cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Aksara
Published by Balai Bahasa Bali
ISSN : 08543283     EISSN : 25800353     DOI : -
Core Subject : Education,
AKSARA is a journal that publishes results of literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literatures. All articles in AKSARA have passed reviewing process by peer reviewers and edited by editors. AKSARA is published by Balai Bahasa Bali twice a year, June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 299 Documents
BAHASA PERGAULAN SEHARI-HARI ETNIS CINA DI TABANAN Sukayana, I Nengah
Aksara Vol 27, No 1 (2015): Aksara, Edisi Juni 2015
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (704.762 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v27i1.168.25-35

Abstract

Etnis Cina di kota Tabanan hidup membaur dengan masyarakat Bali yang mayoritas menggunakan bahasa Bali sebagai  bahasa ibu. Etnis Cina berusaha menguasai bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat Bali. Tulisan ini mengkaji frekuensi dan faktor yang memotivasi etnis Cina di Tabanan menggunakan bahasa Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan  frekuensi dan mengetahui faktor-faktor motivasi penggunaan bahasa Bali oleh etnis Cina di Tabanan. Teori yang dijadikan acuan dalam tulisan ini adalah teori fungsional yang dikemukakan oleh Bell. Dalam pengumpulan  data digunakan metode wawancara dengan teknik rekam dan catat, dibantu dengan kuesioner. Dalam analisis data digunakan metode kuantitatif dengan teknik statistik berupa tabel. Dalam penyajian analisis digunakan metode formal dan informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa Bali paling kerap digunakan oleh etnis Cina. Faktor yang memotivasi mereka untuk menggunakan bahasa Bali, yaitu lingkungan, mata pencaharian, kemanfaatan bahasa, dan kurangnya penguasaan para leluhur mereka terhadap bahasa Cina.
REPRESENTASI KOLONIALISME DALAM TJERITA NJI PAINA KARYA H. KOMMER Harum, Diah Meutia
Aksara Vol 29, No 2 (2017): Aksara, Edisi Desember 2017
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.052 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v29i2.72.155-169

Abstract

                                                The study describes the life in colonial era using the theory of postcolonialism. This theory is used to reveal the facts of the story in a short story titled Tjerita Nji Paina by H. Kommer about representation and treatment of natives by colonialist society in those days. The short story of Tjerita Nji Paina brings the theme of domination and hegemony against indigenous and women. H. Kommer was one of the writers of the Dutch East Indies who often criticize the Dutch colonial government, especially against sugar businessmen. His works voiced opposition to the sugar businessman who oppressed the indigenous workers from that period. This research try to reveal the image of colonialism through the description of the figures contained in this story by using the theory of characterization. There are three figures described in this study. Each character represents superior and inferior binary opposition in colonial society in the Indies at that time. Furthermore, postcolonial theory from Edward Said used to reveal hegemony and domination of the natives by the Dutch colonials. From the theory used to the Tjerita Nji Paina text it is seen that hegemony and dominance got the legitimacy from the Dutch rulers who deceived the character Niti as subordinates at the sugar factory to hand over his daughters to become “nyai” or concubine to the character of Mr. Briot, his superior at the sugar factory. AbstrakPenelitian yang menggambarkan kehidupan di era kolonialial ini menggunakan teori poskolonialisme. Teori ini digunakan untuk mengungkapkan fakta cerita dalam cerita pendek berjudul Tjerita Nji Paina karya H. Kommer tentang representasi dan perlakuan terhadap pribumi oleh masyarakat kolonialis di masa itu. Cerpen Tjerita Nji Paina membawakan tema dominasi dan hegemoni terhadap pribumi dan terhadap perempuan. H. Kommer adalah salah satu penulis di zaman Hindia Belanda yang sering mengkritik pemerintah pendudukan Belanda, khususnya terhadap kaum pengusaha gula. Karya-karyanya menyuarakan perlawanan terhadap pengusaha gula yang menindas pekerja pribumi di masa itu  Penelitian ini mencoba mengungkap gambaran kolonialisme itu melalui deskripsi tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita ini dengan menggunakan teori penokohan. Ada tiga tokoh yang akan dideskripsikan dalam penelitian ini. Setiap tokoh merepresentasikan oposisi biner superior dan inferior dalam masyarakat kolonial di Hindia Belanda pada masa itu. Selanjutnya, digunakan teori poskolonial oleh Edward Said untuk melihat hegemoni dan dominasi terhadap kaum pribumi oleh kolonial Belanda. Dari teori yang digunakan terhadap teks Tjerita Nji Paina terlihat bahwa hegemoni dan dominasi mendapat legitimasi dari penguasa Belanda yang memperdaya tokoh Niti sebagai bawahan di pabrik gula untuk menyerahkan anak gadisnya menjadi nyai atau gundik dari tokoh Tuan Briot, atasannya di pabrik.   
PENANDA FONOLOGI BAHASA JAWA DALAM TUTURAN MASYARAKAT TIONGHOA DI GANG BARU SEMARANG Sutarsih, Sutarsih
Aksara Vol 29, No 1 (2017): Aksara, Edisi Juni 2017
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.113 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v29i1.103.89-102

Abstract

Bahasa Jawa tuturan masyarakat Tionghoa di Gang Baru Semarang sangat khas dari segi fonetis dibandingkan dengan BJ tuturan masyarakat etnis Jawa di Semarang. Rumusan penelitian ini adalah apa penanda fonetis BJ tuturan masyarakat Tionghoa di Semarang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penanda fonetis BJ tuturan masyarakat Tionghoa di Semarang. Metode pengumpulan data adalah metode simak dan cakap. Dalam metode simak teknik yang dipakai adalah teknik sadap. Teknik lanjutan dari metode simak adalah teknik rekam dan catat. Setelah data berupa bahasa tutur masyarakat Tionghoa direkam dan dicatat, dilanjutkan klasifikasi data menggunakan transkripsi sesuai dengan objek sasaran. Data dianalisis secara deskriptif fungsional dengan menggunakan metode kontekstual (pendekatan yang memperhatikan konteks situasi) dalam tuturan masyarakat Tionghoa Gang Baru di tataran fonetis. Tataran fonetis dalam penelitian ini dibatasi pada kata-kata BJ yang timbul sebagai akibat pelafalan dengan pelesapan/penghilangan fonem, perubahan fonem, dan penambahan fonem. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya penjawaan kosakata BI. Suku kata terbuka cenderung mendapat tambahan fonem glotal [?]. Penanda fonetis berupa perubahan bunyi fonem [d] menjadi [.d]; [te] menjadi [fonetis]; [-~na] menjadi [-ne] dan   [-e]; [ti] menjadi [n-]; [se] menjadi [-an]; [me-] ditambah [-e] menjadi [Ø]; [O] menjadi [a]; [m] menjadi [-e]; [a] menjadi [Ø] dan [O]; [j] menjadi [c]; [ie] menjadi [|]; [Ø] menjadi [?], [m], [n], dan [-an]; [s] menjadi [b]; dan [a] menjadi [|]. Berdasarkan penanda fonetis kata-kata yang dituturkan diketahui bahwa kosakata dalam suatu tuturan merupakan BJ tuturan masyarakat Tionghoa Semarang. Dengan demikian, terjadi perubahan fonetis BJ tuturan masyarakat Tionghoa yang menyerap dari BI dan BJ dengan menyesuaikan BJ. 
MAKNA KEJANTANAN DAN KESETIAAN DALAM NAGASASRA DAN SABUK INTEN KARYA S.H. MINTARDJA Prijanto, Saksono
Aksara Vol 26, No 2 (2014): Aksara, Edisi Desember 2014
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1561.414 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v26i2.158.169-186

Abstract

Prosa silat Nagasasra dan Sabuk Inten mengungkapkan konsep kearifan lokal,khususnya dalam konteks kebudayaan Jawa. Hal itu tercermin melalui sikap bijaksana dan kasih sayang para tokoh pendekar golongan putih. Dalam kebudayaan Jawa diyakini bahwa ucapan, tindakan, perbuatan, dan perilaku yang dianggap baik dan pantas adalah yang bijaksana dan penuh kasih sayang. Dengan pendekatan semiotik, melalui analisis sintaksis naratif, analisis semantik naratif, serta analisis tematik, makna prosa silat NSI akan terungkap secara utuh. Hasil penelitian membuktikan bahwa kejantanan dari tokoh utama dan kesetiaan tokoh utama terhadap Kesultanan Demak mendominasi keseluruhan cerita silat NSI. Kejantanan dan kesetiaan Mahesa Jenar, Kebo Kanigara, Begawan Manikmaya, dan Jaka Tingkir terungkap dengan jelas sewaktu mereka secara ikhlas mempertaruhkan jiwa raga untuk merebut kembali Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten dari tangan para pendekar golongan hitam.
EKSISTENSI PUISI INDONESIA DI BALI PADA ERA KOLONIAL Putra, I Nyoman Darma
Aksara Vol 29, No 2 (2017): Aksara, Edisi Desember 2017
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.632 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v29i2.192.171-182

Abstract

Kontribusi Bali pada masa-masa awal perkembangan sastra Indonesia dikenal sebatas karya-karya Panji Tisna. Hal ini tidak mengherankan karena tahun 1930-an Panji Tisna sudah menulis beberapa novel seperti Sukreni Gadis Bali (1936) yang diterbitkan Balai Pustaka dan menjadi karya klasik yang masih mengalami cetak ulang sampai sekarang. Sebetulnya, di luar karya Panji Tisna ada banyak puisi yang dipublikasikan penulis Bali di media massa seperti Surya Kanta, Bali Adnyana, dan Djatajoe, terbit di Singaraja pada era kolonial, 1920-an hingga awal 1940-an. Makalah ini mengidentifikasi puisi Indonesia penyair Bali yang terbit pada zaman kolonial dan menganalisis tema-temanya dikaitkan secara intertekstual dengan wacana sosial yang berkembang saat itu. Makalah ini menyimpulkan tiga hal. Pertama, puisi penyair Bali ikut memperkaya khasanah sastra Indonesia pada masa awal pertumbuhannya. Kedua, kehadiran puisi penyair Bali di media massa lokal ikut memperkenalkan sastra nasional di daerah Bali. Ketiga, puisi penyair Bali dijadikan media bagi penulisnya untuk mengartikulasikan kepedulian sosial, misalnya masalah pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan dan kekhawatiran masyarakat Bali yang tidak siap menghadapi dampak pariwisata.  
TIPE KLAUSA DAN PERILAKU UNSURNYA DALAM BAHASA SASAK Aridawati, Ida Ayu Putu
Aksara Vol 27, No 2 (2015): Aksara, Edisi Desember 2015
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.429 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v27i2.182.171-183

Abstract

Kajian tentang tipe klausa bahasa Sasak, tidak dapat dipisahkan antaraspek-aspek pendukungnya, seperti konstruksi, fungsi dan peran. Perilaku unsur-unsurnya akan dapat memberi petunjuk tentang jati diri (identitas) klausa bahasa Sasak. Relasi unsur-unsurnya terikat satu sama lain sehingga diketahui pelbagai tipenya, serta fungsi dan perannya. Masalah yang dibahas, yaitu (1) tipe klausa berdasarkan fungsi unsur-unsurnya, (2) kategori kata/frasa yang mampu menduduki fungsi predikat, dan (3) ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik mengingkarkan predikat. Tujuan penelitian ini memperoleh deskripsi yang rinci tentang (1) tipe klausa berdasarkan fungsi unsur-unsurnya, (2) kategori kata/frasa yang mampu menduduki fungsi predikat, dan (3) ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik mengingkarkan predikat. Manfaat penelitian ini, turut memberi andil dalam memperkaya khazanah ilmu bahasa, khususnya bidang struktur. Teori yang dipergunakan adalah teori linguistik struktural. Metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak dan metode cakap. Metode simak dibantu dengan teknik dasar dan teknik lanjutan. Dalam analisis data dipergunakan metode distribusional yang terjabar dalam teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar metode ini adalah teknik bagi unsur langsung. Adapun teknik lanjutan yang diterapkan, yaitu teknik lesap, teknik ganti, teknik balik, teknik sisip, dan teknik perluasan. Dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode formal dan informal, dibantu dengan teknik induktif dan deduktif. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan, ada tiga hal pokok yang menjadi dasar pembentukan tipe klausa bahasa Sasak jika ditinjau dari perilaku unsurnya, yaitu: berdasarkan fungsi unsur-unsurnya, berdasarkan kategori kata/frasa yang mampu menduduki fungsi predikat, dan berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik mengingkarkan predikat. 
PEREMPUAN YANG TERMARGINALKAN DALAM CERPEN “MENUJU KAMAR DURHAKA“ DAN “BERITA DARI PARLEMEN” KARYA UTUY TATANG SONTANI Saptawuryandari, Nurweni
Aksara Vol 28, No 1 (2016): Aksara: Edisi Juni 2016
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.887 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v28i1.15.39-48

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Utuy Tatang Sontani menggambarkansosok perempuan yang termarginalkan dalam cerpennya yang berjudul “Menuju KamarDurhaka” dan “Berita dari Parlemen”, dengan cara menganalisis sikap, ucapan, dan tindakanyang dialami dan dilakukan tokoh perempuan. Dalam kedua cerpennya, Utuy Tatang Sontanimenggambarkan rakyat kecil yang umumnya adalah tokoh perempuan selalu mengalamikesengsaraan dan kesialan. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka. Metodeyang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang memaparkan tulisan berdasarkan isi karyasastra, yang menggambarkan tokoh perempuan, yang selalu mengalami keterpurukan dankesengsaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerpen “Menuju Kamar Durhaka” dan“Berita dari Parlemen” menggambarkan perempuan sebagai sosok yang termarginalkan danselalu mengalami penderitaan.
RESISTANSI PEREMPUAN PAPUA DI LINGKUNGANNYA DALAM ROMAN ISINGA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY Hardiningtyas, Puji Retno
Aksara Vol 28, No 2 (2016): Aksara, Edisi Desember 2016
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.689 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v28i2.127.143-153

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan resistansi perempuan dalam melawan ketidakadilan lingkungan dan persoalan ekologi yang dihadapi perempuan dalam kaitannya dengan pengelolaan alam pada roman Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. Metode pustaka dan teknik baca dan catat digunakan untuk menggumpulkan data penelitian. Metode dan teknik analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan teknik interpretatif dan analisis kontens. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan humanistik dengan teori ekofeminisme. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perempuan dan alam memiliki peran penting dalam keberlangsungan hidup masyarakat Papua. Perjuangan perempuan Papua dalam membebaskan diri dari kekerasan, terutama yang bersumber dari struktur dan budaya masyarakat, kondisi alam, dan adatnya telah melahirkan resistansi posisi perempuan. Sistem patriarkat yang dianut oleh masyarakat Papua memosisikan perempuan sebagai pekerja, pengolah bahan makanan, dan penjual hasil panen. Perempuan Papua menghadapi tantangan tersebut dengan menguasai peran sebagai produsen, konsumen, pendidik, pengampanye, dan komunikator terhadap pelestarian alam. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perempuan memiliki energi yang berpotensi dalam menjaga intergritas, menyejajarkan posisi antara perempuan dan laki-laki, serta mengambil peran sosial untuk menyadarkan masyarakat Papua dalam menjaga lingkungannya. 
PEREMPUAN DAN RITUAL GURU PIDUKA DALAM CERPEN “SURAT DARI PURI” KARYA WIDIASA KENITEN Negari, Ni Putu Ekatini
Aksara Vol 27, No 1 (2015): Aksara, Edisi Juni 2015
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (672.002 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v27i1.173.107-112

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan  untuk mendeskripsikan bentuk ketidakadilan dan perjuangan seorang  perempuan dalam menghadapi tantangan masyarakat adatnya. Perjuangan yang berat seorang perempuan  menghadapi tantangan dalam masyarakat adatnya menjadi masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra dan teori sastra feminis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wujud ketidakadilan bagi perempuan terlihat dalam kekerasan emosional dan pelecehan seksual. Sebaliknya, wujud perjuangan perempuan meliputi berani menolak segala sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nurani,  bertanggung jawab kepada anak, serta  bersedia mendidik dan mengasuh anak dengan kasih sayang, termasuk merawat anak sakit walaupun ditelantarkan oleh laki-laki. Ritual Guru Piduka dengan sesajen dipersembahkan kepada para dewa atau leluhur untuk memohon maaf atas kesalahan yang telah diperbuat agar mampu melaksanakan kehidupan dengan baik.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI MASYARAKAT DI KOTA TABANAN, BALI UNTUK MENGGUNAKAN ALIH KODE Sukayana, I Nengah
Aksara Vol 26, No 1 (2014): Aksara, Edisi Juni 2014
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1532.881 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v26i1.140.15-23

Abstract

Masyarakat di kota Tabanan mayoritas tergolong dwibahasawan karena setidak-tidaknya mereka menguasai bahasa Bali (sebagai bahasa ibu) dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua yang didapatkan melalui pendidikan formal di sekolah. Sebagai dwibahasawan, dalam berkomunikasi mereka akan menyesuaikan diri dengan topik, situasi, serta lawan bicaranya untuk memilih bahasa yang cocok atau pantas digunakan. Tentunya sebagai dwibahasawan, mereka akan lebih leluasa untuk memilih bahasa yang lebih sesuai bila dibandingkan dengan seorang yang ekabahasawan. Dari kajian yang dilakukan, ternyata masyarakat di kota Tabanan telah melakukan alih kode dalam berkomunikasi, baik antarwarga Tabanan maupun dengan warga di luar Tabanan. Adapun faktor-faktor yang memotivasi mereka untuk beralih kode sebagai berikut. (a) Kehadiran orang ketiga yang tidak mengenal atautidak mengerti bahasa Bali. (b) Adanya pergantian topik untuk menonjolkan suasana kebalian. (c) Adanya peralihan suasana dari suasana santai ke suasana formal. (d) Adanya pengutipan kode yang digunakan dalam teks.

Page 3 of 30 | Total Record : 299