cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalkomunikasi.indonesia@gmail.com
Editorial Address
Communication Building, 3rd Floor, FISIP, Kampus UI Depok,
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Komunikasi Indonesia
Published by Universitas Indonesia
ISSN : 26152894     EISSN : 26152894     DOI : 10.7454
Core Subject : Education,
Jurnal Komunikasi Indonesia (JKI) is a peer reviewed, open access, scholarly journal that provides a dedicated, interdisciplinary forum for research on communication and media. JKI was launched in 2012 and is published by Department of Communication, Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Indonesia. Its core mission is to publish original and critical research articles related to communication and media; which includes, but is not limited to, interpersonal communication, public relations, advertising, communication strategies, and media studies. Proposals for special issues are also welcomed. The journal is published twice a year. Editorial Board of JKI welcome submissions on any topic related to the discipline.
Arjuna Subject : -
Articles 169 Documents
Komunikasi, Konteks, Komunitas Ilya Revianti Sunarwinadi
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol 2, No 1 (2013): April
Publisher : Department of Communication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.428 KB)

Abstract

Televisi Lokal: Antara Kepentingan Korporat dan Fungsi Sosial Bram Hendrawan
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol 2, No 1 (2013): April
Publisher : Department of Communication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.201 KB)

Abstract

Kebanyakan studi mengenai televisi lokal di Indonesia fokus pada televisi sebagai mediumkonstruksi ruang publik dan identitas budaya. Pendekatan sosial ini melewatkan karakter penting yaitu komersialitas. Penelitian ini menelaah strategi korporat (struktur kepemilikan, perluasan wilayah siaran dan sumber pemasukan) yang dilakukan oleh dua televisi lokal swasta di Yogyakarta dan Solo: Jogja TV dan TATV. Pertanyaan utama yang diajukan adalah apakah strategi korporasi yang diterapkan membatasi fungsi sosial dari televisi lokal dan bagaimana ini bisa terjadi? Dalam artikel ini penulis beragumen bahwa strategi korporat kedua stasiun televisi ini membatasi potensi yang ada untuk menjalankan fungsi sosial televisi lokal sebagaimana diidamkan para pendukungnya. Prioritas mengejar keuntungan mengancam terciptanya keragaman isi televisi.Most studies on Indonesian local television focus on the social function of local television as a medium for the construction of public sphere and cultural identity. This social approach to local television misses an important character of these new stations namely their commercial character. This paper looks at corporate strategies (structure of ownership, the expansion of service area and modes of generating income) employed by two private local television stations in Yogyakarta and Solo: Jogja TV and TATV. The main question is whether and how such corporate strategies limit the social function of local television. It is argued that corporate strategies of these two television stations limit the potential of local television to carry out its social function as it is envisioned by its proponents. The logics of pro????t making pose a threat to the creation of diversity on television.
Representasi Warga Tionghoa dan Kecinaan dalam Media Kontemporer Indonesia Ezmieralda Melissa
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol 2, No 1 (2013): April
Publisher : Department of Communication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.604 KB)

Abstract

Seiring dengan berkembangnya teknologi transportasi dan komunikasi di era globalisasi ini, proses hibriditas budayapun berlangsung dengan cepat. Di satu sisi, kondisi ini mendorong orang-orang untuk mengenal dan belajar tentang berbagai budaya yang ada dalam masyarakat modern kita. Di sisi lain, kondisi ini juga mengangkat sejumlah permasalahan penting, seperti munculnya kesalahpahaman dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas. Sejak jatuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998, banyak kelompok yang dulunya tertindas, termasuk etnis Tionghoa, muncul dan membuat diri mereka didengar pada era demokrasi baru bangsa ini. Seiring peraturan pemerintah baru yang memperbolehkan kelompok ini untuk mempraktikkan budaya mereka tanpa batasanbatasan tertentu, kondisi masyarakat Tionghoa di Indonesia telah berubah menjadi lebih baik dan budaya Tionghoapun mulai dirangkul oleh media populer. Didasari oleh fenomena tersebut, penelitian ini hendak menyelidiki bagaimana media kontemporer Indonesia merepresentasikan etnis Tionghoa dan budaya mereka serta bagaimana representasi ini merefeksikan 'posisi' kelompok minoritas ini dalam masyarakat Indonesia.The rapid developments of communication and transportation technologies in this globalization era have accelerated the process of cultural hybridity. On the one hand, this condition encourages people to know and learn more about other cultures existing in our modern societies. On the other hand, it also creates some critical issues, such as misunderstanding and discrimination against the minority groups. Following the fall of the Soeharto’s regime in 1998, many suppressed groups, including Chinese Indonesians, have emerged to let themselves being heard in the nation new democratic era. With new government regulations that allow the practice of their cultures without prior limitations, the condition for Chinese Indonesians has greatly improved and the Chinese culture is starting to be embraced by the popular media. Based on that, this paper aims to investigate how Indonesian contemporary media represent Chinese Indonesians and their cultures and how this representation re????ects this minority group ????place’ in the Indonesian community.
‘Kami Juga Punya Suara’: Dunia Blogging Buruh Migran Indonesia di Hong Kong sebagai Politik Budaya Pratiwi Retnaningdyah
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol 2, No 1 (2013): April
Publisher : Department of Communication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.344 KB)

Abstract

Buruh migran domestik merupakan sosok yang sudah lama diperdebatkan sebagai kelompok perempuan yang paling dieksploitasi dan disubordinasi dalam konteks pembagian kerja di dunia kapitalisme global. Meskipun demikian, mereka sebenarnya aktif terlibat dalam berbagai kegiatan untuk bernegosiasi dengan struktur kekuasaan di pasar kerja transnasional. Tulisan ini mengulas bagaimana dan mengapa literasi digital memiliki peranan penting dalam kiprah Buruh Migran Indonesia (BMI). Saya berargumen bahwa BMI aktif melakukan 'reverse discourse’ secara individu dan kolektif untuk memperjuangan nilai dan legitimasi BMI melalu dunia blogging. Sebagai upaya untuk merekonstruksi identitas dan memberdayakan komunitas, dunia blogging adalah politik budaya, di mana identitas buruh migran dimaknai dan dipertanyakan.Foreign domestic workers are arguably one of the most exploited and subordinated groups of women in the labour division under global capitalism. However, Foreign Domestic Workers (FDWs) actively engage in activities to negotiate the prevailing structures of power in transnational labour market. This article will examine how and why literacy is central to the activism of Indonesian Domestic Workers (IDWs). I argue that IDWs actively exercise individual and collective 'reverse discourse' on the value and legitimacy of IDWs through blogging as a literacy practice. As an attempt to reconstruct their identity and empower their community, blogging becomes cultural politics, in which IDWs’ identity undergoes the process of meaning-making by the actors and readers.
Identitas Kelompok Disabilitas dalam Media Komunitas Online: Studi Mengenai Pembentukan Pesan Identitas Disabilitas dalam Kartunet.com Aulia Dwi Nastiti
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol 2, No 1 (2013): April
Publisher : Department of Communication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.474 KB)

Abstract

Media komunitas dapat memberikan ruang bagi kelompok yang terpinggirkan untuk membentuk pesan mereka sendiri. Melalui media komunitas Kartunet.com, sekelompok anak muda tunanetra yang tergabung dalam komunitas Kartunet berupaya mengkonstruksi identitas kelompok disabilitas dalam berbagai pesan yang mereka suarakan. Kartunet merupakan komunitas yang digerakkan oleh anak muda tunanetra untuk memberdayakan penyandang disabilitas. Penelitian ini signifkan untuk menunjukkan bagaimana media komunitas, khususnya dalam medium online, beroperasi dalam memberikan ruang bagi kelompok marjinal. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi semi-partisipatif ke dalam komunitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan identitas kelompok disabilitas merupakan proses bertahap dari identitas personal, identitas komunitas, dan identitas kelompok disabilitas. Pembentukan identitas disabilitas dalam media komunitas Kartunet.com terjadi melalui proses konstruksi yang melibatkan berbagai faktor internal maupun eksternal komunitas dan identitas yang terbangun sifatnya dinamis.The notion of community media provides a space for marginalised groups to form their ownmessage. Through the community media Kartunet.com, a group of visually-impaired peopleseek to construct group identity of those with disability to send their message out to public.Kartunet is a community organised by young visually-impaired people to empower people with disabilities through the usage of information technology. This study is significant to show how community media, especially through online platforms, operates for minority groups in order to deliver their own message. The research was conducted using qualitative approaches through in-depth interviews and semi-participatory observation within the community. Findings show that the formation of the disabled group identity is a gradual process involving personal identity, community identity, and group identity related to disabilities. Identity formation of disabilities in Kartunet.com community media takes place through a construction process that includes a variety of internal and external factors in which constructed identities acquire dynamic characteristics.
Hasrat untuk Mati: Eksplorasi Tema Bunuh Diri di Tempat Umum dalam Novel Lenka Dewi Anggraeni
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol 2, No 1 (2013): April
Publisher : Department of Communication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.505 KB)

Abstract

Terinspirasi oleh sejumlah kasus bunuh diri di pusat-pusat perbelanjaan (mall) di Jakarta pada2009, 17 penulis bekerja bersama untuk menulis sebuah novel berjudul Lenka dengan menjadikan kasus bunuh diri di tempat umum sebagai tema sentral. Tulisan ini mencermati bagaimana novel sebagai salah satu wujud media terbitan (publishing media) mengeksploitasi satu bagian realitas melalui proses kreatif dan mampu menyodorkan perspektif berbeda akan motif bunuh diri di tempat umum. Selain itu, aspek-aspek fiktif dalam novel dapat dimanfaatkan untuk mencermati kompleksitas di balik kasus bunuh diri yang tidak tereksplorasi oleh media massa. Tulisan ini juga mencoba menyentuh satu isu besar berkaitan dengan upaya tiada henti oleh masyarakat maupun kaum profesional seperti psikolog maupun sosiolog dalam merasionalkan penyebab bunuh diri dengan menawarkan gagasan: Bagaimana jika penyebab bunuh diri tersebut hanyalah hasrat untuk mati?Inspired by a number of suicide deaths occurred at shopping malls in Jakarta in 2009, 17 authors worked together to create a novel – Lenka – which offers suicide in public places as its central theme. This research observes how the novel, as a publishing media, captures one small part of reality and exploits it through creative process and is ultimately able to offer a different perspective about the motive of suicide in public places. Moreover, fictional aspects of a literary work might be useful in scrutinizing the complexities of suicide unexplored in mass media. Furthermore, this research attempts to touch one big issue relating to endless efforts undertaken by societies or professionals – psychologists and sociologist, for instance – in rationalizing the cause of suicide by offering an idea worth to be considered: What if the cause of suicide is merely the desire to die?
Mendukung Pariwisata Domestik melalui Komunitas Perjalanan Online Anis Hamidati
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol 2, No 1 (2013): April
Publisher : Department of Communication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.121 KB)

Abstract

Di antara komunitas global saat ini, menjadi sebuah tren bagi mereka yang berada dalamrentang usia produktif untuk melakukan backpacking travel sebagai bagian dari gayahidup. Tantangan yang muncul dari kondisi infrastruktur yang buruk atau ketersediaaninformasi yang tidak memadai tentang daerah tujuan wisata tidak lagi menjadi hambatanuntuk komunitas perjalanan dikarenakan mereka telah terinformasi dengan baik melaluikegiatan berbagi informasi secara online. Mereka berbagi pengalaman masing-masinglewat blog, mailing list, wiki, vlog, photo sharing, dan sebagainya. Alhasil Web 2.0 menjadisemakin berpengaruh sebagai cara untuk bertukar informasi di antara wisatawan. Peningkatan kesadaran akan keindahan daerah tujuan wisata domestik melalui proses berbagi oleh para wisatawan mungkin sekali berkontribusi pada peningkatan minat pada pariwisata domestik. Wisatawan yang memiliki kesamaan pemikiran akan berbagi cerita dan pengalaman di dalam dan di luar komunitas perjalanan mereka. Dalam banyak kasus, hambatan infrastruktur dan informasi membuat wisatawan lebih senang untuk mengatur perjalanan dalam kelompok, yang kemudian akan meningkatan modal sosial dan informasi wisata serta minat mereka untuk berwisata lagi. Artikel ini berusaha memahami bagaimana komunitas perjalanan online memainkan peran penting dalam mendukung wisata domestik dengan mengamati sebuah komunitas perjalanan online di Indonesia.Among today’s global community, it has become a trend for those within the productiveage range to conduct backpacking travel as part of their lifestyle. The challenges posedby the lack of infrastructure and formal information of many potential tourism destinationsare no longer drawbacks in today’s travel communities because they are highly informedthrough online information sharing. Travellers would share their own experiences through blogs, mailing lists, wikis, vlogs, photo sharing, just to name a few. Web 2.0 is increasingly becoming infuential as a means of information exchange among travellers. The increasing awareness about the beauty of local destinations shared by travellers may have contributed to the rising interest in local travel. Like-minded travellers would share their stories and experiences within and outside their established or non-established travel communities, boosting the interest to visit those destinations. In many cases, due to the lack of infrastructure and information, it is more appealing for the travellers to set up travel in groups, enhancing their social capital and travel information and consequently heightening their interest to conduct further travel. This paper seeks to understand how online travel communities play a major role in supporting local travels by looking into a case of an online travel community in Indonesia.
Analisis Isi: Sebuah Pengantar Metodologi yang Mendalam dan Kaya dengan Contoh Hendriyani Hendriyani
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol 2, No 1 (2013): April
Publisher : Department of Communication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.041 KB)

Abstract

Adaptasi Teknologi dan Sirkulasi Kekuasaan Ilya Revianti Sunarwinadi
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol 2, No 2 (2013): Oktober
Publisher : Department of Communication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.172 KB)

Abstract

Agama dan Adopsi Media Baru: Penggunaan Internet oleh Gerakan Salafisme di Indonesia Asep Muhamad Iqbal
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol 2, No 2 (2013): Oktober
Publisher : Department of Communication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.955 KB)

Abstract

Dengan memfokuskan analisisnya atas kasus Salafisme di Indonesia dan internet, tulisan iniberargumen bahwa tidaklah akurat pandangan yang menyatakan adanya ketidaksejalananantara internet dan agama yang sebenarnya lebih didasarkan pada teori sekularisasi yangmenekankan ketidaksepadanan hakiki antara agama dan modernitas. Internet pada kenyataannya menyediakan peluang-peluang baru yang ternyata disambut dengan baik oleh komunitas agama dan dijadikannya bagian dari budayanya sesuai kepentingan dan kebutuhannya. Media baru ini telah memberikan manfaat bagi agama dengan kemampuannya menjadi fasilitas dan alat baru bagi kepentingan agama dan penganutnya. Respon positif agama ini terlihat dalam penggunaan internet oleh Salafis yang dapat dikategorikan dalam empat bentuk penggunaan: ideologis, polemis, kontekstual, dan strategis. Semua bentuk penggunaan internet ini menunjukkan dengan jelas adanya dampak positif internet bagi agama dan kemampuan agama untuk menjadi bagian dari modernitas demi kepentingan dan keperluannya dengan cara mengadopsi dan mengadaptasi produk modernitas seperti internet.

Page 4 of 17 | Total Record : 169