cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Biodjati
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 181 Documents
Isolasi dan Identifikasi Jamur Patogen pada Air Sumur dan Air Sungai di Pemukiman Warga Desa Karangwangi, Cianjur, Jawa Barat Ida Indrawati; Sarah Dewi Fakhrudin
Jurnal Biodjati Vol 1, No 1 (2016): November
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v1i1.1017

Abstract

Abstrak. Penelitian Isolasi dan Identifikasi Jamur Patogen pada Air Sumur di Wilayah Pemukiman Warga RW 05-08 dan Air Sungai Cilaki, Desa Karangwangi, Cianjur, Jawa Barat, bertujuan untuk melihat keanekaragaman jamur patogen yang terdapat pada air sumur RW 05-08 dan air sungai Cilaki. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif untuk menentukan lokasi pengambilan sampel. Dilakukan pengenceran dari sampel air kemudian dilakukan metode pour plate dengan medium Agar Sabouraud lalu diinkubasi selama 72-96 jam. Koloni jamur dihitung dengan metode Total Plate Count (TPC). Identifikasi dilakukan secara makroskopis dengan melihat bentuk dan warna koloni jamur, serta secara mikroskopis dengan cara moist chamber. Hasil jumlah koloni jamur patogen terbanyak ditemukan pada sumur RW 06. Hasil penanaman seluruh sampel air sumur dan sungai, ditemukan 9 spesies jamur patogen, genus Penicillium sebanyak 2 spesies, Trichophyton sebanyak 3 spesies, Geotrichum sebanyak 2 spesies, Microsporum dan Lichtheimia masing-masing sebanyak 1 spesies. Dari hasil yang didapat, disimpulkan bahwa air sumur di wilayah RW 05-08 dan air sungai Cilaki di Desa Karangwangi kurang baik jika digunakan secara langsung karena banyaknya jamur patogen yang terkandung di dalamnya. Kata Kunci: Jamur, Sumur, Sungai, Total Plate Count. Abstract. Isolation and Identification of Pathogenic Fungi on Well Water Territory Residential Residents RW 05-08 and Cilaki River Water, Karangwangi village, Cianjur, West Java research, aiming to see the diversity of fungal pathogens found in well water RW 05-08 and Cilaki river water. The method used in this study is descriptive exploratory method for determining the location of sampling of water in wells in RW 05 to RW 08 and Cilaki river. Do dilution of water samples and then performed pour plate method with Sabouraud agar medium and incubated for 72-96 hours. Fungal colonies which have grown calculated by the method Total Plate Count (TPC). Identification is done macroscopically by looking at the shape and color of fungal colonies and microscopically by creating a wet media room (moist chamber). The result is the highest number of colonies of pathogenic fungi found in well water samples RW 06. From the planting around the wells and river water samples, found as many as nine species of fungal pathogens, with as many as two species of the genus Penicillium, Trichophyton many as three species, Geotrichum much as 2 species , Microsporum and Lichtheimia each as much as one species. From the results obtained, it can be concluded that water wells in the area RW 05-08 and Cilaki river water in Karangwangi village less well if used directly because of the large number of pathogenic fungi colonies contained there in.Keywords : Pathogenic Fungi, Water, Well, River, Pour Plate, Total Plate Count, Moist Chamber
Optimalisasi Kultur Daphnia yang Berperan sebagai Hewan Uji dalam Ekotoksikologi Hertien Koosbandiah Surtikanti; Rahardian Juansah; Diah Frisda
Jurnal Biodjati Vol 2, No 2 (2017): November
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v2i2.1571

Abstract

Daphnia (udang-udangan) merupakan hewan standar Internasional yang layak dan sering digunakan dalam pengujian kualitas air. Salah satu persyaratan sebagai hewan uji diantaranya adalah, bahwa hewan tersebut dapat dikultur dalam kondisi laboratorium. Oleh sebab itu diperlukan studi awal tentang kultur Daphnia di Laboratorium Riset Lingkungan di FPMIPA, UPI. Studi ini bertujuan untuk (1) menentukan jumlah neonate (umur < 24 jam) yang dihasilkan oleh satu gravid female Daphnia dalam 250 ml medium dan (2) menentukan tingkat kesintasan 10 neonate selama 3 hari dalam 3 medium (10 mL) yang berbeda (air tawar buatan, air sumur dan air PDAM). Experimen ini dilakukan masing-masing dengan 5 kali ulangan. Hasil yang diperoleh bahwa rata-rata jumlah neonate yang dihasilkan dari satu induk Daphnia pada hari ke 2 dalam medium air buatan, air sumur dan air PDAM berturut-turut adalah 14; 13; dan 11. Sedangkan rata-rata jumlah neonate yang mampu bertahan dalam medium air buatan, air sumur dan air PDAM adalah 8.5-10 ekor. Hasil studi ini menunjukkan bahwa Daphnia dapat dikultur di laboratorium dan neonate yang dihasilkan mengalami tingkat kesintasan lebih dari 80% hingga hari ke 3 dengan menggunakan ketiga medium yang berbeda. Sehingga neonate layak digunakan dalam uji hayati metode statis tanpa pakan dan oksigen.
Struktur Komunitas Fitoplankton pada Berbagai Kedalaman di Pantai Timur Pananjung Pangandaran Keukeu Kaniawati Rosada; Sunardi .; Tri Dewi Kusumaningrum Pribadi; Selviani Asmara Putri
Jurnal Biodjati Vol 2, No 1 (2017): May
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v2i1.1290

Abstract

Struktur komunitas fitoplankton pada suatu ekosistem perairan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Studi mengenai struktur komunitas fitoplankton di Pantai Timur Pananjung Pangandaran pada berbagai kedalaman yang dihubungan dengan faktor fisikokimia lingkungan telah dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survei. Sampel fitoplankton dan air diambil selama tiga hari berturut-turut pada empat kedalaman yang berbeda dengan interval kedalaman masing-masing tiga meter. Faktor fisikokimia yang dianalisis ialah temperatur, pH, transparansi, salinitas, konduktivitas, DO, BOD, CO2 dan HCO3-. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Pantai Timur Pananjung Pangandaran ditemukan 15 jenis fitoplankton dari lima kelas yaitu Coleophyceae, Dinophyceae, Oligotrichea, Coscinodiscophyceae, dan Bacillariophyceae. Jenis fitoplankton yang mendominasi bagian permukaan ialah Navicula sp. dari kelas Dinophyceae sedangkan pada kedalaman 3, 6, dan 9 meter didominasi oleh jenis fitoplankton yang sama yaitu Coscinodiscus sp. dari kelas Coscinodiscophyceae. Secara umum, kelimpahan jenis fitoplankton tertinggi ialah pada kedalaman tiga meter yang didukung oleh kondisi lingkungan yang optimal disertai penetrasi cahaya matahari yang cukup. Berdasarkan analisis PCA, kedalaman tersebut dikarakterisasi terutama oleh Coscinodiscus sp. dan DO. Selanjutnya, berdasarkan indeks diversitas Shannon-Wiener Pantai Timur Pananjung Pangandaran termasuk ke dalam perairan tercemar ringan.       
Struktur Vegetasi Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya di Kampung Ababiaidi Distrik Supiori Selatan Kabupaten Supiori Maklon Warpur
Jurnal Biodjati Vol 1, No 1 (2016): November
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v1i1.1040

Abstract

Abstrak. Ekosistem hutan mangrove merupakan suatu vegetasi yang tumbuh di lingkungan estuaria pantai yang dapat ditemukan pada garis pantai tropika dan subtropika yang memiliki fungsi secara ekologi, biologi, ekonomi dan  sosial  budaya, namun  saat ini keberadaannya telah mengalami degradasi akibat pemanfaatan yang kurang tepat, dan/atau mengalami perubahan fungsi. Penelitian tentang struktur vegetasi hutan mangrove di kampong Ababiaidi Distrik Supiori Selatan Kabupaten Supiori dilakukan pada bulan November 2015 dengan tujuan untuk mengetahui struktur vegetasi hutan mangrove dan pemanfaatannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ekologi/biologi dan pendekatan antropologi. Dari hasil analisis vegetasi, ditemukan sebanyak 12 jenis tumbuhan mangrove.  Rhizophora apiculata merupakan jenis yang dominan pada tingkat pohon dengan nilai kerapatan 809,34 individu/Ha dengan indeks nilai penting (INP) 51,98  kemudian diikuti Rhizophora stylosa dengan nilai kerapatan 721,67 individu/Ha dengan dengan indeks nilai penting (INP) 44,01. Pada tingkat belta Rhizophora stylosa merupakan jenis yang dominan dengan nilai kerapatan 488,33 individu/Ha dengan dengan indeks nilai penting (INP) 63,26 kemudian Rhizophora apiculata dengan nilai kerapatan 416,67 individu/ Ha dengan dengan indeks nilai penting (INP) 49,32. Pada tingkat semai Rhizophora stylosa  merupakan jenis dominan dengan nilai kerapatan 916,67 individu/Ha dengan dengan indeks nilai penting (INP)  33,07 dan Rhizophora apiculata dengan nilai kerapatan 800 individu/Ha dengan  dengan indeks nilai penting (INP) 29,47. Berdasarkan hasil wawancara dari 12 jenis tumbuhan mangrove yang ditemukan dalam plot pengamatan 9 jenis dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, 11 sebagai sumber kayu bakar, 3 jenis sebagai obat-obatan dan 4 jenis untuk keperluan lainnya.Kata kunci: Hutan mangrove, kampung AbabiaidiAbstract. Mangrove forest is a vegetation that grows in the estuary beaches can be found on the shoreline tropical and subtropical who has the function of ecological, biological, economic and social culture, but now its existence has been degraded by the use of a less appropriate, and / or changing function. Research on the structure of mangrove forest vegetation in the village Ababiaidi Supiori District of Southern District Supiori conducted in November 2015 with the aim to determine the structure of mangrove forest vegetation and utilization. The method used in this research is the approach of ecological / biological and anthropological approach. From the analysis of vegetation, found as many as 12 species of mangrove plants. Rhizophora apiculata is the dominant species on the level of a tree with a density value of 809.34 individuals / ha with an important value index (IVI) 51.98 followed Rhizophora stylosa with a density value of 721.67 individuals / ha with the important value index (IVI) 44 01. At the level of Rhizophora belta stylosa is the dominant species with a density value of 488.33 individuals / ha with the important value index (IVI) 63.26 then Rhizophora apiculata with a density value of 416.67 individuals / ha with the important value index (IVI) 49 , 32. At the seedling stage Rhizophora stylosa a dominant species with a density value of 916.67 individuals / ha with the important value index (IVI) 33.07 and Rhizophora apiculata had density of 800 individuals / ha with the important value index (IVI) 29.47. Based on interviews of 12 mangrove species found in the observation plot 9 species used as building material, 11 species as a source of firewood, 3 species as drugs and 4 species for other purposes.Keywords: mangrove forests, Ababiaidi villages.
Pemanfaatan Anggrek Spesies Kalimantan Tengah Berbasis Kearifan Lokal yang Berpotensi sebagai Bahan Obat Herbal Tri Suwarni Wahyudiningsih; Yanetri Asi Nion; Pahawang .
Jurnal Biodjati Vol 2, No 2 (2017): November
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v2i2.1570

Abstract

Pemanfaatan anggrek spesies dari Kalimantan Tengah yang berpotensi sebagai bahan obat herbal berbasis kearifan lokal perlu dikaji. Penelitian dilakukan mulai bulan Oktober hingga Desember 2016. Tempat penelitian: koleksi anggrek spesies Kalimantan Tengah di Jl.Temanggung Tilung XIII Palangka Raya. Pemanfaatan anggrek spesies berdasar kearifan lokal berasal dari hasil wawancara pemilik kebun yang didukung  dengan  data  hasil  studi  literatur.  Spesies  anggrek  dari Kalimantan Tengah yang bermanfaat sebagai bahan obat herbal adalah batang dan daun anggrek tewu tadung/anggrek tebu (Grammatophylum speciosum) sebagai bahan obat kista dan uwei menyame (Bromheadia finlaysoniana (Lind.) Miq.) sebagai salah satu komponen obat sakit pinggang. Beberapa anggrek spesies yang berpotensi sebagai bahan obat herbal  dan  fitoterapi  berdasar  studi  literatur  antara  lain:  rhizome anggrek bambu (Arundina graminifolia (D. Don) Hochr) mengandung senyawa Arundinan mempunyai aktivitas anti bakteri. Daun Phalaenopsis manii  mengandung  phalaenopsine.  Seluruh  bagian  tumbuhan  Eria bambusifolia  Lindl.  Kimar  digunakan  untuk  mengatasi  keasaman lambung yang berlebihan dan gangguan sakit perut. Anggrek Coelogyne cristata   mengandung   Coeloginanthrin,   Coeloginanthridin,   dan Combretastatin  C-1.  Daun  Dendrobium  crumenatum  Sw.  (anggrek merpati) dapat digunakan untuk tapal pada bisul dan jerawat.
Aktivitas Harian Lutung Jawa (Trachypithecus auratus sondacius) di Kawasan Taman Buru Masigit Kareumbi Jawa Barat Doni Santono; Ana Widiana; Sekarwati Sukmaningrasa
Jurnal Biodjati Vol 1, No 1 (2016): November
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v1i1.1031

Abstract

Abstrak. Lutung Jawa (Trachypithecus auratus sondaicus) merupakan salah satu bagian dari total keanekaragaman hayati Indonesia yang terdegradasi secara terus menerus disebabkan oleh kehilangan habitat dan perburuan liar. Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi merupakan salah satu kawasan yang banyak dihuni oleh primata, yang salah satunya adalah Lutung Jawa. Primata-primata yang berada di kawasan ini khususnya Lutung Jawa selalu di buru oleh pemburu liar yang diperuntukan untuk dijual belikan bahkan digunakan untuk obat-obatan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap keberadaan jenis primata ini. Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi terletak di Kabupaten Garut, Sumedang dan Bandung dengan luas 12,420,70 ha. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas harian Lutung Jawa di Kawasan Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam pengamatan ini adalah  menggunakan metode  Adlibitum untuk mencatat setiap perilaku yang dikerjakan atau teramati selama penelitian dan metode scan sampling yaitu pencatatan aktivitas satwa seluruh individu dalam kelompok dengan menggunakan interval waktu, Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian aktivitas harian Lutung Jawa yang berada di Taman Buru Masigit Kareumbi yang memiliki titik koordinat 06°94’36’’LS dan 107°93’95’’BT dan berada pada ketinggian 1,259 mdpl ini menunjukan bahwa aktivitas harian yang sering dilakukan adalah aktivitas lokomosi yaitu dengan persentase keseluruhan sebesar 25,20%, sedangkan untuk aktivitas terendahnya adalah aktivitas urinasi dengan persentase sebesar 1,94%. Kata Kunci : Lutung Jawa (Trachypithecus auratus sondaicus), Gunung Masigit  Kareumbi Jawa Barat, metode adlibitum dan scan sampling, aktivitas. Abstract. Java langur (Trachypithecus auratus sondaicus) is one part of the total biodiversity of Indonesia is continuously degraded due to loss of habitat and poaching. Hunting Park Mount Masigit Kareumbi is one area that was inhabited by primates, one of which is a Java monkey. Primates are in the region especially Java monkey is always in hurry by poachers who intended to dijualbelikan even used for medicine by parties who are not responsible for the existence of this primate species. Hunting Park Mount Masigit Kareumbi located in Garut, Sumedang and Bandung with extensive 12.420.70 ha. The study objective was to determine the daily activities in the Java monkey Hunting Park area of Mount Masigit Kareumbi West Java. The method used in this observation is adlibitum method to record any behavior that done or observed during the study and scan sampling methods that record all activity of individual animals within a group by using a time interval, Analysis of the data in this study using descriptive methods. The results Javanese monkey daily activities that are in Hunting Park Masigit Kareumbi which has the coordinates 06°94'36 ‘’LS and 107°93'95’’BT and an altitude of 1,259 m above sea level shows that daily activity is often done with the locomotion activity overall percentage of 25.20%, while the lowest activity was urinary activity with a percentage of 1.94%.Keywords: Java monkey (Trachypithecus auratus sondaicus), Mount Masigit Kareumbi West Java, adlibitum and scan sampling methods, activities.
Extracellular β-Glucosidase Production from bglp15.2 Gene Carrying Inulinase Signal Peptide in Saccharomyces cerevisiae BY4741 Armaya Badiatul Fitri; Elvi Restiawaty; Maelita Ramdani Moeis
Jurnal Biodjati Vol 2, No 2 (2017): November
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v2i2.1619

Abstract

One of the important enzymes in cellulase complex is β-glucosidase. In this research, adding signal peptide of inulinase gene from Kluyveromyces marxianus, cloning, and expressing of bglp15.2 gene in S. cerevisiae BY4741 had been done. Gene of bglp15.2 encoding β-glucosidase has 90% identity to nucleotide sequence of Shewanella frigidimarina NCIMB 400 bacteria. Adding nucleotide sequence of signal peptide was aimed to secrete β-glucosidase and had been done with PCR (Polymerase Chain Reaction) method. The addition of nucleotide sequence of signal peptide in bglp15.2 gene had been done succesfully that indicated from nucleotide sequencing result and the increment of amplicon band size in electroferogram of the last addition PCR step. The bglp15.2 and bglp15.2INU gene (the bglp15.2 gene that has signal peptide nucleotide sequence) were cloned in Escherichia coli DH5α using pGEM-T-Easy vector and pBEVY-GL shuttle vector. The pBEVY-GL shuttle vector was used for transforming S. cerevisiae BY4741 with bglp15.2 and bglp15.2INU. The recombinant S. cerevisiae BY4741 carrying bglp15.2INU gene and growing in 48 hours had extracellularly β-glucosidase enzyme activity of 0,0178 U/ml and the intracellularly activity was 0,0181 U/ml. The  β-glucosidase enzyme without signal peptide was not secreted. With K. marxianus inulinase signal peptide, about 50% Bglp15.2INU protein could be secreted. The protein molecular weight of secreted Bglp15.2INU was 44 kDa in SDS-PAGE result.
Pengaruh Defoliasi dan Posisi Penanaman Stek Batang pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Lam. Var. Sari Nur Edy Suminarti; Ratih Novriani
Jurnal Biodjati Vol 2, No 1 (2017): May
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v2i1.1293

Abstract

Beragamnya produktivitas tanaman ubi jalar diduga sebagai akibat masih bervariasinya teknologi penanaman yang diterapkan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitiaan yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh defoliasi dan posisi penanaman stek batang telah dilakukan pada bulan Februari 2016 di kebun percobaan Muneng, Probolinggo.  Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terpisah, tingkat defoliasi sebagai petak utama, terdiri dari 3 taraf : (tanpa dirompes ; daun dirompes 50% dan 100 %). Posisi penanaman stek sebagai anak petak, terdiri dari 3 macam :  30o,60o dan 90o. Pengumpulan data dilakukan secara destruktif meliputi komponen pertumbuhan meliputi jumlah cabang, jumlah daun, luas daun, dan bobot segar total tanaman dan komponen panen mencakup jumlah umbi/tanaman, panjang umbi, bobot umbi/tanaman, bobot umbi ekonomis/tanaman, hasil umbi/ha dan hasil umbi ekonomis/ha.  Uji F taraf 5% digunakan untuk menguji pengaruh perlakuan, sedangkan perbedaan diantara rata-rata perlakuan didasarkan pada nilai BNJ taraf 5%. Interaksi nyata tidak terjadi pada semua parameter yang diamati, komponen pertumbuhan hanya dipengaruhi oleh prosentase defoliasi, sedangkan komponen hasil hanya dipengaruhi oleh posisi penanaman stek. Pada komponen pertumbuhan, hasil paling rendah didapatkan pada perlakuan defoliasi 100%, sedangkan untuk komponen hasil, posisi penanaman stek 60o dan 90o menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Namun demikian, berdasarkan hasil analisis usaha tani, penanaman stek 90o lebih efisien dari perlakuan lainnya dengan hasil umbi sebanyak  35,31 ton ha-1 dengan nilai B/C tertinggi : 1,04 
Keanekaragaman Jenis Anggrek di Cagar Alam Gunung Tukung Gede, Serang, Banten Diah Sulistiarini; Tutie Djarwaningsih
Jurnal Biodjati Vol 2, No 1 (2017): May
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v2i1.1296

Abstract

Penelitian tentang anggrek alam telah dilakukan di Cagar Alam  (C. A.) Gunung Tukung Gede terletak di kabupaten Serang, propinsi Banten yang meliputi kawasan hutan sekitar 1700 ha. Penelitian telah dilakukan menggunakan metoda jelajah dengan tujuan utama untuk mengidentifikasi keberadaan dan keanekaragaman jenis-jenis di kawasan hutan Cagar Alam Tukung Gede.Penelitian dilakukan tiga kali pada bulan Juli dan Oktober 2009dan Oktober 2010 di tiga lokasi hutan di dekat desa Cikedung, Cikolelet dan Luwuk yang termasuk dalam dua kecamatan yaitu Cinangka dan Mancak. Berdasarkan hasil eksplorasi ini ditemukan tiga belas jenis anggrek dari C. A. Gunung Tukung Gede, satu jenis anggrek saprofit (Erythrochis altisima(Blume) Blume) , tiga jenis terestrial  (Calanthe zollingeri Reinchb.f., Corymborkis veratrifolia ( Reinw.) Blume  dan Spathoglottis plicata Blume) dan sembilan jenis epifit (Aerides odorata Lour., Appendicula pauciflora Blume, Cymbidium aloifolium (Linn.) Sw., C. finlaysonianum Lindl., Dendrobium crumenatum Sw., D. secundum (Blume) Lindl., Eria javanica (Sw.) Blume, Grossourdya appendiculata (Blume) Reinchb.f. dan Liparis parviflora (Blume) Lindl.). Salah satu jenis anggrek yaitu Erythrochis altisima (Blume) Blume merupakan anggrek langka. 
Potensi Ekstrak Buah Buni (Antidesma bunius L) Sebagai Antibakteri dengan Bakteri Uji Salmonella thypimurium dan Bacillus cereus Ida Indrawati; Andita Fitri Mutiara Rizki
Jurnal Biodjati Vol 2, No 2 (2017): November
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v2i2.1309

Abstract

Terdapat senyawa bioaktif pada tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Tumbuhan genus Antidesma menunjukkan adanya aktivitas antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas zat antibakteri yang terkandung di dalam buah buni (Antidesma bunius L) terhadap bakteri uji Salmonella thypimurium dan Bacillus cereus. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode difusi Kirby Bauer dan data dianalisis secara deskriptif. Hasil yang diperoleh adalah diameter zona hambat yang dihasilkan dari uji antibakteri terhadap bakteri B. cereus terbesar yaitu 20 mm pada konsentrasi ekstrak 80%, dan terkecil sebesar 6 mm pada konsentrasi ekstrak 1,25%. Hasil uji antibakteri ekstrak buah buni terhadap bakteri S. thypimurium dengan zona hambat terbesar yaitu 28 mm pada konsentrasi 80% dan zona hambat terkecil yaitu 0 mm pada konsentrasi 1,25%. Simpulan yang diperoleh adalah terdapat aktivitas antibakteri dari ekstrak buah buni terhadap bakteri uji S. thypimurium dan B. cereus. Rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk pada ekstrak Buah Buni (Antidesma bunius) terhadap bakteri B. cereus pada konsentrasi 80; 40; 20; 10; 5; 2,5; dan 1,25% masing-masing adalah sebesar 18,4; 12; 9,4; 8,4; 7,4; 7; dan 6,4 mm. Sedangkan terhadap bakteri S. thypimurium pada konsentrasi 80; 40; 20; 10; 5; 2,5; dan 1,25% masing-masing adalah sebesar 26,7; 21; 11; 10; 8; 7; dan 4,3 mm. 

Page 1 of 19 | Total Record : 181