cover
Contact Name
abdul basit
Contact Email
basit.umt@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
journalnyimak@gmail.com
Editorial Address
Jl.Mayjen Sutoyo No.2 Kota Tangerang, Provinsi Banten, 15111 Indonesia.
Location
Kota tangerang,
Banten
INDONESIA
Nyimak: Journal of Communication
ISSN : 25803803     EISSN : 25803832     DOI : http://dx.doi.org/10.31000/nyimak
Nyimak: Communication Journal to encourage research in communication studies. The focus of this journal are: Public Relations, Advertising, Broadcast, Political Communication, Cross-cultural Communication, Business Communication, and Organizational Communication
Articles 105 Documents
Tabloidisasi Pertikaian Selebriti dalam Tayangan Infotainment ”Pagi-Pagi Pasti Happy” Ardiska Mega Perwita; Filosa Gita Sukmono
Nyimak: Journal of Communication Vol 3, No 1 (2019): Nyimak: Journal of Communication
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (813.046 KB) | DOI: 10.31000/nyimak.v3i1.1113

Abstract

Pertikaian selebriti dalam dunia infotainment memang tidak ada habisnya. Pemberitaan selebriti yang bertengkar pun diberitakan sedemikian rupa seakan seluruh masyarakat harus mengetahui pertengkaran tersebut, tak terkecuali pada tayangan infotainment “Pagi-Pagi Pasti Happy” yang di tayangkan di stasiun televisi TransTV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan penonton terhadap tabloidisasi pertikaian selebriti pada tayangan infotainment “Pagi-Pagi Pasti Happy”. Menggunakan teori encoding dan decoding milik Stuart Hall, peneltian ini merupakan penelitian kualitatif dengan reception analysis method. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam bersama pengikut akun Instagram @Lambe_Turah. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak sepenuhnya informan berada pada posisi dominant hegemonic, dan terdapat sebagian yang berada pada posisi oppositional. Adanya perbedaan pandangan, status, pekerjaan, budaya, asumsi-asumsi khalayak sebelum membaca teks, dan intensitas mengakses infotainment ikut mempengaruhi cara informan membaca tabloidisasi pertikaian selebriti. Artinya, informan adalah penonton yang aktif, karena mereka tak hanya menikmati tayangan ini secara gamblang, tetapi juga mampu membaca makna dari teks yang disajikan pada acara atau tayangan tersebut.Kata Kunci: Tabloidisasi pertikaian selebriti, infotainment, penerimaan penonton, enkoding dan dekoding Celebrity disputes in the world of infotainment are endless. The preaching of the quarreling celebrities was reported in such a way as if entire community had to know the dispute, including infotainment program "Pagi-Pagi Pasti Happy" which was broadcast on TransTV. This study aims to determine the audience's acceptance of “tabloidisasi” of celebrity disputes on the infotainment show program "Pagi-Pagi Pasti Happy". Using Stuart Hall's theory of encoding and decoding, this research is qualitative research with reception analysis method. Technique of collecting data uses interviews with followers of the Instagram account @Lambe_Turah. The results of this study indicate that not entirely the informant is in a dominant hegemonic position, and there are some who are in oppositional positions. The different views, status, occupation, culture, audience assumptions before reading the text, and intensity of accessing infotainment also influence the way informants read the “tabloidisasi” of celebrity disputes. So, informants are active viewers, because they not only enjoy this show clearly, but also are able to read the meaning of the text presented at the event or show.Keywords: “tabloidisasi” of celebrity disputes, infotainment, audience's acceptance, encoding and decoding
Analysis of The Filter Bubble Phenomenon in The Use of Online Media for Millennial Generation (An Ethnography Virtual Study about The Filter Bubble Phenomenon) Sri Seti Indriani; Ditha Prasanti; RANGGA SAPTYA MOHAMAD PERMANA
Nyimak: Journal of Communication Vol 4, No 2 (2020): Nyimak: Journal of Communication
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1328.533 KB) | DOI: 10.31000/nyimak.v4i2.2538

Abstract

This article describes about phenomenon of Filter Bubble for Millennial Generation in online media.  Nowadays, we know that people in searching information are likely to be unaware that their search has been chosen. What is most interesting is how people which are aware on how a filter bubble works but seemed to forget when they search on some information. Researchers and critics are worried because these filters isolate people from getting the information on what they want not on what they need. People might not realize that they are led to partial information blindness. This research is acknowledge their awareness on the filter bubble phenomena especially on Y generation who are believed to be a group of people that adapt fast from the analogue era to the digital era. How they search information nowadays, how bubble filters add their self-value on things and how they prevent themselves from being in a bubble. The research was conducted using a qualitative method with an ethnography virtual approach through LINE group of millennial generation. This approach was to gain more information on the virtual culture, and this case the filter bubble phenomena. Results shows that most informants were not aware on the term of ‘Filter Bubble’, but have been assuming it for quite a while. When they were more informed of this term, they realized that they should be more critical on what they read, and being literated is a significant competence in this era. Though, in addition whether or not this filter bubble could construct their identity, some denied that it didn’t have any relevation while others seemed to think that it did give some additional values on it.Keywords: Filter Bubble, Computer-mediated Communication, ethnography virtual, millennials, and self valueABSTRAKPenelitian ini menjelaskan tentang fenomena bubble filter untuk Generasi Milenial di media online. Sekarang ini, orang-orang dalam mencari informasi cenderung tidak menyadari bahwa pencarian mereka telah dipilih. Hal paling menarik adalah bagaimana orang-orang yang menyadari cara kerja bubble filter namun menjadi lupa ketika mereka mencari informasi. Para peneliti dan kritikus khawatir bubble filter ini mengisolasi orang dari mendapatkan informasi tentang apa yang mereka inginkan, bukan tentang apa yang mereka butuhkan. Orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka dituntun pada kebutaan informasi parsial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesadaran generasi Y terhadap fenomena bubble filter: cara mereka mencari informasi saat ini, bagaimana bubble filter menambahkan harga diri mereka pada sesuatu, dan bagaimana mereka mencegah diri mereka dari berada dalam bubble. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode etnografi virtual untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang budaya virtual, terutama fenomena bubble filter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar informan tidak mengetahui istilah "Filter Bubble", namun mereka sudah mengasumsikannya cukup lama. Ketika mereka menjadi lebih tahu tentang istilah ini, mereka menyadari bahwa mereka harus lebih kritis terhadap apa yang mereka baca, dan menjadi literated adalah kompetensi yang signifikan di era sekarang ini. Selain apakah bubble filter dapat membentuk identitas mereka atau tidak, beberapa menyangkal bahwa bubble filter tidak memiliki relevansi apa pun, sementara yang lain tampaknya berpikir bahwa bubble filter memberikan beberapa nilai tambahan.Kata Kunci: Filter Bubble, computer-mediated communication, etnografi virtual, generasi milenial, nilai diri
Manajemen Public Relations dan Reputasi Organisasi Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Ahmad Dimyati
Nyimak: Journal of Communication Vol 2, No 2 (2018): Nyimak: Journal of Communication
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.129 KB) | DOI: 10.31000/nyimak.v2i2.860

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) metode identifikasi masalah Public Relations pada LAZ Dompet Dhuafa; (2) proses perencanaan dan pemrograman LAZ Dompet Dhuafa; (3) strategi aksi dan komunikasi LAZ Dompet Dhuafa; dan (4) proses evaluasi program LAZ Dompet Dhuafa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus eksploratif jenis single case holistic. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam, sementara data sekunder bersumber dari studi pustaka dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LAZ Dompet Dhuafa tidak melakukan riset khusus terkait perencanaan program; riset yang dilakukan hanya melalui fakta-fakta baru di lapangan melalui program-program yang sudah ada sebelumnya. Perencanaan program tematik dan nontematik LAZ Dompet Dhuafa dilakukan melalui rapat kerja tahunan, sementara pesan utama yang ingin disampaikan kepada pihak eksternal disampaikan melalui website resmi dan media sosial. Adapun evalusi program yang dilakukan tidak melibatkan publik eksternal.Kata Kunci: Manajemen Public Relations, zakat, Dompet Dhuafa This study aims to determine (1) the method of identifying problems of Public Relations at LAZ Dompet Dhuafa; (2) the planning and programming process of LAZ Dompet Dhuafa; (3) the strategy of action and communication of LAZ Dompet Dhuafa; and (4) the evaluation process of the LAZ Dompet Dhuafa program. This study uses a qualitative method with an explorative case study approach and single case holistic. The primary data in this study were obtained through in-depth interviews, while the secondary data were obtained from literature and documentation. The results of the study show that LAZ Dompet Dhuafa does not conduct specific research related to program planning; the research only carried out through new facts in the field through the pre-existing programs. The planning of thematic and non-thematic program is carried out through annual work meetings, while the main message to be conveyed to public (external) is delivered through the official website and social media. Meanwhile, the evaluation of the program did not involve the external public.Keywords: Public Relations management, zakat, Dompet Dhuafa
Deskripsi Tarian Maena sebagai Identitas Suku Nias Sonny Zaluchu
Nyimak: Journal of Communication Vol 4, No 1 (2020): Nyimak: Journal of Communication
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (624.534 KB) | DOI: 10.31000/nyimak.v4i1.2219

Abstract

Penelitian ini disusun menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis analisis wacana untuk mengulas dan membahas tarian Maena yang dilakukan pada upacara perkawinan adat suku Nias di Sumatera Utara. Maena adalah tarian budaya yang melibatkan banyak peserta. Hampir semua orang Nias mampu melakukan jenis tarian ini karena mudah dipelajari dan memiliki pola gerakan yang sederhana. Sebagai produk budaya, Maena adalah tanda wacana dengan kandungan bentuk dan makna simbolik. Sehingga, analisis dilakukan dengan pendekatan semiotika dan wacana. Hasilnya, Maena bukan hanya tarian belaka. Selain menjadi alat literasi yang kuat, Maena juga menjadi sebuah identitas dalam struktur budaya suku Nias yang melekat dalam cara hidup bermasyarakat, yang membawa pesan-pesan moral untuk tujuan edukasi dan transformasi paradigma di satu sisi serta kritik sosial pada sisi lainnya. Maena memenuhi tanda sebagai sebuah signifying order yang diterima masyarakat yang dalam kacamata semiotika mengandung unsur ekspresif dan emotif.Kata kunci: Maena, budaya Nias, wacana, tarian ABSTRACTThis paper was prepared using a qualitative approach with a discourse analysis to review and discuss Maena dances performed at Nias traditional ceremonies in North Sumatra. Maena is a cultural dance that involves many participants. Because almost all Nias people are able to do this type of dance because it is easy to learn and has a simple movement pattern. As a cultural product, Maena is a sign of discourse with symbolic form and meaning. Thus, the analysis was carried out with the semiotics and discourse approach. As a result, Maena is not just a dance. Besides being a powerful literacy tool, Maena is also an identity within the cultural structure of the Nias tribe that is inherent in the way of life of the community, which carries moral messages for the purpose of education and paradigm transformation on the one hand and social criticism on the other. Maena fulfills the sign as a signifying order received by the people who in semiotic glasses contain expressive and emotive elements.Keywords: Maena, Nias culture, discourse, dance
Cyber Public Relations (E-PR) dalam Brand Image Wardah Kosmetik dengan Pedekatan Mixed Method Abdul Basit; Tri Herni Rahmawati
Nyimak: Journal of Communication Vol 1, No 2 (2017): Nyimak: Journal of Communication
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.106 KB) | DOI: 10.31000/nyimak.v1i2.483

Abstract

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, praktisi public relations dituntut mampu memanfaatkan media internet (cyber public relations) dalam rangka mempromosikan produk dan sekaligus membangun brand image perusahaan. Sebagai produk kosmetik, Wardah telah melakukan aktivitas cyber public relations sebagai sarana pemasaran bagi produk-produk kosmetiknya. Selain itu, aktivitas cyber public relations juga bertujuan agar brand image Wardah semakin melekat dalam benak konsumen dan bisa dikenal lebih luas lagi. Penelitian ini bertujuan guna mengetahui bagaimana pengaruh cyber public relations terhadap brand image Wardah dalam benak para konsumennya. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method. Penelitian diawali dengan pengumpulan data dan analisis kuantitatif, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data dan analisis kualitatif. Hasil penelitian kualitatif tersebut digunakan untuk memberi penjelasan lebih lanjut mengenai fenomena yang belum dijelaskan berdasarkan hasil penelitian kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas cyber public relations yang dilakukan oleh Wardah kosmetik berpengaruh secara signifikan terhadap brand image Wardah. Sementara hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa hanya variabel situs pencari online dan media sosial yang berhubungan dengan aktivitas cyber public relations Wardah. Kata Kunci: Cyber public relations, brand image, wardah kosmetik, In the midst of rapid development of information and communication technology, public relations practitioners are required to take advantage of internet media (cyber public relations) in order to promote products and simultaneously build the company's brand image. As a cosmetic product, Wardah has been doing cyber public relations activities as a marketing tool for its cosmetic products. In addition, Wardah cyber public relations activities are also aims to make Wardah brand image more embedded in the minds of consumers and can be known more widely. This study aims to determine how the influence of cyber public relations toward Wardah’s brand image in the minds of its customers. This research uses mixed method approach. The research begins with data collection and quantitative analysis, followed by data collection and qualitative analysis. The results of qualitative research are used to provide further explanation of the phenomena that have not been described based on the results of quantitative research. The results of this study indicate that cyber public relations activities conducted by Wardah cosmetics significantly influence Wardah’s brand image. Meanwhile, the results of qualitative research indicate that only the variables of online search engine and social media related to Wardah’s cyber public relations activities.Keywords: Cyber public relations, brand image, wardah cosmetics,
Peran Komunikasi Sibernetika bagi Keselamatan Penerbangan Toto Soebandoro
Nyimak: Journal of Communication Vol 3, No 2 (2019): Nyimak: Journal of Communication
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.342 KB) | DOI: 10.31000/nyimak.v3i2.1545

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dan mengungkapkan latar belakang pentingnya komunikasi sibernetika dalam penerbangan, khususnya dalam rangka mewujudkan keselamatan penerbangan; dan (2) mengetahui aktivitas pemrosesan informasi dalam pengambilan keputusan oleh Pilot in Command di ruang terbatas ketika pilot mengalami tekanan psikologis akibat keadaan darurat, sementara pilot juga harus melakukan pendaratan darurat. penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan menggunakan paradigm postpositivisme. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi teks dan wawancara mendalam (indepth interview). Adapun analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis kasus bertingkat, dengan metode multilevel analysis serta model kajian eksploratif. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa (1) komunikasi sibernetika merupakan pilar yang penting bagi pilot dalam mewujudkan keselamatan penerbangan; (2) keberhasilan dalam mengoptimalkan komunikasi sibernetika berdampak pada kemampuan pilot dalam mengatasi tekanan psikologis yang dialami sehingga mampu mencari jalan keluar dari keadaan darurat.Kata Kunci: Komunikasi sibernetika, keselamatan penerbangan, pendaratan darurat ABSTRACTThis research aims to (1) find out and reveal the background of the importance of cybernetics communication in flight, particularly in realizing flight safety; and (2) knowing information processing activities in decision making by Pilots in Command in confined spaces when pilots experience psychological pressure due to emergencies, while pilots must also make an emergency landing. This research is qualitative study and uses postpositivism paradigm. Data collection techniques using text studies and in-depth interviews (indepth interview). The data analysis in this study was carried out using multilevel case analysis, with multilevel analysis methods and explorative study model. The results of this research showed that (1) cybernetics communication is an important pillar for pilots in realizing aviation safety; (2) the success in optimizing cybernetics communication has an impact on the ability of pilots to cope with psychological stress experienced so that they are able to find a way out of an emergency situation.Keywords: Cybernetics communication, flight safety, emergency landing
Menelaah Lebih Dekat “Post Factual/Post Truth Politics, Studi Kasus Brexit” (Analsis Resensi Media) Eko Wahyono; Rizka Amalia; Ikma Citra Ranteallo
Nyimak: Journal of Communication Vol 1, No 1 (2017): Nyimak: Journal of Communication
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.528 KB) | DOI: 10.31000/nyimak.v1i1.272

Abstract

Penelitian ini menelaah lebih jauh video yang berjudul “what is the truth about post-factual politics?”mengenai kasus di Amerika terkait Trump dan di Inggris terkait Brexit. Fenomena post truth/post factual juga terjadi di Indonesia sebagaimana terlihat pada pertarungan politik yang dialami Ahok pada Pilkada DKI yang lalu. Melalui pendekatan pemikiran Michel Foucault mengenai post truth dengan logika asertif, media massa dikonstruksikan bagi pihak yang berkepentingan dan mengabaikan realitas yang sesungguhnya. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa media baru atau new media ternyata mampu menebar berbagai wacana mulai dari memengaruhi pemikiran, perilaku masyarakat hingga ideologi yang dianut oleh suatu masyarakat. Kata kunci: Post factual, post truth, new media This research further examines the video entitled “what is the truth about post-factual politics?” about the case in the United States related to Trump and in the UK related to Brexit. The phenomenon of Post truth/post factual also occurs in Indonesia as seen in the political struggle experienced by Ahok in the governor election (DKI Jakarta). Through Michel Foucault's approach to post truth with assertive logic, the mass media is constructed for the interested parties and ignores the real reality. The conclusion of this study indicates that new media was able to spread various discourses ranging from influencing the way of thoughts, behavior of society to the ideology adopted by a society.Keywords: Post factual, post truth, new media
Peran Internet dalam Meningkatkan Jumlah Pekerja Lepas di Indonesia Arif Siaha Widodo
Nyimak: Journal of Communication Vol 3, No 2 (2019): Nyimak: Journal of Communication
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.568 KB) | DOI: 10.31000/nyimak.v3i2.1811

Abstract

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ikut mendorong perkembangan dalam berbagai bidang, tak terkceuali pada sektor perdagangan dan jasa. Hal ini dapat terlihat dari bermunculannya berbagai ecommerce dan marketplace di Indonesia selama satu dekade terakhir ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran serta kontribusi internet dalam bidang jasa. Penelitian difokuskan kepada pekerja lepas (freelancer) yang tergabung dalam Projects.co.id, marketplace yang mempertemukan pihak pencari jasa dengan para freelancer. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif. Menggunakan metode studi kasus, teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan (1) Projects.co.id merupakan medium bagi freelancer di seluruh Indonesia untuk berkomunikasi dengan pemberi kerja; (2) Projects.co.id ikut mengubah persepsi freelancer terkait persepsi mereka sebagai pekerja lepas; (3) Pesatnya perkembangan internet mengubah bagaimana freelancer dan pemberi kerja dalam bertemu dan bertransaksi (cross border transaction) yang sudah tidak lagi terkendala jarak geografis.Kata Kunci: Internet, marketplace, pekerja lepas AbstractThe rapid development of information and communication technology has contributed to the development in various fields, including the trade and services sector. This can be seen from the emergence of ecommerce and marketplaces in Indonesia over past decade. The study focused on freelancers in Projects.co.id, a marketplace that brings together service seekers with freelancers. Using case study method, the data collection techniques use observation, interviews and literature studies. The results showed that (1) Projects.co.id is a medium for freelancers throughout Indonesia to be able to communicate with employers; (2) The presence of Projects.co.id has change the perception of freelancers regarding their perceptions as freelancers; (3) Rapid development of the internet has also changed how freelancers and employers meet and transact (cross border transactions) which no longer constrained by geographical distance. Keywords: Internet, marketplace, freelancer
Analysis of the Convergence Communication Model on Waste Bank Program Stakeholders in South Tangerang City, Indonesia Mirza Shahreza; Sarwititi Sarwoprasodjo; Hadi Susilo Arifin; Dwi Retno Hapsari
Nyimak: Journal of Communication Vol 4, No 2 (2020): Nyimak: Journal of Communication
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1731.737 KB) | DOI: 10.31000/nyimak.v4i2.2878

Abstract

This research aims to analyze a convergent communication model that supports the sustainability of the waste Bank community in South Tangerang City. The type of research conducted is qualitative descriptive research. Data obtained through observation and in-depth interview. The results illustrate that the convergence communication model in the waste bank program has three supporting stakeholders carrying three interests, that is, who sees the theme of the environment as a source (ruler), objects (city government/ Environmental office) and  Spirit  (waste bank Community) that finally formed a converged communication, namely the equality of delivery and acceptance of the message so that it becomes mutual understanding,  and interdependence that positions the waste Bank as a public space in discussing environmental themes, especially waste management problems. Keywords: environmental communication, convergent communication, stakeholders, waste bankABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebuah model komunikasi konvergen yang mendukung keberlanjutan komunitas Bank sampah di kota Tangerang Selatan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui pengamatan, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menggambarkan bahwa model komunikasi konvergensi pada program Bank sampah terdapat tiga pemangku kepentingan pendukungnya membawa tiga kepentingan, yaitu, yang melihat tema lingkungan sebagai sumber (penguasa), objek (pemerintah/ Dinas Lingkungan Hidup Tangerang Selatan) dan spirit (komunitas Bank sampah) yang akhirnya membentuk komunikasi konvergen, yaitu kesetaraan penyampaian dan penerimaan pesan sehingga menjadi saling pengertian, serta saling ketergantungan yang memposisikan Bank sampah sebagai ruang publik dalam membahas tema lingkungan, terutama masalah pengelolaan sampah. Kata Kunci: komunikasi lingkungan, komunikasi konvergensi, pemangku kepentingan, bank sampah 
Preferensi Media Sosial Generasi Milenial pada Tingkat Pengetahuan Calon Legislatif Nufian S Febriani
Nyimak: Journal of Communication Vol 4, No 1 (2020): Nyimak: Journal of Communication
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1211.683 KB) | DOI: 10.31000/nyimak.v4i1.2225

Abstract

Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan bagaimana preferensi media sosial pada generasi milenial terhadap tingkat pengetahuan atas calon legislatif dalam bentuk penjabaran data secara ilmiah dan sistematis. Berdasarkan catatan Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah pemilih generasi milenial pada Pemilu 2019  proporsinya sekitar 34,2% dari total 152 juta pemilih. Dengan ketergantungan generasi milenial terhadap media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter serta berbagai macam aplikasi instant messanger seperti Whatsapp, kampanye politik melalui media sosial menjadi salah satu cara tepat untuk menarik simpati generasi milenial. Penelitian ini menggunakan salah satu model dalam kajian perilaku konsumen, yaitu TAM (Technology Acceptance Model ) yang kemudian diturunkan menjadi konsep preferensi konsumen dengan operasionalisasi variabel X adalah Preferensi Media Sosial dan variabel Y adalah Tingkat Pengetahuan. Metode yang digunakan adalah kuantitatif melalui survei terhadap 100 orang responden, yang menunjukan bahwa sebanyak 71 responden (71%) memiliki pengetahuan atas calon legislatif di kota asalnya dari media sosial dan sebanyak 29 responden (29%) menyatakan tidak mengetahui. Berdasarkan hasil survei tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Technology Acceptance Model (TAM) dapat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor preferensi perilaku pemilih generasi milenial dalam menggunakan media sosial untuk mendapatkan pengetahuan atas calon legislatif melalui media sosial.Kata kunci: Media sosial, generasi milenial, legislatif ABSTRACTThis research is intended to answer the problem of how social media preferences in millennial generation are towards the level of knowledge of legislative candidates in the form of scientific and systematic translation of data. Based on the record of the General Election Commission (KPU), the number of millennial generation voters in the 2019 Election was around 34.2% of the total 152 million voters. With millennial generation dependence on social media such as Instagram, Facebook, Twitter and various instant messenger applications such as Whatsapp, making political campaigns through social media one of the right ways to attract the sympathy of millennials. This study uses one model in the study of consumer behavior, namely TAM (Technology Acceptance Model) which is then reduced to the concept of consumer preferences with the operationalization of variable X is the preference of social media and variable Y is the Level of Knowledge. The method used is quantitative through a survey of 100 respondents showing that as many as 71 respondents (71%) had knowledge of legislative candidates in their home city from social media and as many as 29 respondents (29%) stated they did not know. Based on the results of the survey, it can be concluded that the use of the Technology Acceptance Model (TAM) can be used to analyze the factors of preference of millennial generation voters in using social media to gain knowledge of legislative candidates through social media.Keywords: Social media, millennial generation, legislative

Page 2 of 11 | Total Record : 105