cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana
ISSN : 24609684     EISSN : 24768863     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana is a Scientific Journal to publish medical research articles, and other scientific medical articles from Medical Faculty of Duta Wacana Christian University academic community and also receive articles from other resources with appropriate and related topics. The policies taken for the largest composition of articles are the results of research, but can also receive scientific articles in the form of literature review and case reports. To maintain the quality of writing, Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana also cooperate with other Medical Education Institutions, especially in the recruitment of reviewer partner to conduct a "review" of all incoming articles. Funding for publication is entirely sourced from the Faculty of Medicine and also from Duta Wacana Christian University.
Arjuna Subject : -
Articles 140 Documents
EVALUASI IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY APPENDICITIS ELEKTIF DI RS BETHESDA YOGYAKARTA Caecilia Lelia Rahmawati; Rizaldy Taslim Pinzon; Trisasi Lestari
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana Vol 2, No 3 (2017): BERKALA ILMIAH KEDOKTERAN DUTA WACANA
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1710.559 KB) | DOI: 10.21460/bikdw.v2i3.70

Abstract

Rumah sakit memiliki komitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan yang mengutamakan mutu dan keselamatan pasien. Salah satu upayanya adalah dengan menjalankan clinical pathway. Sebagai sebuah instrumen yang menstandarisasikan proses dan outcome pelayanan, clinical pathway selayaknya mampu menjadi solusi perbaikan manajemen kualitas berkelanjutan. Hingga kini bukti mengenai efektivitas clinical pathway masih diperdebatkan. Untuk mengetahui hasil luaran length of stay, infeksi luka operasi dan penurunan biaya perawatan dalam implementasi clinical pathway appendicitis acuta tanpa komplikasi di RS Bethesda Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional dengan desain penelitian cohort retrospective, dimana peneliti mengambil dua kelompok subyek yang berbeda dalam populasi yang sama. Kelompok kasus adalah kelompok pasien yang menjalani perawatan dengan clinical pathway, setelah pemberlakuan clinical pathway, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok pasien yang diidentifikasi sebelum pemberlakuan clinical pathway. Peneliti menilai dampak penerapan clinical pathway terhadap outcome length of stay, infeksi luka operasi saat pemulangan (surgery site infection discharge) dan biaya perawatan.Berdasarkan karakteristik subyek, jumlah wanita (59,3%) lebih banyak daripada pria (40,7%), subyek usia 18-30 (62,7%) merupakan yang terbanyak. Pemberian terapi antibiotika Ceftriaxone dan Non Ceftriaxone, berbeda sebelum dan pasca clinical pathway (p>0,05). Terdapat penurunan yang bermakna (p0,05); terdapat perbedaan yang bermakna biaya rawat inap sebelum dan pasca pemberlakuan clinical pathway (p
REKOMENDASI LATIHAN FISIK UNTUK DIABETES MELITUS TIPE 2 A Andi Kurniawan; Y Nining Sri Wuryaningsih
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana Vol 1, No 3 (2016): BERKALA ILMIAH KEDOKTERAN DUTA WACANA
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/bikdw.v1i3.22

Abstract

Diabetes melitus (DM) adalah kondisi penyakit kronik yang ditandai oleh metabolisme glukosa yang normsal sebagai dampak dari gangguan aksi dan sekresi insulin. Tatalaksana DM tipe 2 memelukan pendekatan multi disiplin, termasuk edukasi, terapi nutrisi, aktivitas fisik yag teratur, dan obat-obatan. Tujuan terapi DM tipe 2 adalah mencapai kadar gula yang normal dan mempertahankannya, serta mencegah komplikasi diabetes. Ada bukti ilmiah bahwa olahraga dapat menunda onset DM tipe 2 dan memperbaiki kontrol gula darah. Olahraga akan memperbaiki sensitivitas insulin, meningkatkan uptake glukosa, dan memperbaiki kontrol gula darah. Olahraga yang sifatnya aerobik akan menurunkan kadar HbA1C dan meningkatkan sensitivitas insulin. Kombinasi olahraga akan menabah perbaikan HbA1C.
PEMANFAATAN PENCARIAN LITERATUR KEDOKTERAN CLINICALKEY (STUDI KASUS: FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA) Irestrina Elmiradewi; I Wayan Mustika; Dani Adhipta
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana Vol 2, No 2 (2017): BERKALA ILMIAH KEDOKTERAN DUTA WACANA
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.547 KB) | DOI: 10.21460/bikdw.v2i2.49

Abstract

Pendahuluan: ClinicalKey merupakan salah satu mesin pencarian kesehatan yang banyak memberikan informasi kredibel mengenai e-journal, ebook, drug monographs, guidelines, patient education, multimedia, first consult, procedures consult dan lainnya. Saat ini, ClinicalKey merupakan mesin pencarian kesehatan yang dilanggan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (FK UKDW). Menurut laporan usage report tahun 2014-2015 tingkat penggunaannya sangat rendah jika dibandingan dengan Fakultas Kedokteran lain sehingga FK UKDW memutuskan untuk meningkatkan sosialisasinya. Pada penelitian ini dikaji tingkat kepuasan pengguna ClinicalKey di FK UKDW. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasi. Pengambilan sampel secara random dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner, analisis data bersifat kuantitatif statistik dengan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Model pengukuran kepuasan pengguna menggunakan model Technology Acceptance Model (TAM) dengan teknik analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Hasil: Dari 200 responden mahasiswa dan dosen di FK UKDW, terdapat 56.6% pengguna merasakan kemudahan dalam menggunakan ClinicalKey, 62.5% pengguna mempercayai ClinicalKey dapat meningkatkan performa, 63.5% pengguna merasa ClinicalKey bagus, 56,5% pengguna ingin terus menggunakan ClinicalKey, 63.5% pengguna cukup sering menggunakan ClinicalKey. Pengujian hipotesis pertama PEU berpengaruh signifikan terhadap PU (β=0.785, p
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK CURCUMA LONGA DENGAN TINGKAT TOKSISITAS PARASETAMOL PADA GASTER, HEPAR DAN RENAL MENCIT JANTAN GALUR SWISS Cindy Tamara Widagdo; Pingkan Naibaho; Tejo Jayadi; Sulanto Saleh Danu
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana Vol 1, No 2 (2016): BERKALA ILMIAH KEDOKTERAN DUTA WACANA
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1018.153 KB) | DOI: 10.21460/bikdw.v1i2.15

Abstract

Latar Belakang: Curcuma longa dikatakan memiliki aktifitas hepatoprotektor, renoprotektor dan antiinflamasi terhadap dosis toksik parasetamol. Mengingat pemakaian jangka pendek dan jangka panjang, dan prevalensi toksisitas overdosis parasetamol semakin meningkat, perlu diteliti apakah Curcuma longa memproteksi kerusakan lambung, hepar dan renal sehingga dapat bersinergi dengan pengobatan overdosis parasetamol. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap (completely randomized design), menggunakan 36 ekor mencit jantan galur swiss. Dibagi 6 kelompok yaitu kontrol negatif, kontrol sham, kontrol positif, perlakuan satu, dua dan tiga. Tiga dosis ekstrak Curcuma longa terpurifikasi etil asetat 65 mg/kgBB, 487mg/kgBB dan 1040mg/kgBB diberikan selama 14 hari, dilanjutkan dosis tosik parasetamol 520 mg/kgBB selama 7 hari. Pemeriksaan serum SGOT, SGPT, ureum, kreatinin dan histopatologi lambung, hepar, renal untuk menilai apakah ekstrak Curcuma longa dapat memberikan proteksi kerusakan lambung, hepar dan renal dari akibat pemberian parasetamol dosis toksik. Hasil dan Diskusi: Hasil pemeriksaan SGOT (p = 0,233), SGPT (p = 0,004), ureum (p = 0,19), kreatinin (p = 0,009) dan histopatologi lambung (p = 0,00), hepar (p = 0,00), dan renal (p = 0,00) menunjukkan ekstrak Curcuma longa terpurifikasi etil asetat memberikan efek toksik yang simultan dengan dosis toksik parasetamol. Efek toksik ini dapat dijelaskan karena bioaviabilitas curcumin dalam ekstrak Curcuma longa rendah sehingga pengaruh terhadap dosis toksik parasetamol dalam hepatosit diragukan, meningkatkan efek sitotoksisitas, dan menurunkan ekskresi metabolit toksik parasetamol. Kesimpulan: Ekstrak Curcuma longa tidak memproteksi toksisitas terhadap gaster, hepar dan renal dari pemberian parasetamol dosis toksis pada mencit galur Swiss.
TRANSCRANIAL DOPPLER PADA SEREBRAL ARTERIOVENOUS MALFORMATION LAPORAN KASUS Esdras Ardi Pramudita
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana Vol 2, No 1 (2016): BERKALA ILMIAH KEDOKTERAN DUTA WACANA
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1392.624 KB) | DOI: 10.21460/bikdw.v2i1.42

Abstract

Serebral Arteriovenous Malformation (AVM) merupakan suatu kelainan pada formasi pembuluh darah di otak. Keadaan dinding pembuluh darah yang terbentuk pada AVM tidak sebaik dengan pembuluh darah normal sehingga mudah pecah dan menimbulkan masalah intraserebral. TCD merupakan suatu pemeriksaan berbasis ultrasound yang bersifat non invasif, murah dan real time dalam memeriksa kondisi hemodinamik intraserebral dan TCD dapat digunakan untuk menentukan feeder artery pada serebral AVM. Melaporkan dua kasus Serebral AVM selama bulan Juli-September 2016 di RS Panti Rapih Yogyakarta dari kedua kasus didapatkan peningkatan Mean Flow Velocity (MFV) dan penurunan Pulsatility Index (PI)
TIPE KEMATIAN SEL HeLa SETELAH PAPARAN EKSTRAK ETANOLIK CURCUMA LONGA Suryani Hutomo; Chandra Kurniawan
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana Vol 1, No 1 (2015): BERKALA ILMIAH KEDOKTERAN DUTA WACANA
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/bikdw.v1i1.3

Abstract

Kunyit (Curcuma Zonga) merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis dan sub tropis. Di Indonesia, kunyit menyebar secara merata di seluruh daerah. Kurkumin yang merupakan unsur utama kunyit, merupakan antioksidan yang kuat. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa ekstrak etanolik Curcuma Zonga menyebabkan kematian sel sejumlah separuhnya pada sel HeLa setelah dipapar selama 24 jam dengan konsentrasi 184,5 lg/ml, tetapi tipe kematian sel dan mekanismenya belum jelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh ekstrak Curcuma Zonga pada tipe kematian sel HeLa. Sel HeLa (5 x104 sel/well) dikultur dalam RPMI 1640 semalam sebelum stimulasi. Ekstrak etanol kunyit (150 lg/ml) ditambahkan pada kultur HeLa dan diinkubasi selama 24 jam dalam medium tanpa antibiotik. Analisis tipe kematian sel HeLa dilakukan dengan menggunakan mikroskop fuoresence setelah doubZe staining acridine orange/ethidium bromide (AO/EB). Doksorubisin (0,5625 Ig/ml) digunakan sebagai kontrol positif induksi apoptosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Curcuma Zongamenyebabkan kematian sel berupa apoptosis pada sebagian besar sel HeLa yang ditandai dengan perubahan warna sel menjadi orange. Analisa statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok stimulasi dalam jumlah sel yang mengalami apoptosis. Disimpulkan bahwa ekstrak Curcuma Zonga mampu menginduksi apoptosis pada sebagian besar sel HeLa. Kata kunci: ekstrak Curcuma Zonga, sel HeLa, apopt
EFEKTIFITAS PERMAINAN KEARIFAN BUDAYA LOKAL DIBANDINGKAN NEUROFEEDBACK TERHADAP PENURUNAN DERAJAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROJO MAGELANG Sumarni DW; Mahar Agusno; Santi Yuliani
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana Vol 1, No 3 (2016): BERKALA ILMIAH KEDOKTERAN DUTA WACANA
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.161 KB) | DOI: 10.21460/bikdw.v1i3.27

Abstract

Latar Belakang: Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat, dengan kekambuhan berulang. Pasien seringkali mengalami gejala depresi. Perasaan putus asa akan kondisi penyakitnya yang tidak kunjung sembuh membuat pasien terpuruk dan kehilangan keyakinan terhadap masa depannya. Konsumsi obat terus menerus yang menimbulkan rasa bosan dan menurunkan tingkat kepatuhan sangat mengganggu proses kesembuhan pada pasien skizofrenia. Banyaknya jumlah obat yang harus mereka konsumsi, akan memperberat depresi, berisiko melakukan tindakan bunuh diri. Terapi permainan kearifan budaya lokal dan neurofeedback merupakan salah satu tatalaksana nonfarmakoterapi yang dapat digunakan terhadap depresi pada pasien pasca skizofrenia. Tujuan: Untuk menganalisis efektifitas terapi permainan kearifan budaya lokal dibandingkan neurofeedback terhadap penurunan derajat depresi pada pasien depresi pasca skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Bahan dan Cara: Jenis penelitian eksperimental semu dengan rancangan pretest dan post test control design. Subyek penelitian adalah pasien depresi pasca skizofrenia di RSJ Prof.Dr. Soerojo Magelang Alat penelitian yang dipergunakan adalah: (1) peralatan permainan kearifan budaya lokal; (2) alat elektromedik neurofeedback; (3) Beck Depression Inventory (BDI); (4) kuesioner sosio-demografi. Responden dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu: kelompok yang diberi perlakuan permainan kearifan budaya lokal, kelompok yang diberi neurofeedback, kelompok yang diberi permainan kearifan budaya lokal dan neurofeedback, dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Efektifitas perlakuan diukur melalui pembandingan data derajat depresi sebelum perlakuan dengan data derajat depresi setelah perlakuan. Teknik analisis statistik yang dipergunakan adalah F-test dan 2-test, dengan  = 5%. Hasil: Terjadi penurunan skor depresi yang signifikan pada kelompok responden yang diberi perlakuan permainan kearifan budaya lokal (-61,6%; Fh = 336,135; p < 0,01), neurofeedback (-64,8%; Fh = 265,283; p < 0,01), gabungan permainan kearifan budaya lokal dan neurofeedback (-74,5%; Fh = 397,093; p < 0,01), maupun pada kelompok kontrol (-47,4%; Fh = 106,333; p < 0,01). Kesimpulan: Pemberian permainan kearifan budaya lokal dan neurofeedbak merupakan metode yang efektif untuk menurunkan derajat depresi pada pasien depresi pasca skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
DAMPAK PENGGUNAAN BETAHISTIN MESILATE TERHADAP PERBAIKAN GEJALA VERTIGO PERIFER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA Kristina Reny Indriawati; Rizaldy Taslim Pinzon
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana Vol 2, No 3 (2017): BERKALA ILMIAH KEDOKTERAN DUTA WACANA
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1710.554 KB) | DOI: 10.21460/bikdw.v2i3.69

Abstract

Vertigo adalah salah satu keluhan yang sering dijumpai dalam praktek yang digambarkan sebagai rasa berputar, pening, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau pusing (dizziness). Penatalaksanaan pasien-pasien vertigo perifer sering kontroversi karena patofisiologi vertigo belum jelas. Beberapa obat ditemukan memiliki aktivitas antivertigo. Betahistin menyerupai histamin untuk terapi gangguan vaskuler dan vasomotor, dipakai untuk pengobatan vertigo, motionsickness, dan gangguan vestibuler sentral atau perifer. Mengetahui dampak penggunaan betahistin mesilate terhadap perbaikan gejala vertigo perifer di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.Non eksperimental menggunakan rancangan case series dan menggunakan data prospektif. Untuk mengidentifikasi perbedaan dampak penggunaan betahistin pada penderita vertigo perifer, dengan perbaikan derajat keluhan vertigo digunakan skala Dizziness Handicap Inventory (DHI). Sebanyak 20 subyek penelitian yang masuk kriteria inklusi dianalisis menggunakan uji repeated ANOVA. Data diperoleh dari 20 pasien dengan vertigo perifer didapatkan rerata total skor DHI pada baseline (awal) adalah 42,95±21,44, 35,20±19,56 pada kunjungan 2, dan 28,40±18,76 pada kunjungan 3 didapatkan signifikansi (p) sebesar 0,000. Rerata skor item DHI pada baseline (awal), kunjungan 2, dan kunjungan 3 pada item fisik (14,30±9,02 versus 13,00±8,14 versus 10,20±6,55), item fungsional (17,55±8,77 versus 13,40±7,43 versus 11,20±7,00), dan item emosional (11,10±8,06 versus 8,80±7,82 versus 7,10±7,77) didapatkan p
EMERGING CASES OF MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS Denise Utami Putri
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana Vol 1, No 2 (2016): BERKALA ILMIAH KEDOKTERAN DUTA WACANA
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.839 KB) | DOI: 10.21460/bikdw.v1i2.17

Abstract

Tuberculosis (TB) is one of communicable disease caused by Mycobacterium genus. It is widely spread throughout the world, with at least one third of people is estimated to possess latent TB, a state where infection occurs, but does not develop disease symptoms.1 Indonesia, world’s 4th most populous country, has the highest incidence of TB cases in South East Asia, and 2nd highest globally. It affects more than 1 million people, and has caused more than 100,000 deaths during 2014
DAMPAK PEMBERLAKUAN CLINICAL PATHWAY TERHADAP KUALITAS PELAYANAN STROKE DI RS BETHESDA YOGYAKARTA Tiara Kusumaningtyas; Adi Utarini; Rizaldy Taslim Pinzon
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana Vol 2, No 2 (2017): BERKALA ILMIAH KEDOKTERAN DUTA WACANA
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.012 KB) | DOI: 10.21460/bikdw.v2i2.60

Abstract

Latar belakang: Stroke masih menjadi masalah kesehatan dunia. Dibutuhkan solusi manajemen klinis yang lebih baik guna mengupayakan pelayanan stroke yang berkualitas. Sebagai sebuah instrumen yang menstandarisasi proses dan outcome pelayanan, clinical pathway selayaknya mampu menjadi solusi perbaikan manajemen kualitas berkelanjutan. Hingga kini bukti mengenai efektivitas clinical pathway masih diperdebatkan. Tujuan: Untuk mengevaluasi dampak clinical pathway terhadap perbaikan kualitas pelayanan stroke berdasarkan indikator proses dan outcome. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode before-after without control group quasi exsperimental, dimana dilakukan penilaian pre dan post implementasi pada dua kelompok tanpa randomisasi. Kelompok intervensi adalah kelompok subyek yang ditatalaksana dengan clinical pathway sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok pasien sebelum pemberlakuan pathway (diambil dari data sekunder rekam medis). Outcome mortalitas sebagai output primer dari penelitian ini akan dibandingkan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil: Karakteristik subyek dalam penelitian ini homogeny dalam hal variabel demografi (kecuali jenis kelamin) dan karakteristik klinis gejala wajah perot, faktor risiko dan komorbiditas. Pemberlakuan clinical pathway tidak memperbaiki outcome mortalitas, meskipun proporsi mortalitas menurun, 14,5% sebelum pemberlakuan dan 17,8% setelah pemberlakuan. Clinical pathway secara signifikan memperbaiki proses pelayanan stroke pada esesmen menelan (p=0,00), esesmen rehabilitasi (p=0,00) dan edukasi saat pasien pulang (p=0,001). Jenis stroke, kondisi kesadaran saat pasien masuk RS, adanya faktor risiko DM dan AF meningkatkan risiko mortalitas pasien stroke, sedangkan pelaksanaan esesmen menelan sesegera mungkin menurunkan risiko mortalitas. Kesimpulan: Pemberlakuan clinical pathway pada pelayanan stroke memperbaiki proses pelayanan meskipun dampaknya terhadap outcome mortalitas tidak berpengaruh.

Page 3 of 14 | Total Record : 140