methods to collect research data. The results of this study found that there are ten series of Ramayana stories and some contain moral values, such as responsibility, loyalty, willingness to sacrifice, injustice, and upholding the truth. 
Perkembangan Trend Kamen Wanita Di Bali Leliana Sari, Dewa Ayu Putu
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.589 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.554

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menelusuri tentang bagaimana perkembangan salah satu bagian dari busana adat tradisional yaitu kamen di Bali baik yang digunakan pada saat upacara adat ke Pura, sehari-hari maupun upacara manusa yadnya. Subjek yang paling menonjol dalam perkembangan pakaian adat Bali yaitu wanita Bali. Ruang lingkup tulisan ini yaitu kamen wanita yang dikenakan pada saat ke pura maupun pesta adat (dalam agama hindu disebut dengan manusa yadnya). Pada awalnya, pakem busana adat Bali ke Pura, yaitu :Pertama diawali dengan memakai kamen tetapi lipatan kamen melingkar dari kanan ke kiri sesuai dengan konsep sakti. Putri sebagai sakti bertugas menjaga agar si laki-laki tidak melenceng dari ajaran Dharma. Tinggi kamen putri kra-kira setelapak tangan karena pekerjaan putri sebagai sakti sehingga langkahnya lebih pendek. Setelah menggunakan kamen untuk putri memakai bulang yang berfungsi untuk menjaga rahim, untuk mengendalikan emosi. Sekitar 5 tahun lalu terjadi pergeseran bentuk kamen dari yang seharusnya dikenakan pada saat ke Pura. Perubahan bentuk kamen tersebut dikarenakan pengaruh kaum fashionista dan sosialita yang merombak cara berkain dengan system ikat dan draping. Pakem kamen wanita yang seharusnya dikenakan pada saat persembahyangan ke pura serta trend yang sedang in pada bentuk, motif serta warna kamen. Perkembangan motif berupa kain printing dengan motif kain tradisional Bali, batik-batik serta kain yang dibordir dengan motif songket. Serta dalam perkembangan warna kamen yang dikenaan lebih berani, tidah hanya menggunakan warna-warna khas Bali. This paper aims to explore how the development of one part of traditional traditional clothing namely kamen in Bali is good that is used during traditional ceremonies to the temple, daily and manusa yad ceremony. The most prominent subject in the development of Balinese traditional clothing is Balinese women. The scope of this paper is that women are worn when they go to temples or traditional parties (in Hindu religion they are called manusa yadnya). In the beginning, the custom of Balinese clothing to the temple, namely: First begins with wearing kamen, but the folds of kamen circle from right to left according to the magic concept. The princess as a magician is in charge of keeping the man from deviating from the teachings of the Dharma. The height of the princess is about the palm of the hand because the work of the princess is powerful so the steps are shorter. After using kamen for the daughter to use a bone that serves to protect the uterus, to control emotions. About 5 years ago there was a shift in the form of kamen from what was supposed to be worn at the temple. Changes in the form of kamen are due to the influence of the fashionistas and socialites who overhauled the way to deal with the tie and draping systems. The ingredients for women’s kamen that should be worn when praying to temples and trends that are currently in shape, motif and color are kamen. The development of motifs in the form of printing cloth with traditional Balinese cloth motifs, batik and cloth embroidered with songket motif. As well as the development of kamen colors that are recognized more boldly, not only use Balinese colors. 
Panca Pesona Desa Wisata Ayunan Dianitasari, Renata; Lia Susanthi, Nyoman
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.082 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.555

Abstract

Berdasarkan rencana program kerja yang dicanangkan perbekel desa Ayunan, bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah menjadi desa wisata pada tahun 2020, maka diharapkan adanya kerjasama antara mahasiswa KKN ISI Denpasar dengan pemerintah serta masyarakat desa setempat untuk mewujudkan program tersebut. Dengan adanya wacana desa Ayunan menjadi desa wisata pada tahun 2020, serta dilandasi tema KKN ISI Denpasar 2018 yang ingin membangkitkan desa melalui keunggulan seni dan budaya, maka mahasiswa peserta KKN ISI Denpasar di desa Ayunan menuangkan sejumlah ide guna mendukung terlaksananya keinginan pemerintah dan masyarakat desa setempat, melalui kolaborasi keahlian masing-masing mahasiswa dari program studi yang berbeda-beda. Program ini dikelompokkan menjadi lima program kerja utama, namun memiliki satu konsep yang sama. Yaitu penciptaan tari maskot desa Ayunan, yang juga meliputi penciptaan musik pengiring tari maskot dan perancangan kostum tari maskot tersebut; penciptaan lagu desa Ayunan; perancangan merchandise desa Ayunan; perancangan monumen desa wisata Ayunan; serta penciptaan video dokumentasi yang menampilkan potensi desa Ayunan. Lima program ini berjudul “Panca Pesona Desa Wisata Ayunan”, lima program kerja dengan harapan hasil yang mempesona, sebagai upaya mendukung desa Ayunan mencapai salah satu visinya. Program kerja ini juga sekaligus sebagai program unggulan yang merupakan salah satu luaran wajib KKN ISI Denpasar tahun 2018. Penciptaan program Panca Pesona Desa Wisata Ayunan ini tidak lepas dari riset, permintaan dan persetujuan aparat desa setempat, serta bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah deskriptif kualitatif. Sedangkan metode pengumpulan data berdasarkan wawancara, observasi, studi kepustakaan, dan analisis foto dan video. Adanya relevansi antara program desa Ayunan dan program kerja Panca Pesona Desa Wisata Ayunan, memunculkan hubungan timbal balik yang saling membutuhkan dan menguntungkan antara pihak desa dan mahasiswa KKN. Sehingga program dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.Base on work plan program by the head of community Ayunan village which is proclaimed to achieve as a tourist village on 2020, hence cooperation between ISI Community Outreach Program (COP) with local government and social community is needed. Refer to mentioned program and base on ISI COP theme who wants to approve the region through superiority of art and culture, hence ISI COP participants raise creative ideas to support the purpose of community Ayunan village with collaboration between local government, social community and ISI COP. This program is divided into five main groups with the same concept. Namely Ayunan village dance mascot creation, theme song creation, merchandise designing, design of tourist village monument, video documentary creation that showing the potential of Ayunan village. These five programs are titled “Panca Pesona Desa Wisata Ayunan” five work programs in hopes of stunning result as an effort to support and improve Ayunan village to achieve one of their vision. This program is also as the leading program that was one of the mandatory contribution by ISI COP Denpasar 2018.  Panca Pesona Desa Wisata Ayunan could not be separated from research, request and approval from local government, and leading lecture. 
Biografi Ni Nyoman Sani ; Perupa Wanita Dengan Lukisan Bergaya Ilustrasi Fashion Leliana Sari, Dewa Ayu Putu; Gumana Putra, I Gusti Ngurah
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 7 No 1 (2019): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (779.346 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i1.672

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep berkarya dan tahapan proses kreatif seniman perempuan Ni Nyoman Sani serta dijabarkan secara deskriptif intepretatif. Penggunaan data primer pada penelitian ini memiliki fungsi dan kedudukan sebagai data utama dalam sumber analisis. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah 1) data tulis dan foto dokumentasi lukisan Ni Nyoman Sani baik dokumen pribadi seniman maupun dokumentasi peneliti, 2) data audio/ rekaman video serta naskah wawancara dengan seniman perupa Ni Nyoman Sani, 3) catatan lapangan ketika observasi ke rumah dan studio seniman. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian studi tokoh/biografi. Pengumpulan data melalui metode observasi, dokumentasi, wawancara, dan pencatatan. Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Sampel ditentukan dengan purposive sampling. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang Sani yang mayoritas anggota keluarganya adalah perempuan, menggugah perasaannya sebagai seniman untuk mengangkatnya dalam karya rupa. Hingga akhirnya Sani menetapkan dunia mode sebagai dasar konsep berkarya. Dalam dunia mode kecenderungan obyek perempuan yang menjadi pedoman atau tolak ukur. Namun selain melukis ilutrasi fashion, Sani pun terkadang melukis sesuatu hal yang terakumulasi dari endapan perasaan, baik itu senang, sedih dan perasaan lainnya. Ide pemantik melahirkan karya seni yang dituangkan dalam konsep karya Sani didapat dari melihat pameran, pagelaran/fashion show, membaca majalah seni rupa serta fashion, namun yang terutama yaitu pengalaman pribadi melihat dunia sekitar serta memperhatikan peristiwa, alam ataupun sosial. Dalam wawancara Sani mengatakan bahwa, tahapan proses kreatif yang dilakukannya beragam. Berawal dari penyerapan, penerapan, serta global visual. Lalu untuk proses penuangan ide ke kanvas tergantung situasi/mood, biasanya global teknik dulu, ataupun bias sketsa, namun komposisinya dapat pula terbalik. Sani berupaya untuk merombak dan mengaplikasikan apapun yang terbersit, serta tidak bergantung pada satu hal saja. Begitu halnya pada desain mode yang beragam cabang seni, medium dapat dijadikan sebagai media di dalamnya. Selain melukis pada kanvas, Sani biasa melukis pada kertas, kain, kayu serta kulit.
Studi Penataan Ruang Sociopetal Dan Sociofugal Pada Ruang Publik Di Kota Denpasar Yupardhi, Toddy Hendrawan; Udiyana Wasista, I Putu
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 7 No 1 (2019): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (936.13 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i1.673

Abstract

Penelitian ini berupaya menganalisis mengenai bentukan pola penataan ruang yang dikaji dari lima lokasi ruang publik terbuka, khususnya di wilayah Kota Denpasar. Berdasarkan identifikasi pola tersebut, dapat diketahui kecenderungan pola penataan ruang publik yang menjadi objek studi lebih mengarah pada penataan ruang dan fasilitas yang mendorong individu untuk saling berinteraksi (sociopetal), atau lebih mengarah pada minimalisasi interaksi (sociofugal). Penelitian kualitatif ini disajikan secara deskriptif, yang dimulai dengan merumuskan pemahaman mengenai pola penataan ruang sociopetal dan sociofugal sebagai rujukan dalam mengidentifikasi dan mengintepretasi bentuk pola penataan ruang pada lokasi kasus yang sudah ditentukan. Langkah selanjutnya, dilakukan pendataan lapangan dengan mengumpulkan bentuk pola penataan ruang dan fasilitas publik pada lima lokasi objek studi. Tahap identifikasi data dan analisis interpretatif dilakukan kemudian dengan pendekatan keilmuan proxemics. Melalui hasil analisis, dapat dilihat kecenderungan pola penataan ruang publik pada objek kasus secara kuantitas masih dominan menggunakan pola sociofugal.
Pengaruh Pola Ruang Terbuka Hijau Terhadap Sirkulasi Udara Pada Rumah Tinggal Jayadi Waisnawa, I Made; Bayu Pramana, I Made
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 7 No 1 (2019): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1135.906 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i1.675

Abstract

Kini, penataan lingkungan dan interior rumah tinggal kurang mempertimbangkan ekologi. Ruang pada rumah tinggal, hanya difungsikan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas. Penelitian ini berorientasi pada pengaruh pola ruang terbuka hijau, terhadap interior rumah tinggal dengan lahan terbatas. Tujuan dari penelitian ini, adalah untuk mendapatkan bentuk pola ruang terbuka yang mampu memberikan kenyamanan termal terhadap interior rumah tinggal. Penelitian ini menggunakan metoda purposive sampling dengan kriteria utama yaitu keluasan lahan rumah tinggal. Data dikumpulkan menggunakan teknik observasi lapangan, wawancara, dokumentasi, kuesioner dan data pustaka. Populasi penelitian ini, difokuskan pada lingkungan perumahan Taman Tirta dan Tegal Luwih. Pemilihan objek penelitian, didasari oleh hasil observasi yang menunjukkan bahwa perumahan Taman Tirta dan Tegal Luwih memiliki kesesuaian dengan peraturan Ruang Terbuka Hijau dan Koefisien Dasar Bangunan. Hasil penelitian ini berupa data kenyamanan termal, berdasarkan kondisi fisik dan non fisik elemen pelengkap pembentuk ruang pada rumah tinggal yang dijelaskan melalui tabulasi jawaban kuesioner.

Page 5 of 19 | Total Record : 183