cover
Contact Name
Saldy Yusuf
Contact Email
saldy_yusuf@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
saldy_yusuf@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Jurnal Luka Indonesia
Published by ETN Centre Indonesia
ISSN : 24422665     EISSN : 26143046     DOI : -
Core Subject : Health,
JURNAL LUKA INDONESIA Jurnal Luka Indonesia merupakan Jurnal ilmiah nasional pertama di Indonesia yang spesifik mendesiminasikan hasil penelitian di bidang manajemen luka yang diterbitkan tiga edisi dalam satu tahun (Februari, Juni dan Oktober). Oleh karena itu, Jurnal Luka Indonesia akan menjadi media publikasi yang paling relevan dalam pengembangan bidang keperawatan luka di Indonesia.
Arjuna Subject : -
Articles 124 Documents
PERAWATAN LUKA, STOMA, DAN KONTINEN MASA LALU DAN MASA YANG AKAN DATANG Mulyadi, Edy
in process
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Perkembangan perawatan luka, stoma, dan kontinen di Indonesia telah dimulai dari tahun 1993, dan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama pada tahun 2010, kebutuhan perawat luka, stoma, dan kontinen semakin tinggi karena penderita luka, stoma, dan kontinen di Indonesia juga makin bertambah. Di masa yang akan datang perhimpunan membutuhkan kepemimpinan yang mampu membawa anggotanya lebih profesional dan sejahtera. Tujuan: Memberikan gambaran tentang sejarah perkembangan perawat luka, stoma, dan kontinen pada masa yang lalu dan perkembangannya saat ini di Indonesia. Metode: Desain yang digunakan adalah deskriptif, untuk menceritakan pengalaman tentang perkembangan perawat luka, stoma, dan kontinen Hasil: Pelayanan perawatan luka, stoma, dan kontinen telah berada hampir diseluruh daerah di Indonesia seperti di rumah sakit, dan praktek mandiri, untuk memberikan pelayanan profesional melalui promosi kesehatan, pelayanan klinik, dan penelitian yang berguna sebagai evidance based dan guide. Praktek mandiri saat ini sebanyak 300 buah, ditunjang oleh perawat ETN 214 orang, perawat luka 6.560, perawat stoma 71 orang, perawat kontinen 48 orang. Kesimpulan: Himpunan perawat luka, stoma, dan kontinen menjadi penting untuk bersinergi dalam membangun profesi dan mencapai tujuan memberikan pelayanan profesional untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Kata kunci:, perawat luka, stoma, dan kontinen
PERBANDINGAN GEL EKSTRAK JAHE MERAH (ZINGIBER OFICINALE LINN. VAR. RUBURUM) DAN GEL EKSTRAK KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA VAL) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA AKUT Mahendra, Rahmad Effan Fahri; Raihan, Raihan; Juliana, Diena
in process
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi, pemanfaatan bahan alam berkembang sebagai bahan baku farmasi. Pemanfaatan bahan alam seperti rimpang jahe merah dan kunyit diolah menjadi berbagai macam olahan. Bahan tersebut diolah menjadi dressing untuk menyembuhkan luka. Jahe merah dan kunyit mempunyai efek farmakologis dan mengandung komponen kimia bermanfaat. Komponen kimia jahe merah yaitu senyawa homolog dikenal dengan 10-shogaol sebagai antioksidan, gingerol, oleoresin dan minyak atsiri. Kandungan kimia kunyit, kurkumin, desmetoksikurkumin, bisdes-metoksikurkumin dan anti-inflamasi alami. Pengolahan dibuat menjadi sediaan berbasis gel. Tujuan: Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan pengecilan luka menggunakan jahe merah dan kunyit yang diformulasikan dalam sediaan berbasis gel dengan konsentrasi 4 % dan diaplikasikan sebagai terapi penyembuhan luka akut. Metode: Pembuatan ekstrak dilakukan di Akademi Farmasi Yarsi, perlukaan sampel di dinas Kesehatan Hewan, perawatan luka dilakukan di Lembaga Pelayanan Keperawatan Pontianak Nursing Center. Waktu penelitian pada tanggal 23 Juli – 06 Agustus 2015. Penelitian quasi eksperiment dengan metode pre and post test without control. Hasil: Jumlah hewan uji yang digunakan sebanyak 9 ekor tikus, 4 ekor menggunakan gel jahe merah dan 5 ekor menggunakan gel kunyit. Tikus dibuat 1 luka sayatan dibagian paha kiri dengan panjang 0,4 mm2. Mean antara pemberian gel ekstrak jahe merah sebesar 0,125 mm2 standar deviasi sebesar 0,0957 dan gel ekstrak kunyit sebesar 0,240 mm2 standar deviasi sebesar 0,0548. Hasil uji t-test, diinterpretasikan nilai p sebesar 0,056 > α 0,01. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan proses pengecilan luka pada mencit menggunakan gel jahe merah dan gel kunyit.
PEARLS FOR PRACTICE - MANAGING ELDERLY PRESSURE ULCERS IN HOME CARE Anisah, Siti
in process
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background. Elderly people frequently have wounds such as pressure ulcers. These occured especially in frail elderly. Patients have pressure ulcers at home need special education and support of nurses or the other caregiver professional health. These patient also taken of efectiveness modern dressing so easier to use and less frequently follow up. The dressing has to be changed less frequently; this means longer periods of rest for the wound, promotes healing, and reduces the risk of potential maceration. It is very important to use modern dressings and methods that provide optimal exudate management and promote natural debridement and wound healing, while ensuring adequate control of bacteria. Aim. Finally, the patients quality of life is thus improved. Methods. Share an experience reported of 3 cases study of elderly patient with extremely pressure ulcers on her bodies. Results. Modern dressing and approriate nursing wound care had a quality of life for elderly patients and succesfull healing. Conclusion. The foam dressings useful alternative in the treatment of wounds with excessively heavy exudation. The use of foam dressing for 3 weeks on a 4rd degree pressure ulcers with necrotic and a high level of exudate showed the following : foam dressing managed in an optimal way the high level of exudate in the first phases of treatment. There was no leakage from the dressing, and no maceration of the peri- ulcer skin was observed. The autolytic and osmotic debridement were promoted, and necrotic tissue was cleaned from the ulcers. During the next phases of healing, where the amount of exudate decreased, the wound bed did not dry out and granular tissue was given sufficient protection. Healing was promoted and the patient feel comfortable throughout. Family support, enough resources material modern dressing, control good level glucose with self monitoring blood glucose (SMBG) caring all. Family, caregivers and nutritional supported the whole healing procesed. Keywords: Pressure Ulcers, Elderly, Modern Dressing
SUITABILITY TEST OF WAGNER SCALE AND BATES-JENSEN IN EVALUATING THE HEALING GRADE OF DIABETIC ULCER PATIENTS Asbaningsih, Febrianti; Gayatri, Dewi
in process
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background : Diabetic ulcer is one of the complications of diabetes mellitus which require appropriate wound evaluation instruments to determine the proper treatment in order to avoid more severe condition. The study objective was to identify the relationship between the Wagner scale wound assessment instruments and Bates- Jensen Wound Assessment Tool (BWAT) in patients with diabetic ulcers. Methods: The study design was descriptive cross sectional study. The samples of this study were 43 patients with diabetic ulcer. The instrument used was the Wagner scale to measure the severity of the diabetic ulcers patients wound and the BWAT used to measure the severity of the patients decubitus ulcer wounds. Results: The result of statistical tests showed that there was a strong correlation between the Wagner scale instrument and the BWAT in assessing diabetic ulcer wounds (r = 0.789, p = 0.0005). Conclusions: The results of the study showed that the BWAT can be used to evaluate diabetic ulcer wounds. Therefore it could be recommended to use BWAT for evaluating wound healing in patients with diabetic ulcer is clinical setting. Keywords: Bates-Jensen Wound Assessment Tool, diabetic ulcer, Wagner scale
MEMULAI RISET BAHAN ALAM TERKAIT PERAWATAN LUKA Haryanto, Haryanto
in process
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam flora dan fauna yang terbentang luas baik darat maupun laut. Keanekaragaman ini belum semua teridentifikasi yang berkaitan dengan penyembuhan luka. Kita telah mengenal terlebih dahulu madu, lidah buaya, nenas, dan terakhir teripang. Perkembangan perawatan luka yang semakin maju dengan berbagai perkembangan teknologi dan “modern dressing”, namun perlu dipikirkan alternatif yang dapat dikembangkan untuk perawatan luka terutama negara-negara berkembang seperti Indonesia. Masih sedikitnya hasil-hasil penelitian yang mengembangkan bahan alam untuk perawatan luka, memberikan peluang yang besar bagi kita untuk meneliti lebih jauh. Penelitian-penelitian baik invivo maupun invitro sangatlah diperlukan untuk mengetahui efek dan signifikansi dari kandungan alam, sehingga penelitian-penelitian bersifat klinik dapat dilakukan dengan memperhatikan “adverse event”, hasilnya dapat menjadikan produk baru untuk perawatan luka.
PERAN PERAWAT ETN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DENGAN MASALAH STOMA, LUKA DAN KONTINEN Maryani, Ani
in process
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seorang enterostomal therapist nurse (ETN) adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan khusus dan mendapatkan sertifikat, mempunyai keahlian dan wewenang untuk memberikan pelayanan keperawatan dalam bidang luka dan bedah ostomi serta kontinen. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan lebih pedulinya masyarakat tentang kondisi kesehatannya, akan meningkatkan tuntutan terhadap seorang ETN untuk selalu memberikan yang terbaik dan memuaskan. Pelayanan keperawatan dari seorang ETN yang berfokus pada pasien, dan keselamatan pasien serta berbasis temuan / evidence yang didasari dengan kompetensi yang memadai saat ini menjadi isu penting, termasuk dalam menyiapkan tantangan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), melalui peran sebagai provider, conselor, educator maupun researcher. Pelayanan yang diberikan oleh seorang ETN yang sesuai dengan kompetensinya dalam menjalankan peran-peran tersebut diharapkan mampu mengatasi masalah pasien dengan luka, kontinen dan stoma sehingga pasien mampu beradaptasi dengan kondisi stomanya, melakukan aktifitas dan tetap produktif sehingga kualitas hidup pasien meningkat. Kata Kunci : Enterostomal therapist nurse (ETN), Peran Perawat, Stoma, Luka, kontinen, MEA
ANALYSIS COLLAGEN DENSITY ON DIABETIC AND NON-DIABETIC ACUTE WOUND MODEL: ANIMAL TRIAL USING WISTAR RATS Maryunis, Maryunis; Bakri, Syakib; Patellongi, Ilhamjaya; Aman, Makbul; Tahir, Takdir; Rahayu, Ade Irma; Hasriyani, Hasriyani; Yusuf, Saldy
in process
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Neuropathy and peripheral vascular disease are two major factors that lead to diabetic wounds. Additionally, diabetic wound healing process takes a long time. Collagen is one indicator to assess wound healing. Aim: This study aimed to compare the wound healing process DM and non-DM In Wistar with acute wounds modeling that uses the density collagen as indicators. Methods: This study used a randomized design Post Test Control Group who uses Wistar as research objects. Wistar rats were divided into 2 groups: Wistar DM and Non-DM groups. The total sample were 30 individuals that consisted of 15 rats each group. Wistar DM was induced by injection of Streptozotocin (STZ) intraperitoneal single dose of 40-50 mg / kg. The wound were created by using punch biopsy of each group. The wound were followed up for 14 days. Data analysis was done using the Kolmogorov - Smirnov test with a confidence level of 95%. All data were analyzed by SPSS version 21.0 software (SPSS, Inc. Chicago, IL). Results: The density of collagen in DM group (20%) was lower than in non DM group (40%). However there were no significant difference in collagen density in both groups (p=0,375). Nevertheless, the percentage of collagen density is higher in non DM group compared with DM group (20.0%). This shows the tendency of the wound healing process in the group of Non - DM is better than DM group. This shows the tendency of the wound healing process in the group of Non - DM is better than DM group. Conclusion : There is a tendency that the wound healing in non –DM group is better than in DM groups. More studies are needed in the future to confirm this findings. Key Words: Collagen Density, Acute Wound Model, DM
THE EFFECT OF PHERETIMA ASPERGILLUM EXTRACT ON THE INCREASE OF HAIR FOLLICLES NUMBER IN DIABETIC ULCER GRADE II IN WISTAR RAT Kristianto, Heri; Sari, Dwi Astika
in process
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Diabetic ulcer is the result of serious microvascular complication of diabetes mellitus that is caused by vascular insufficiency, resulting in dry skin, loss of taste, and a decrease in the number of hair follicles. Earthworm (Pheretima aspergillum) has a bioactive component of IGF-1 (insulin like growth factor 1), which can stimulate cell growth and survival. IGF-1 is involved in hair follicle growth by regulating cell proliferation and migration through the cellular mechanism of its receptor (IGF - 1R). This study aimed to determine the effect of earthworm extract on the increase of hair follicles number in rats induced diabetic ulcer stage II. Methods: This study used a true experimental posttest only controlled group design. Samples were randomly selected, divided into five groups: Normal Saline as a negative control group, Hydrogel as a positive control group, and the three treatment groups received earthworm extract via topical, oral, and topical-oral. Ulcer treatment is done for 21 days, on day 22, rats were euthanized. The numbers of hair follicles in skin tissue connecting to nervous fibers were identified using silver impregnation stain. Results: The results showed that the treatment groups that received earthworm extract had significantly higher number of hair follicles as compared to the control groups (p=0.000). The administration of earthworm extract via topical has an optimal effect on the increase of hair follicles numbers. Conclusion: It can be concluded that the extract of earthworm (Pheretima aspergillum) can increase the growth of hair follicles in rats diabetic models. Keywords: diabetic ulcer, earthworm (Pheretima aspergillum), hair follicles.
ENTEROSTOMAL THERAPY NURSE (ETN) DI INDONESIA: SEBUAH INVESTASI YANG KEMBALI Pratiwi, Arum Ratna
in process
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berawal dari delapan perawat enterostomal therapy bekerjasama dengan Australia, pada tahun 2007, Enterostomal Therapy Nurse Education Program (ETNEP) pertama kali diadakan di Indonesia melalui program twinning project dari World Council of Enterostomal Therapy (WCET). Pada ETNEP pertama, ada dua puluh satu perawat yang menyelesaikan program yang kemudian diikuti oleh program-program selanjutnya sampai dengan tahun 2013. Lulusannya tersebar di berbagai daerah di Indonesia untuk memberikan asuhan keperawatan langsung kepada pasien dengan kebutuhan luka, stoma dan inkontinensia atau bergerak di bidag pendidikan. Sejak program pertama, WCET melalui Norma N Gill Foundation (NNGF) berperan sangat besar terhadap perkembangan enterostomal therapy di Indonesia. Selain twinning project, peran itu terlihat dalam beasiswa diberikan seperti general scholarship, material education scholarship, ETNEP scholarship, member scholarship sampai dengan congress travel scholarship. Saat ini, Indonesia dengan perawat enterostomal therapy yang dimiliki, terus bergerak untuk memberikan pelayanan yang lebih baik untuk masyarakat yang membutuhkan, menjadi life long learners dengan melanjutkan jenjang ke pendidikan yang lebih tinggi, mandiri dalam pelaksanaan ETNEP, dan mengambil peran aktif di WCET, untuk berbalik memberikan kontribusi kepada dunia. Kata kunci: Enterostomal therapist, Indonesia, Investasi
PERAWAT ENTEROSTOMAL INDONESIA “PERJALANAN MENUJU PERUBAHAN” Hardian, Hardian
in process
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia saat ini memasuki tonggak baru dalam dunia keperawatan. Perjuangan dalam menggolkan Undang-Undang Keperawatan no 38 tahun 2014 membuktikan bahwa profesi perawat di Indonesia di akui eksistensinya walaupun perjalanan menuju keperawatan yang lebih baik dan profesional masih membutuhkan perjuangan. Semangat menuju profesionalisme bagi perawat luka, ostomi dan kontinen sejatinya di mulai sejak tahun 1990-an Ibu Sumiatun dari RS Dr Soetomo Surabaya mendapat kesempatan untuk menjadi Enterostomal Therapy Nurse di Singapura dan ini menjadi tonggak awal perawat luka, ostomi dan kontinen memberikan kiprahnya kepada perkembangan perawat di Indonesia. Perkembangan keperawatan enterostomal terapi saat ini sudah makin berkembang. Pendidikan perawat enterostomal sudah di adakan di Indonesia dengan para praktisi yang sudah mumpuni dalam keahliannya sehingga kedepan kebutuhan akan perawat ahli sudah bisa dipenuhi. Praktik mandiri perawat enterostomal sudah banyak berkembang. Dalam menghadapi era globalisasi, saat ini hampir semua event internasional, perawat Indonesia sudah mampu berbicara dalam forum tersebut. Tahun 2017 Indonesia menjadi tuan rumah Asia Pasifik Enterostomal Therapy Nurse Association mari kita sukseskan acara tersebut sebagai bukti kemajuan perawat di Indonesia. Perjalanan perawat enterostomal ke depan adalah mengembangkan kompetensi kompetensi kekhususan dalam bidang luka, ostomi dan kontinen, sehingga standar asuhan keperawatan enterostomal terapi makin profesional. Perawat enterostomal juga diharapkan mampu berkolaborasi dengan sistem jaminan kesehatan sehingga layanan keperawatan enterostomal mendapat pengakuan yang layak sesuai kompetensinya.

Page 1 of 13 | Total Record : 124