cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
,
INDONESIA
PAX HUMANA
ISSN : 23373512     EISSN : 25483021     DOI : -
Pax Humana adalah Jurnal Humaniora Yayasan Bina Darma yang terbit dua kali dalam satu tahun (Juni dan Desember). Jurnal ini hadir sebagai wadah pencerahan dan pemberdaya masyarakat atas dasar kasih dan perdamaian.
Arjuna Subject : -
Articles 114 Documents
BUDAYA TOLERANSI DI BALIK INDONESIA MINI ; Dialog Interreligius Percik Martania - Hartika
PAX HUMANA Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Yayasan Bina Darma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Toleransi masih menjadi isu hangat hingga saat ini, bahkan berbagai kota terus berlomba untuk menciptakan kehidupan rukun bertoleransi. Salatiga merupakan kota dengan predikat Kota Toleran pringkat ke – 2 di Indonesia pada tahun 2018. Salah satu poin menarik dari Salatiga yaitu tingkat pluralisme yang tinggi dengan keberagaman suku, ras, dan agama sehingga sering disebut sebagai Indonesia Mini. Selain itu keberadaan Kampung Percik yang merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak pada bidang kerukunan antar umat beragama juga menjadi salah satu bagian yang sudah melekat dengan Kota Salatiga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dan data utama diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan Aktifis Kampung Percik dan analisis melalui media sosial. Konsep dasar yang digunakan yaitu Komunikasi Organisasi, Budaya, dan Dialog Interreligius. Hasil penelitian menunnjukkan bahwa sikap toleransi merupakan warisan yang sudah dimiliki oleh masyarakat kota Salatiga dan telah menjadi budaya. Sedangakan dialog interreligius yang berjalan lancar dalam keberagaman dapat terwujud karena adanya1 | BUDAYA TOLERANSI DI BALIK INDONESIA MINI ; DIALOG INTERRELIGIUS PERCIKpengelolaan dan koordinasi yang tepat, serta tersedianya wadah untuk menampung keberagaman di Kota Salatiga yaitu Kampung Percik.
Simbol Budaya Bugis-Makassar dalam Film Uang Panai hadawiah - hadawiah; citra riyanti sugino
PAX HUMANA Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Yayasan Bina Darma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

   Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui symbol budaya Bugis-Makassar dalam film Uang panai. Dengan menggunakan metode peneltian kualitatif deskriptif didapatkan hasil bahwa Simbol budaya bugis-makassar dalam film uang pannai terdiri dari 4 simbol yang menjadi pokok utama yaitu: Simbol Konstitutif, dimana simbol ini terlihat dari kepercayaan masyarakat mengenai Mahar pernikahan atau uang panai. Adapun Simbol Kognitif yang terlihat dari pengetahuan masyarakat mengenai pertemuan antara 2 keluarga sebelum pernikahan atau dalam budaya bugis-makassar dikenal dengan istilah ma’manu-manu dan bahasa/dialeg yang digunakan masyarakat bugis-makassar adalah bahasa bugis-makassar. Selanjutnya Simbol Evaluatif dilihat dari penilaian moral mengenai masyarakat yang memegang adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun dikenal dengan istilah “siri” atau rasa malu. dan yang terakhir Simbol Ekspresif, dimana simbol ini dilihat dari pengungkapan perasaan manusia melalui karya seni mengenai kawin lari yang diceritakan pada film uang panai.
Perilaku Muyek : Wujud Representasi Homoseksual di Pesantren (Analisis Ketidakadilan Gender Pada Pelaku Lesbian di Kalangan Santri) Siti Syamsiyatul Ummah
PAX HUMANA Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Yayasan Bina Darma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractSantri is a term usually applied to someone who studied in the boarding school. Generally, santri falls into the teenage category. Which at this time is a period of self-discovery and maturity of the sex organs that propels on the desire to love and be loved. The research sought to uncover gender injustice in lesbian behavior in boarding school. Or in other terms in boarding school is commonly called by “muyek”. This research is a qualitative case study with the location of one of the big boarding school in sumenep district, madura. The data retrieval is done by using in-depth interview techniques and observations conducted over a period of two months with a month of pre-research. The results of this research; the first is the presence of a partner that tends to be superior and monopolizing the relationship. The second, it stems from gender injustice on the inferior side that is harmful both biologically, physically, and materially.Keyword: Santri, Muyek, Gender Injustice
Gerakan Maskerisasi Global: dari Fungsional ke Estetika Irfa Puspitasari; Baiq Wardhani
PAX HUMANA Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Yayasan Bina Darma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Esai ini mencoba menjelaskan bagaimana masker dan maskerisasi, selain merupakan bentuk dari tanggung jawab sosial dalam mengurangi resiko penularan Covid-19, mampu memicu kreativitas dengan menjadikannya sebagai gaya hidup dan fashion statement di tengah pandemi. Pandemi global telah memberi pelajaran berharga, yaitu pemakaian masker dan memberi makna baru baginya. Karena masker menjadi barang yang harus dimiliki, sebagian orang menjadikannya asesori, sesuatu yang mampu tidak saja berfungsi sebagai alat pelindung diri tetapi juga fungsi estetika. Walaupun Covid-19 adalah fenomena baru, memakai masker telah dipraktikkan orang sejak lama. Saat ini, menggunakan masker adalah perlindungan paling murah, terjangkau, dan tersedia dalam upaya untuk melawan virus Covid-19. Terdapat alasan kuat untuk memakai masker, yaitu  mengurangi kemungkinan dan jumlah orang yang dapat tertular oleh orang yang membawa penyakit. Masker dirancang untuk mencegah keluarnya sejumlah besar droplets (tetesan, juga dikenal sebagai aerosol) yang dikeluarkan dari hidung dan mulut seseorang. Langkanya persediaan masker medis di pasaran sejak pandemi bermula, menyebabkan masyarakat memproduksi masker kain. Penggunaan masker kain menyebabkan jenis masker ini menjadi bagian dari memperindah penampilan seseorang dan sebagai fashion statement.
Virtual Identity Penggunaan Media Sosial Pada Mahasiswa Baru Bengkayang Yesicha Okta Rista
PAX HUMANA Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Yayasan Bina Darma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada era digital ini, media sosial merupakan aplikasi populer yang banyak digunakan masyarakat. Media sosial dimanfaatkan sebagai media berkomunikasi massal. Hal ini didasari karena media sosial begitu mudah diakses bagi para penggunanya dimanapun dan kapanpun. Kehadiran media sosial tentu tak lepas dari dampak positif dan negatif bagi penggunanya. Perubahan dalam cara komunikasi yang menghadirkan identitas dalam virtual identity sering dijadikan kaum muda untuk memunculkan eksistensi dirinya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pembentukan identitas virtual pada mahasiswa beasiswa Bengkayang angkatan 2019 dan mengetahui makna dari pembentukan identitas virtual dalam penggunaan media sosial. Penelitian ini dengan metode kualitatif. Partisipan dalam penelitian sejumlah 10 orang mahasiswa baru asal Kabupaten Bengkayang yang sedang berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana. Teknik penentuan responden menggunakan purposive sampling dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan validasi. Hasil yang telah diperoleh dari penelitian ini menunjukkan Instagram digunakan sebagai media informasi mengungkapkan emosi, sebagai tempat eksistensi diri dan media mengungkapkan real life. Perubahan kondisi urbanisasi yang terjadi pada mahasiswa Bengkayang tidak menjadi pengaruh virtual identity-nya. Virtual identity yang terbentuk pada mahasiswa Bengkayang bahkan menunjukkan identitas yang nyata.
Membangun Perdamaian Relasional di Poso: Sebuah Kontribusi Pendidikan Perdamaian di Sekolah Perempuan terhadap Perdamaian di Poso yuliana Tien. B Tacoh
PAX HUMANA Vol 8, No 1 (2021)
Publisher : Yayasan Bina Darma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan  ini hendak menjelaskan  perdamaian  dengan pendekatan relasional yang merupakan bagian dari  proses pembangunan perdamian.  Pembangunan perdamaian dengan pendekatan tersebut adalah proses rekonsiliasi dan pencegahan konflik yang dibutuhkan di Kabupaten Poso sebagai daerah pasca konflik.   Selanjut-nya  tulisan ini juga menyoroti bagaimana pembangunan perdamaian relasional dapat terbangun melalui kontribusi dari  kegiatan pendidikan perdamaian di Sekolah Perempuan di Poso.  Pelaksanaan kegiatan pendidikan perdamaian  yang akan dikaji adalah tujuan pendidikan perdamaian, interaksi antara sesama peserta sekolah perempuan, dan materi serta metode yang dapat menunjang dan berperan dalam pem-bangunan perdamaian relasional di Kabupaten Poso.  Penulisan makalah ini memakai metode penelusuran literatur. Hasilnya memperlihatkan bahwa  pendidikan perdamaian yang dilaksanakan di Sekolah Perempuan Kabupaten Poso dapat memberi kontribusi yang sesuai untuk pembangunan perdamaian relasional. Kontribusi pendidikan perdamaian pada pembangunan perdamaian relasional terlihat  pada kajian  tujuan pendidikan perdamaian, interaksi antara sesama peser-ta sekolah perempuan, dan materi serta metode yang dipakai dalam pelaksanaan pendidikan perdamaian di sekolah perempuan.
The Inspirational Women Religious Leader in Peace-building Viewed from the Concept of Multicultural Education (A case study in Salatiga as the second most tolerant city in Indonesia) aprilian ria adisti
PAX HUMANA Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Yayasan Bina Darma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Women in this era have the same role and function as men in peace-building. It is an effort to realize the values, attitudes or behavior, and ways of life that support life peacefully.  The survey showed that women are more tolerant of differences and relatively have no tendency to use violence against groups compared to men. They have abilities to unite the differences, lead nonviolent community, mobilize peace communities, as well as their engagement with the theological aspects of gender roles in peace. This is a descriptive qualitative research which focused on exposing the role of the inspirational women religious leader in peace-building and how they teach multicultural education to their followers. Moreover, the Krathwohl Taxonomy is used to analyze the findings. The result shows that the three of inspirational women religious leader are able to introduce multicultural education through internalize the value of peace, such as inter-religious harmony, religious moderation and the value of tolerance based on their own respective religions, namely Islam, Buddhism and Christianity.Keywords: women, leader, peace-building, multicultural, education
Merangkul Gereja Indonesia dalam Mendidik Tanggung Jawab Ganda dan Pribadi Utuh dalam Konteks Plural Iky Prayitno
PAX HUMANA Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Yayasan Bina Darma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tak jarang gereja nyaman hidup dalam ranah domestiknya saja dan enggan melihat, merambah, mempertimbangkan bahkan mengkritisi ranah publik di mana konteks gereja itu ada. Sedangkan, tanggung jawab gereja secara utuh dalam dunia adalah berdasarkan identitas ganda yang melekat padanya. Identitas kewargaan seorang Kristen (gereja yang hidup) tidak berhenti sebagai warga Kerajaan Allah namun juga sebagai warga negara dunia. Panggilan gereja yang benar adalah untuk mendidik setiap individu dalam komunitas imannya, untuk mampu menjadi pribadi yang utuh dalam implementasi yang benar dalam menghidupi tanggung jawab gandanya tersebut. Pendidikan dari sisi pemuridan dan kewarganegaraan dunia harus mendapat tempat yang seimbang dan tranformasional. Hal ini dimaksudkan agar warisan iman tidak hanya ada di tahap utopis seorang atau sebuah komunitas iman kristiani, namun juga dapat mencapai telos Allah dalam anugerahNya juga untuk dunia.
Membangun Perdamaian Relasional di Poso : Sebuah Kontribusi Pendidikan perdamaian di Sekolah Perempuan terhadap perdamaian di Poso Yuliana Tien. B Tacoh
PAX HUMANA Vol 8, No 1 (2021)
Publisher : Yayasan Bina Darma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Tulisan ini hendak menjelaskan perdamaian dengan pendekatan relasional yang merupakan bagian dari proses pembangunan perdamian. Pembangunan perdamaian dengan pendekatan tersebut adalah proses rekonsiliasi dan pencegahan konflik yang dibutuhkan di Kabupaten Poso sebagai daerah pasca konflik. Selanjutnya tulisan ini juga menyoroti bagaimana pembangunan perdamaian relasional dapat terbangun melalui kontribusi dari kegiatan pendidikan perdamaian di Sekolah Perempuan di Poso. Pelaksanaan Kegiatan pendidikan perdamaian yang akan dikaji adalah materi dan pendekatan metode yang dipakai di Sekolah Perempuan, yang dapat menunjang dan berperan dalam pembangunan perdamaian relasional di Kabupaten Poso. Penulisan makalah ini memakai metode penelusuran literatur. Hasilnya memperlihatkan bahwa Pendidikan Perdamaian yang dilaksanakan di Sekolah Perempuan Kabupaten Poso dapat memberi kontribusi yang sesuai untuk pembangunan perdamaian relasional. Kontribusi pendidikan perdamaian pada pembangunan perdamaian relasional terlihat pada kajian tujuan pendidikan perdamaian , interaksi antara sesama peserta sekolah perempuan, dan materi serta metode yang dipakai dalam pelaksanaan pendidikan perdamaian di sekolah perempuan.
Gereja, Gratifikasi dan Keadilan Sosial: Pemahaman dan Praktik Gratifikasi di Kalangan Pebisnis Anggota Jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Kota Salatiga Sony Kristiantoro
PAX HUMANA Vol 8, No 1 (2021)
Publisher : Yayasan Bina Darma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persoalan yang berkaitan dengan pengurusan ijin bisnis, dan perlakuan yang dialami para pebisnis anggota gereja dari penyelenggara negara yang dirasakan tidak adil, masih kerap terjadi walaupun mereka sudah mengikuti jalur yang sesuai dengan prosedur. Untuk menghadapi persoalan tersebut, dan demi kepentingan saat ini maupun di masa mendatang, pebisnis mencoba untuk menjalin relasi yang baik dengan penyelenggara negara, melalui tindakan memberikan tanda terima kasih, hadiah, atau kado kepada penyelenggara negara. Tindakan semacam ini menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi, dikategorikan sebagai gratifikasi, salah satu jenis korupsi. Gereja sama sekali tidak berperan untuk mencegah terjadinya gratifikasi. Dalam wawancara terhadap pebisnis anggota gereja GKI, penulis menemukan dalam penelitian bahwa gratifikasi masih dipraktikkan karena adanya pemahaman yang berbeda dari para pebisnis, dan adanya kesulitan dalam hal perijinan, yang menjadi sumber munculnya gratifikasi, selain suap, pungli, maupun pemerasan. Masalah sekitar perijinan menjadi bentuk ketidakadilan sosial terhadap pebisnis. Penulis mengusulkan ”Tri Aksi Keadilan Sosial Melawan Gratifikasi dan Korupsi”, yaitu reformasi personal, reformasi struktural, dan transformasi kultural untuk menghadapi persoalan gratifikasi ini.

Page 11 of 12 | Total Record : 114