Manuskripta
MANUSKRIPTA is a scholarly journal published by the Indonesian Association for Nusantara manuscripts or Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) in collaboration with National Library of Indonesia. It focuses to publish research-based articles on the study of Indonesian and Southeast Asian (Nusantara) manuscripts.
MANUSKRIPTA aims to preserve and explore the diversity of Nusantara manuscripts, and communicate their localities to the global academic discourse. The journal spirit is to provide students, researchers, scholars, librarians, collectors, and everyone who is interested in Nusantara manuscripts, information of current research on Nusantara manuscripts.
We welcome contributions both in Bahasa and English relating to manuscript preservation or philological, codicological, and paleographical studies. All papers will be peer-reviewed to meet a highest standard of scholarship.
Articles
157 Documents
Unsur Fotografis dalam Digitalisasi Naskah Klasik: Pengalaman Puslitbang Lektur Keagamaan
Alfan Firmanto
Manuskripta Vol 7 No 2 (2017): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (876.758 KB)
|
DOI: 10.33656/manuskripta.v7i2.95
People manuscript consevation should be proirity if we look at their condition now. If everlasting manuscripts happened, it will opens all resources for researching and increasing knownledge. Digital manuscript photography is one of easier things to help manuscript conservation. It will use digital camera and computer to re-construct manuscript's text. This method gives more benefits and eminents than analog manuscript conservation, such as it will be easier to use, cheaper to do, and it doesn't need big space to save it. This paper aims to explain digital manuscript conservation approach based on Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Balitbang dan Diklat Ministry of Religious Affair Republic Indonesia's experiences. by means of sharing this our experiences in digital manuscript conservation around Indonesia, it will be a sharing information and finally digital manuscript conservation will have an guidelines to digitize manuscripts all around Indonesia. --- Konservasi naskah klasik yang ada di masyarakat sangat mendesak untuk segera dilakukan mengingat kondisinya saat ini. Jika kelestarian naskah terjadi akan dapat membuka akses bagi penelitian dan pengkajian. salah satu hal yang paling mudah dan murah dilakukan dalam konservasi naskah klasik adalah melalui digital. Konservasi naskah klasik melalui foto digital dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informatika, melalui komputer dan kamera digital. metode konservasi seperti ini memberikan beberapa keuntungan dan kelebihan dibandingkan dengan konservasi non digital (analog), antara lain dari segi alat dan pemanfaatan, lebih mudah dan murah, dari sisi penyimpanan tidak memerlukan ruang yang besar. Makalah ini bermaksud menjelaskan metode konservasi naskah klasik yang yang paling mudah melalui teknologi fotografi digital, berdasar pengalaman Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Balitbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Dengan membagi pengalaman dalam hal digitalisasi naskah-naskah di seluruh Indonesia, diharapkan dapat membagi pengetahuan yang pada akhirnya dapat dibuat sebuah standar dan pedoman yang seragam dalam kegiatan digitalisasi naskah-naskah klasik di seluruh Indonesia. --- Konservasi naskah klasik yang ada di masyarakat sangat mendesak untuk segera dilakukan mengingat kondisinya saat ini. Jika kelestarian naskah terjadi akan dapat membuka akses bagi penelitian dan pengkajian. salah satu hal yang paling mudah dan murah dilakukan dalam konservasi naskah klasik adalah melalui digital. Konservasi naskah klasik melalui foto digital dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informatika, melalui komputer dan kamera digital. metode konservasi seperti ini memberikan beberapa keuntungan dan kelebihan dibandingkan dengan konservasi non digital (analog), antara lain dari segi alat dan pemanfaatan, lebih mudah dan murah, dari sisi penyimpanan tidak memerlukan ruang yang besar. Makalah ini bermaksud menjelaskan metode konservasi naskah klasik yang yang paling mudah melalui teknologi fotografi digital, berdasar pengalaman Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Balitbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Dengan membagi pengalaman dalam hal digitalisasi naskah-naskah di seluruh Indonesia, diharapkan dapat membagi pengetahuan yang pada akhirnya dapat dibuat sebuah standar dan pedoman yang seragam dalam kegiatan digitalisasi naskah-naskah klasik di seluruh Indonesia.
Piwulang Estri sebagai Bentuk Reportase tentang Wanita Jawa
Arsanti Wulandari
Manuskripta Vol 6 No 2 (2016): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (512.714 KB)
|
DOI: 10.33656/manuskripta.v6i2.50
A reportage is an act of reporting. A reportage can be based either on investigation or a written source. The old document in the form of a manuscript can be regarded either as a work or as a document, which repporting an evidence in the past. This circumstance can be said to the manuscript containing Piwulang Estri. Written in 1856 CE, during the time when Javanese woman, as reflected in the text, getting a high position in the mind of author. Women are depicted in symbolic ways in three texts in Piwulang Estri, i.e. Batik Suluk, Suluk Tenun, and Suluk Tanen. Tanen is derivatife form from the word tani, here the author made allusion of preparing 'land'. Women interpreted as a ‘land’, means to prepare the next generation. Weaving symbolise the process of educating the next generation, and batik as the process of “coloring” or giving form the next generation. The concepts or philosophy regarding a women from the psychology point of view are depicted in three Suluk texts in the Piwulang Estri. --- Sebuah reportase adalah sebuah pelaporan. Adanya reportase bermakna adanya informasi yang disampaikan dari satu pihak ke pihak lain. Sebuah reportase dapat didasarkan pada sebuah pengamatan ataupun sumber tertulis. Naskah dapat dikatakan sebagai sebuah karya yang dapat dimaknai juga sebagai sebuah dokumen, yang merekam kejadian pada masa lampau. Demikan pula naskah dengan judul Piwulang Estri. Naskah ini adalah naskah yang ditulis tahun 1856. Pada masa itu tampaknya wanita mendapatkan posisi yang bukan sembarangan. Wanita digambarkan dalam berbagai simbol yang termuat dalam tiga teks suluk di dalamnya, yaitu Suluk Batik, Suluk Tenun, dan Suluk Tanen. Tanen dari kata tani yang menggambarkan proses menyiapkan lahan. Wanita dimaknai sebagai lahan untuk menyiapkan generasi penerus, tenun untuk proses mendidik generasi penerus, dan batik sebagai proses mewarnai atau membentuk generasi penerus. Konsep-konsep ataupun filosofi dalam memandang wanita dari sisi psikologi banyak digambarkan dalam ketiga teks suluk yang terbungkus dalam teks Piwulang Estri ini.
Upaya dan Penyelamatan Naskah Kuno Lampung
Ninawati Syahrul
Manuskripta Vol 1 No 2 (2011): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (997.101 KB)
|
DOI: 10.33656/manuskripta.v1i2.14
Naskah kuno Lampung adalah salah satu warisan kebudayaan yang secara nyata memberikan pada kita semua bakti catatn tentang kebudayaan masa lalu sebagai potret zaman yang menjelasakan berbagai hal yang mempunyai hubungan dengan masa sekarang. Karena nilainya yang sangat penting dan strategis, aka perlu ada langkah-langkah konkret dalam upaya penyelamatan dan pelestarian naskah tersebut. Hingga saat ini, upaya pengidentifikasian naskah kuno Lampung, apalagi mengakaji isinya belum banyak dilakukan. Katalog panduan khusus mengenai naskah kuno sumber tentang Lampung belum ada sama sekali. Upaya pengenalan tentang Lampung masih terselip di antara identifikasi naskah lain sehingga hal ini sangat menyulitkan para peminat yang secara khusus ingin mengetahui Lampung secara mendalam. Di atara khazanah kebudayaan Lampung adalah Kitab Ketaro Berajo Sako yang digunakan dearah Pubian Telusuku dan Kitab Sinabur Cahaya yang digunakan di Pesisi Krui. Kitab-kitab tersebut merujuk kepada Kitab Kuntara Raja Niti. Kitab ini merupkan kitap rujukan masyarakat Lampung mulai dari adat istiadat, kesenian, sejarah, sampai kitab adat yang sangat banyak jumlahnya. Naskah-naskah kuno Lampung biasanya diturunkan dari kepala adat kepada keturunannya. Orang yang menerima lalu menganggapnya sebagai benda pusaka sehingga harus memotong kambing dan mengadakan selamatan bila ingin membuka naskah kuno tersebut. Karena takut, masyarakat biasanya tidak ingin mengetahui isi naskah kuno itu. Maka, menyimpannya asal saja, tanpa teknik penyimpanan yang tepat sehingga keberadaan naskah kuno itu terancam rusak dan lenyap. Hal yang pertama kali perlu dilakukan adalah melakukan upaya pengkajian naskah-naskah kuno Lampung yang masih ada. Dimulai dari pendataan naskah kuno, penyalinan dan penerjemahan isi naskah kuno. Pembuatan katalog yang memuat data lengkap tentang koleksi naskah kuno Lampung adalah salah satu contoh konkret yang data membantu mempermudah melacak dan melakukan akademik terhadap naskah kuno.
Catatan Sebuah Peristiwa pada Masa Amangkurat I Dari Naskah Merapi-Merbabu
Agung Kiswanto
Manuskripta Vol 6 No 1 (2016): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (639.54 KB)
|
DOI: 10.33656/manuskripta.v6i1.74
Mount Merbabu formerly known as Damalung or Pamrihan was the center for the study of literatures and Hindu-Buddhist, the venue for the tradition of writing and copying manuscripts that are now known as Merapi-Merbabu manuscripts. People living in the area seemingly is not closed to outside information, for example from the area of the palace. This had been indicated by the several manuscripts that recorded the events that had taken place in the palace of Mataram, especially during Amangkurat I. One of them was Gita Sinangsaya. The recording of events was not appeared in the text, but it was contained in the colophon of Gita Sinangsaya. Although it was only a short note, but this information is very important because it was written when the events happened, and especially because this recording events was not mentioned by babad of Javanese literature. This article analyzes the historical aspect on a recording events in Gita Sinangsaya that happened in the 1670s based on other information in babad and the Dutch records. --- Gunung Merbabu yang dahulu dikenal dengan nama Damalung atau Pamrihan merupakan pusat studi sastra dan agama Hindu-Budha, tempat berlangsungnya tradisi penulisan dan penyalinan naskah-naskah yang sekarang dikenal dengan naskah Merapi-Merbabu. Komunitas yang tinggal di wilayah tersebut rupanya tidak menutup diri terhadap informasi dari luar, misalnya dari wilayah keraton. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa naskah yang merekam peristiwa yang terjadi di keraton Mataram, khususnya pada masa Amangkurat I. Salah satunya berjudul Gita Sinangsaya. Rekaman peristiwa tidak terdapat dalam teks, melainkan dalam kolofon teks Gita Sinangsaya. Meskipun hanya merupakan catatan kecil, tetapi informasi ini sangat berarti karena ditulis bersamaan dengan peristiwa terjadi dan terutama karena catatan peristiwa ini tidak banyak disebutkan dalam teks-teks babad di lingkungan sastra Jawa. Artikel ini menganalisa kesejarahan sebuah laporan peristiwa dalam naskah Gita Sinangsaya yang terjadi pada sekitar tahun 1670 M berdasarkan informasi lain dalam babad dan catatan Belanda.
Fatḥul ‘Ārifīn dan Tasawuf yang Terpinggirkan: Suluk Bait Duabelas Syekh Kemuning dan Perlawanan terhadap Islam Mainstream di Jember Awal Abad XX
Muhammad Ardiansyah
Manuskripta Vol 5 No 2 (2015): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (4108.382 KB)
|
DOI: 10.33656/manuskripta.v5i2.44
Fatḥul ‘Ārifīn is the text describing ideas, doctrines, and spiritual experiences that must be conducted by anyone will get the highest truth and merging with the God. One of the terms existed in Fatḥul ‘Ārifīn is Bait Duabelas compiled by Syekh Kemuning. Bait Duabelas is “ilmu ilham” gained after Syekh Muhammad Nur was performing khalwah suluk mujahadah during 9 years, since 1910 until 1919. Bait Duabelas can be categorized as one of the Islamic literature from traditional Javanese. This manuscript was written by Pegon script. This study will give some contribution for composing the alternative historiography about Islam in Jember, East Java. The conclusion of this study is that the function and meaning of Baik Duabelas for the readers is the existence of ngalap barokah element and the high level of trust on the text impact. --- Fatḥul ‘Ārifīn adalah teks yang menguraikan gagasan, ajaran, dan pengalaman kerohanian yang harus dijalankan oleh siapapun yang ingin mencapai kebenaran tertinggi dan berusaha melebur dengan rahasia Sang Wujud. Salah satu bahasan yang terdapat di dalamnya adalah Bait Duabelas yang disusun oleh Syekh Kemuning. Bait Duabelas merupakan “ilmu ilham” yang diperoleh setelah Syekh Muhammad Nur melaksanakan khalwah suluk mujahadah selama 9 tahun, dari 1910 hingga tahun 1919. Bait Duabelas dapat dikategorikan sebagai sastra keislaman yang lahir dalam dunia Jawa tradisional. Naskah ini ditulis dengan huruf pegon. Studi ini dapat memberikan kontribusi bagi penulisan historiografi alternatif tentang Islam di Jember, Jawa Timur. Studi ini menyimpulkan bahwa fungsi dan makna Bait Duabelas bagi para pembacanya adalah adanya unsur ngalap barokah dan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap khasiat teks tersebut.
Cerita Nabi Muhammad Berhempas dengan Abu Jahil Karya Buya Abdus Salam: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Islam
Khabibi Muhammad Lutfi
Manuskripta Vol 5 No 2 (2015): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (4105.76 KB)
|
DOI: 10.33656/manuskripta.v5i2.43
This article discusses the manuscript of Cerita Nabi Muhammad Berhempas dengan Abu Jahil (CNMBAJ) by Abdus Salam. This paper reveals the history of the Prophet Muhammad and their interaction with Abu Jahil in which many of the depicted characters, both good and evil. The manuscript is the private collection of Apria Putra from West Sumatera. This article has been contributed to the discourse of education in Indonesia through the making Islamic values existed in the CNMBAJ as the basis for character education. At the time, CNMBAJ teaches these values in the stories written as poetry. For the people of Minangkabau, the text is sung, remember, and used as a medium for studying Islamic history. This article is a philological research applying the method of single manuscript and edited using a critical edition. After the editing text has been obtained, the research continued with the analysis of the content using the philosophical and educational approaches. --- Artikel ini mendiskusikan naskah Cerita Nabi Muhammad Berhempas dengan Abu Jahil (CNMBAJ) karya Abdus Salam. Naskah ini menceritakan sejarah Nabi Muhammad dan interaksinya dengan Abu Jahil yang di dalamnya banyak digambarkan karakter-karakter tokoh, baik yang jahat maupun yang baik. Naskah ini merupakan koleksi pribadi milik Apria Putra dari Sumatera Barat. Artikel ini memberikan kontribusi terhadap pendidikan di Indonesia dengan menjadikan nilai-nilai Islam dalam naskah CNMBAJ menjadi basis pendidikan karakter. Pada zamannya, CNMBAJ mengajarkan nilai-nilai tersebut dalam cerita yang ditulis dalam bentuk puisi. Bagi masyarakat Minangkabau, teks ini didendangkan, dihafalkan, dan digunakan sebagai media untuk mengingat sejarah keislaman. Artikel ini merupakan penelitian filologi yang menerapkan metode naskah tunggal yang disunting secara kritis. Setelah dihasilkan suntingan teks, penelitian ini dilanjutkan dengan melakukan analisis konten dengan menggunakan pendekatan filosofis-edukatif.
Pola Rima Syiiran dalam Naskah di Tatar Sunda dan Hubungannya dengan Pola Rima Syair Arab
Titin N. Ma'mun
Manuskripta Vol 1 No 1 (2011): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1318.823 KB)
|
DOI: 10.33656/manuskripta.v1i1.8
Syiiran merupakan sebuah tradisi yang tidak asing lagi di dunia pesantren, khususnya yang terdapat di Tatar Sunda. Selain dipergunakan untuk menyampaikan buah pikiran yang umumnya berupa ajakan, syiiran digunakan pula sebagai media untuk menyampaikan ajaran agama Islam, khususnya kepada para santri dan umumnya kepada masyarakat di sekitar pesantren. Penggunaan syiiran sebagai media pendidikan dipandang sangat efektif karena lebih mudah diingat dan tidak membebani santri (masyarakat) dengan situasi dan pola formal sebagaimana proses pembelajaran pada umumnya. Karena seringnya dinyanyikan atau diperdengarkan, syiiran dengan sendirinya dapat dihafalkan di luar kepala tanpa keterpaksaan. Hal ini tentu membawa dampak bagi proses pendidikan di sekitar pesantren. Melalui syiiran, diharapkan para santri serta masyarakat umum tergugah kesadarannya dan memiliki keinginan untuk mengikuti nasehat serta ajaran agama yang disenandungkan melalui syiiran tersebut. Demikian mengakarnya tradisi syiiran yang telah berlangsung sejak lama di Tatar Sunda, selain saat ini masih dapat dinikmati melalui pengeras suara di pengajian-pengajian juga dapat dibuktikan dengan adanya catatan-catatan syiir yang terdapat pada naskah klasik. Hal yang paling mudah diketahui dari syiiran pada naskah adalah adanya pengulangan bunyi akhir yang membentuk musikalitas atau orkestrasi sehingga membuat syiiran menjadi merdu jika dibaca. Adanya kebiasaan melantunkan syair-syair Arab, baik melalui tradisi pembacaan Barzanji, Shalawat, atau kutipan-kutipan syair pada Kitab Kuning sedikit banyak, baik disadari ataupun tidak, mempengaruhi pola rima syiiran yang digubah oleh masyarakat lokal. Hal ini memunculkan sejumlah kesesuaian pola rima antara syiiran dan syair Arab. Pola rima syiiran dalam naskah Sunda dan hubungannya dengan pola rima syair Arab yang dibahas dalam makalah ini diharapkan dapat membantu proses edisi teks dalam penelitian filologi, khususnya untuk teks yang berbentuk syiiran.
Samadhining Anglayarakěn Anak Mitra: Antara Lautan dan Pegunungan
Abimardha Kurniawan
Manuskripta Vol 6 No 1 (2016): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (813.493 KB)
|
DOI: 10.33656/manuskripta.v6i1.65
This article describes a manuscript entitled Samadhining Anglayarakěn Anak Mitra (SAAM) that became a part of a compendium manuscript of National Library of Indonesia’s collection with call number L 109 peti 9. This Buda’s manuscript has been included as a part of a Merapi-Merbabu collection. This text also includes some text which came from two traditions that ever had a great influence in Java: Islamic and pre-Islamic traditions. SAAM is a unique text because it was written in the community who live far away from the sea even agrarian, but this text presents an overview about some religious activities related to maritime world. This indicates that the maritime life has affected the structure of their experiences. This article is a preliminary study using philology, codicology, and the interpretation of textual and cultural codes. Through that various approaches, this article explains several things, namely (1) the origin of the text and its materials; (2) the relationship between mountains and maritime religious communities; and (3) the understanding of the text producers community on the maritime world. --- Artikel ini membahas naskah Samadhining Anglayarakěn Anak Mitra (SAAM) yang termuat dalam naskah compendium koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor koleksi L 109 peti 9. Naskah beraksara Buda tersebut termasuk dalam koleksi Merapi-Merbabu. Naskah ini juga memuat beberapa teks yang berasal dari dua tradisi yang memiliki pengaruh besar di Jawa: tradisi Islam dan pra-Islam. Teks SAAM cukup unik karena berada dalam lingkup komunitas yang tinggal jauh dari laut dan bercorak agraris, namun menyajikan gambaran aktivitas religus yang berkaitan dengan dunia perarian (bahari). Ini berarti bahwa kehidupan bahari telah masuk ke dalam struktur pengalaman mereka. Artikel ini merupakan kajian pendahuluan yang menggunakan pendekatan filologi, kodikologi, disertai upaya interpretasi kode-kode tekstual dan kultural. Melalui berbagai pendekatan itu, artikel ini menjelaskan beberapa hal, yaitu (1) seluk-beluk teks serta objek material yang memuatnya; (2) hubungan antara komunitas religius di pegunungan dengan dunia bahari; serta (3) pandangan komunitas produsen teks terhadap dunia bahari.
Ajaran Martabat Tujuh dalam Naskah Asrār al-Khafī Karya Shaykh ‘Abd Al-Muṭālib
Masmedia Pinem
Manuskripta Vol 2 No 1 (2012): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (360.569 KB)
|
DOI: 10.33656/manuskripta.v2i1.25
Naskah Asrār al-Khafī merupakan karya penting dari tradisi intelektual-spiritual Minangkabau. Naskah tersebut mengandung ajaran Martabat Tujuh. Sebagai ajaran sufstik-flosofis, ajaran Martabat Tujuh yang terkandung dalam naskah Asrār al-Khafī memperlihatkan keterkaitannya dengan tradisi intelektual dan tradisi tasawuf Aceh melalui jaringan tarekat Shaṭṭārīyah. Oleh karena itu, secara garis besar ajaran Martabat Tujuh dalam naskah Asrār al-Khafī dengan sendirinya juga memperlihatkan kesamaannya dengan ajaran Martabat Tujuh yang pernah berkembang di Aceh. Meskipun demikian, kehadiran ajaran Martabat Tujuh yang terkandung dalam naskah Asrār al-Khafī di ranah Minangkabau itu telah mengundang reaksi keras dari kaum mudo dan dari jamaah tarekat Naqshabandīyah. Sebagai konsekuensi logis dari munculnya penentangan dari dua kelompok tersebut, ajaran Martabat Tujuh yang terkandung dalam naskah Asrār al-Khafī itu dilucuti dari paham waḥdatul wujūd.
Maslak al-Sālikīn Ilā Ḥaḍrat Rabb al-‘Ālamīn: Potret Tafsir dalam Naskah Tasawuf di Kalimantan Selatan Periode Modern
Ahmad Mujahid
Manuskripta Vol 5 No 1 (2015): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (3694.339 KB)
|
DOI: 10.33656/manuskripta.v5i1.38
This article is a response to the lack of research on the Quranic exegesis in the early development of Islam in the archipelago. This article examines the exegetical aspects in Maslak al-Sālikīn Ilā Ḥaḍrat Rabb al-‘Ālamīn, a Jawi manuscript from Negara, South Kalimantan. This text contains quotations from verses from the Quran translated into the Malay language, so the text is considered to have an important role in translating Islam to the local context. This kind of translation method is tarjamah tafsīrīyah, ie copying or transferring sentences from the original language into another language without having to depend on the structure and composition of the original language so the method is more concerned with the content of the message contained in the target language. On this basis, this text can be considered as one of the important references Quranic exegesis studies in the past. --- Artikel ini merupakan jawaban atas kelangkaan kajian tafsir Alquran pada masa awal perkembangan Islam di Nusantara. Objek kajian artikel ini adalah aspek tafsir dalam teks Maslak al-Sālikīn Ilā Ḥaḍrat Rabb al-‘Ālamīn, sebuah teks dari daerah Negara, Kalimantan Selatan, yang beraksara Jawi, berbahasa Melayu. Teks ini berisi kutipan dari ayat-ayat Alquran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu sehingga teks ini dianggap memiliki peran penting dalam hal penerjemahan Islam ke dalam konteks lokal. Metode penerjemahan semacam ini merupakan tarjamah tafsīrīyah, yaitu menyalin atau mengalihkan kalimat dari bahasa asal ke dalam bahasa yang lain tanpa bergantung dengan struktur dan susunan bahasa asal sehingga metode ini lebih mementingkan isi pesan yang terdapat di dalam bahasa sasaran. Atas dasar itulah teks ini dapat dipandang sebagai salah satu kajian tafsir yang penting di masa lalu.