cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota banjarmasin,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan)
ISSN : 24610437     EISSN : 25409131     DOI : -
Jukung adalah jurnal yang berisikan hasil-hasil penelitian ilmiah meliputi bidang rekayasa dan teknologi lingkungan yang dikelola oleh Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. Jukung diterbitkan dua kali dalam setahun setiap bulan Maret dan September.
Arjuna Subject : -
Articles 169 Documents
RANCANG ALAT PEMURNI AIR LAUT TENAGA SURYA DENGAN KOLEKTOR PANAS CERMIN CEKUNG Zulkarnain, Iskandar; Raharjo, Ismadi; Istanto, Kelik
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 4, No 2 (2018): SEPTEMBER 2018
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah: merancang alat pemurni air laut berdasarkan teori pemanasan, penguapan dan kondensasi menggunakan energi sinar matahari. Kegiatan penelitian dilakukan dengan mengamati data parameter berdasarkan 3 kombinasi perlakuan, yaitu; a) penggunaan kotak evaporasi yang memurnikan air setinggi 1 cm; b) penggunaan kotak evaporasi dan cermin cekung yang memurnikan air setinggi 1 cm; c) penggunaan kotak evaporasi, cermin cekung, dan kondensor yang memurnikan air setinggi 1 cm; Pengamatan selama 10 jam pemanasan di bawah matahari mulai pukul 07.00-17.00 WIB, memberi hasil bahwa ketiga kombinasi tersebut mampu memurnikan air laut menjadi air tawar. Kombinasi terbaik adalah kombinasi B, yang menghasilkan volume air tawar sebanyak 1.718 ml. Pengamatan lain yaitu nilai TDS menunjukkan bahwa penurunan nilai TSD air baku (air laut) dari 27.000 ppm menjadi 3 ppm hingga 5 ppm, sedangkan suhu air yang dihasilkan dari proses pemurnian menunjukkan nilai-nilai berkisar antara 27,5oC hingga 29,7oC, sedangkan pH air destilasinya berkisar di 5,024 hingga 5,252. Kata kunci : Air Bersih, Energi Surya , Pemurnian Air. The purpose of this research is : designing a water sea purifier tools based on the theory of heating, evaporating and condensing using sunlight energy. The research activity is done by observed data parameter based on 3 combination of treatment ; a) the use of evaporative boxes to purify seawater as high as 1 cm; b) the use of evaporative boxes and concave mirrors to purify seawater as high as 1 cm; c) the use of evaporative boxes, concave mirrors, and condensors to purify seawater as high as 1 cm; Observations for 10 hours of warming under the sun began at 07:00 to 17:00 pm, giving resulted that all combination are able to purify the seawater into fresh air. The best combination is a combination of B, which produces a fresh air volume of 1,180 ml. . The observation of the TDS value shown that a decline in the value of TSD raw water (seawater) from 27.000 ppm to 3 ppm until 5 ppm, while the temperature of the water produced shown values range between 27,5oC up 29,7oC, whereas pH of the destilated water around the 5.024 up to 5.252. Keywords: Fresh Water, Solar Energy , Water Purified
VARIASI KEMAMPUAN BEBERAPA JENIS POHON DALAM MENYERAP CO2 PADA TAMAN KOTA BANJARBARU Prasetia, Hafiizh; Riduan, Rony; Annisa, Nova
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 4, No 2 (2018): SEPTEMBER 2018
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di Kelurahan Komet sangat diperlukan keberadaannya. Jumlah, jenis dan distribusi vegetasi yang sudah ada perlu diketahui untuk membuat perencanaan RTH taman kota dan taman lingkungan yang dibutuhkan di Kota Banjarbaru. Oleh sebab itu, selain untuk menginventarisir RTH taman kota dan taman lingkungan yang ada, juga perlu dilakukan analisis variasi kemampuan serapan CO2 atmosfir beberapa jenis pohon penyusun ruang terbuka hijau Kota Banjarbaru, khususnya Kelurahan Komet. Tata hijau yang digunakan dalam lansekap kawasan taman menggunakan pohon yang bertajuk lebar dan didominansi pohon seperti akasia (Acacia mangium), jambu air (Eugenia aquea), mangga (Mangifera indica), sawo (Manilkara zapota), rambutan (Nephelium lappaceum), jambu biji (Psidium guajava), angsana (Pterocarpus indicus), mahoni berdaun lebar (Swietenia macrophylla), dan ketapang (Terminalia catappa). Penyerapan tertinggi tercatat pada pohon angsana (Pterocarpus indicus) yaitu sebesar 720 kg.tahun-1, sedangkan yang terendah pada pohon jambu biji (Psidium guajava), dan mahoni berdaun lebar (Swietenia macrophylla) yaitu sebesar 61 kg.tahun-1. Kata Kunci: Banjarbaru, serapan CO2, taman. The existence of green open space in Comet Village is indispensable. The number, type and distribution of existing vegetation should be known to make urban park planning and environmental parks needed in Banjarbaru City. Therefore, in addition to the inventory green open space park city and environmental parks that exist, it is also necessary to analyze the variation of atmospheric CO2 absorption capacity of several types of trees making up green open space Banjarbaru City, especially Comet Village. The green streets used in the landscape of the park area use wide-brim and tree-dominated such as Acacia mangium, Eugenia aquea, Mangifera indica, Manilkara zapota, Nephelium lappaceum, Psidium guajava, Pterocarpus indicus, Swietenia macrophylla and Terminalia catappa. The highest absorption was recorded in Pterocarpus indicus tree which was 720 kg.year-1, while the lowest in Psidium guajava and Swietenia macrophylla tree was 61 kg.year-1.Keyword : Banjarbaru, CO2 absorption, park.
KARATERISTIK TANAH GAMBUT SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF Ghofur, Abdul; Mursadin, Aqli
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 4, No 2 (2018): SEPTEMBER 2018
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasarkan ketersediaan sumber daya gambut yang besar di Provinsi Kalimantan Selatan, maka peluang untuk memanfaatkan potensi tanah gambut sebagai sumber energi alternatif sangat besar. Sumber energi yang didapat dari minyak, gas bumi, dan batubara sedikit demi sedikit berkurang, sehingga perlu dicarikan sumber energi alternatif. Peneliti Lahan Gambut dari Balai Penelitian Tanaman Rawa Pertanian (Balittra) Banjarbaru, Dr Muhammad Noor dalam berita Banjarmasin post tanggal 24 Nopember 2005 tentang “PLN Melirik Lahan Gambut”  menjelaskan, dalam gambut memang terdapat energi yang dapat membangkitkan tenaga listrik, energi yang terdapat dalam gambut cukup tinggi yakni sekitar 5.000 kilo kalori per kilogram. Di Kalsel, keberadaannya setara dengan 65 miliar barel minyak bumi atau sebesar 10 juta barel per tahun energi yang dihasilkan.  Berdasarkan latar belakang tersebut beberapa perumusan masalah  dalam penelitian ini adalah bagaimana usaha untuk melakukan tanah gambut untuk menjadi sumber energi alternatif  yang berkualitas dan  mudah digunakan,  bagimana karateristik tanah gambut sebagai sumber energi alternatif. Salah  satu  cara  untuk mengoptimalkan potensi gambut adalah memanfaatkannya sebagai bahan baku dalam pembuatan briket yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar altematif  .  Tujuan dari penelitian ini adalah a) memanfaatkan ketersediaan sumber daya alam dengan menggunakan tanah gambut sebagai energi alternatif  dan b ) mengetahui Nilai kalori, berat jenis, kadar air dan kadar abu di wilayah studi. Tanah gambut yang digunakan sebagai  bahan baku untuk energi alternatif  berasal  dari Desa Gambut Kabupaten Banjar.  Prosedur pelaksanaan penelitian dilakukan terhadap karateristik tanah  gambut diwilayah studi  sebagai sumber energi. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa untuk tanah gambut di Desa Gambut Kec. Gambut bisa   untuk digunakan sebagai bahan bakar alternatif dengan  teknologi pembriketan. Dengan nilai Kadar Air  0,10%, Kadar Abu 72,65%, berat jenis 2,11 Gs dengan nilai kalori 579,2 cal/g bisa digunakan sebagai bahan  bakar alternatif. Key word : energi alternatif, nilai kalori, tanah gambut. Based on the availability of large peat resources in the province of South Kalimantan, the opportunity to utilize the potential of peat soil as an alternative energy source is very large. Energy sources derived from oil, natural gas, and coal gradually diminish, so alternative energy sources are needed. Peatland Researchers from the Agricultural Swamp Research Institute (Balittra) Banjarbaru, Dr. Muhammad Noor in the Banjarmasin post on November 24, 2005 on "PLN Looking at Peatlands" explained that in peat there is indeed energy that can generate electricity, energy contained in peat quite high at around 5,000 kilos of calories per kilogram. In South Kalimantan, its existence is equivalent to 65 billion barrels of oil or 10 million barrels per year of energy produced. Based on this background, several formulations of the problem in this study are how to make peat soils to be a quality alternative energy source that is easy to use, how the characteristics of peat soil as an alternative energy source. One way to optimize the potential of peat is to use it as a raw material in making briquettes that can be used as alternative fuels. The purpose of this study is a) utilizing the availability of natural resources by using peat soil as alternative energy and b) knowing the calorific value, specific gravity, moisture content and ash content in the study area. Peat soil used as raw material for alternative energy comes from the Gambut Village of Banjar Regency. The procedure for conducting research was carried out on the characteristics of peat soil in the study area as an energy source. From the results of this study indicate that for peat soil in the village of Gambut Kec. Peat can be used as an alternative fuel with briquette technology. With a value of 0.10% moisture content, ash content 72.65%, specific gravity of 2.11 Gs with a calorific value of 579.2 cal / g can be used as an alternative fuel. Key word: alternative energy, calorific value, peat soil.
KLASIFIKASI PENGENALAN MOTIF BATIK BERBASIS IMAGE RETRIVAL Sari, Yuslena
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 4, No 2 (2018): SEPTEMBER 2018
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Batik Indonesia, sebagai warisan budaya telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Sehingga saat ini berbagai jenis batik saling mempengaruhi satu sama lain, yang mengakibatkan adanya beberapa jenis batik yang memiliki lebih dari satu motif (biasanya disebut batik multi-label). Motif batik tradisional tidak dibuat secara sembarangan, tetapi mengikuti aturan-aturan yang ketat. Dari hal tersebut dilakukan penelitian untuk klasifikasi motif batik. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan motivasi kaum wanita untuk kembali menekuni aktivitas membatik dan juga sebagai sarana terwujudnya kesetaraan gender. Mengingat saat ini sudah semakin jarang wanita yang mempunyai keterampilan membatik. Penelitian ini menggunakan klasifikasi berbasis image retrival dengan perhitungan jarak Euclidean. Dari penelitian ini akan diketahui akurasi yang dihasilkan. Kata kunci: image retrival, jarak euclidean, motif batik. Indonesian batik, as a cultural heritage has a long history. So that at this time various types of batik influence each other, which results in several types of batik that have more than one motif (usually called multi-label of batik). Traditional batik motifs are not made carelessly, but follow strict rules. From this research is carried out for the classification of batik motifs. It is expected that the results of this study can increase the motivation of women to return to batik activities and also as a means of achieving gender equality. Considering that there are now fewer and fewer women who have batik skills. This study uses image retrival-based classification with Euclidean distance calculation. From this research will be known the accuracy produced. Keywords: image retrival, euclidean distance, batik style
PEMANFAATAN LUMPUR WASTEWATER TREATMENT PLANT DAN ABU BOILER INDUSTRI REFINERY DAN BIODIESEL MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN SISTEM IN VESSEL COMPOSTING Khair, Riza Miftahul; Mizwar, Andy; Rahmadayani, Elsa
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 4, No 2 (2018): SEPTEMBER 2018
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Industri refinery dan biodiesel minyak kelapa sawit menghasilkan limbah yang masih tergolong sebagai limbah B3, yaitu lumpur WWTP dan abu boiler. Pengelolaan limbah B3 menggunakan pihak ketiga relatif mahal, untuk itu dilakukan penelitian in vessel composting sebagai alternatif pengelolaan limbah B3 industri refinery dan biodiesel minyak kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas kompos yang dihasilkan dari lumpur WWTP dan abu boiler dari industri refinery dan biodiesel minyak kelapa sawit, menganalisis kondisi optimum composting lumpur WWTP dan abu boiler dari industri refinery dan biodiesel minyak kelapa sawit berdasarkan komposisi bahan composting terhadap kualitas kompos, dan menganalisis perbandingan efisiensi biaya pengelolaan lumpur WWTP dan abu boiler dengan in vessel composting dan dengan menggunakan pihak ketiga. Lumpur WWTP dan abu boiler yang digunakan berasal dari industri refinery dan biodiesel minyak kelapa sawit di Desa Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas kompos yang dihasilkan dari lumpur WWTP dan abu boiler industri refinery dan biodiesel minyak kelapa sawit sesuai dengan SNI 19-7030-2004 dan Permentan No. 70 Tahun 2011, dengan kandungan C-Organik sebesar 16,16%, kandungan N-Total sebesar 0,41, nilai rasio C/N sebesar 40,51 dan warna kompos kehitaman. Kondisi optimum composting berdasarkan variasi komposisi bahan composting terhadap kualitas kompos adalah R-5, 50% lumpur WWTP + 50% sampah organik, dengan kandungan C-Organik rata-rata sebesar 17,157% dan kandungan N-Total rata-rata sebesar 0,313%. Sedangkan untuk efisiensi biaya pengelolaan, biaya pengelolaan dengan in vessel composting lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan pihak ketiga dengan efisiensi sebesar 45,59%. Kata Kunci:   abu boiler, in vessel composting, lumpur WWTP, sampah organik.    The palm oil refinery and biodiesel industry produces B3 waste, i.e. WWTP sludge and boiler ash. The management of B3 waste using third person is relatively expensive, therefore in vessel composting research is done as an alternative to manage B3 waste of palm oil  refinery and biodiesel industry. The aim of this research are to analyze the compost quality of WWTP sludge and boiler ash from palm oil refinery and biodiesel industry, analyze optimum condition composting of WWTP sludge and boiler ash from palm oil refinery and biodiesel industry based on variation of composting material composition against quality of compost, and analyze cost efficiency comparisons management of WWTP sludge and boiler ash with in vessel composting and by using third parties. WWTP sludge and boiler ash taken from palm oil refinery and biodiesel industry in Tarjun Village, Kotabaru, South Borneo. The results showed that the quality of compost produced by using WWTP sludge and boiler ash of palm oil refinery and biodiesel industry is appropriate with SNI 19-7030-2004 and Permentan No. 70 Tahun 2011, with C-Organic content of 16.16%, N-Total content of 0.41, C / N ratio of 40.51 and blackish compost color. The optimum condition of composting based on composting material composition is R-5, 50% WWTP sludge + 50% organic waste, with an average C-Organic content of 17.157% and an average N-Total content of 0.313%. And for management cost efficiency, the cost of management with in vessel composting is more efficient than using third person with efficiency of 45.59%. Keywords:  boiler ash, in vessel compostin, organic waste, WWTP sludge.
KARAKTERISASI DAN KOMPARASI PARAMETER PENCEMAR LIMBAH CAIR BATIK ZAT WARNA ALAM DAN ZAT WARNA SINTETIS GOLONGAN BEJANA Maghfiroh, Maghfiroh; Astuti, Sri Puji; Kurdi, Mutadin
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 4, No 2 (2018): SEPTEMBER 2018
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di industri batik warna alam tidak menjadi prioritas karena sementara ini, zat warna alam batik diklaim sebagai jenis zat warna ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi dan studi komparasi terhadap limbah cair batik zat warna sintetis (indantren navy blue) dan warna alam (indigo) golongan bejana. Parameter pencemar yang akan diteliti meliputi konsentrasi warna, nilai COD, TDS, dan pH. Analisis konsentrasi warna dianalisis dengan metode sesuai SNI 06-6989.80-2011, nilai COD dengan SNI 06-6989.2-2009, TDS dengan konduktiviti meter dan pH dengan SNI 06-6989.11-2004. Karakterisasi gugus fungsional dari kedua jenis zat warna dilakukan dengan FT-IR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur molekul dari kedua zat warna memiliki kemiripan, yang dibuktikan dengan munculnya serapan pada bilangan gelombang pada daerah yang sama. Nilai konsentrasi warna, COD, TDS dan pH air sisa celupan dari zat warna indigo masing-masing adalah 8047,5 mg/L, 6697,5 mg/L, 22100 mg/L, dan 12,163, sedangkan untuk zat warna indantren navy blue masing-masing adalah 6697,5 mg/L, 157104 mg/L, 11700 mg/L, dan 12,567. Nilai dari semua parameter yang diuji dari kedua zat warna tersebut melebihi baku mutu air limbah industri tekstil menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Air Limbah dan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001 Tentang Pengolahan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kata kunci : batik, zat warna alam, zat warna golongan bejana, zat warna sintetis. The existance of IPAL in the natural dyes batik industry is not a priority, because natural dyes are claimed to be environtmentally friendly. This study aims to characteriz and study comparative level for batik liquid waste of synthetic dyes and natural dyes of the vat dyes. Polutan parameters to be studied include color concentration, COD, TDS, and pH values. Color concentration is analyzed by SNI 06-6989.80-2011 methode, COD values with SNI 06-6989.2-2009 methode, TDS values with conductivitymeters, and pH values with SNI 06-6989.11-2004 methode. Characterization of functional group of two types of dyes carried out with FT-IR. The result showed that the molecular structure of the two dyes had similarities, as evidenced by the appearance of absorption in wave numbers in the same area. The color concentration, COD, TDS, and pH of the batik liquid waste of indigo dyes was respectively 8047.5 mg/L, 6697.5 mg/L, 22100 mg/L, and 12.163, while indantren navy blue dyes was 6697.5 mg/L, 157104 mg/L, 11700 mg/L, and 12.567.  The value of all tested parameters of two types dye exceeded the quality standards of textile industry liquid waste according to Central Java Provincial Regulation Number 5 of 2012 concerning Wastewater Quality Standards and Government Regulation Number 82 of 2001 14th December 2001 concerning Water Quality Management and Water Pollution Control. Keywords : batik, natural dyes, vat dyes, synthetic dyes.
STUDI KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KABUPATEN PULANG PISAU Fitriati, Ulfa; Fathurrachman, Said Ayif; Rusdiansyah, Achmad
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 4, No 2 (2018): SEPTEMBER 2018
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Kabupaten Pulang Pisau merupakan Kabupaten dengan pertumbuhan penduduk yang sedang, dimana permintaan akan kebutuhan air bersih juga akan tumbuh dan juga terus bertambah. Dan masih ada sebagian penduduk yang mengunakan air sungai langsung untuk keperluan sehari-hari karena sebagian wilayah belum terlayani air bersih PDAM dengan baik. Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kebutuhan air bersih di Kabupaten Pulang Pisau pada Tahun 2017, 2021, 2026, 2031 dan 2036 guna melayani kebutuhan masyarakat untuk masa yang akan datang. Dan juga untuk mengetahui kualitas air bersih pada intake. Serta membandingkan kebutuhan air dengan kapasitas intakenya.  Di dalam penelitian ini, perhitungan proyeksi jumlah penduduk menggunakan metode statistik dimana dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk masa lampau untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa yang akan datang. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisa perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang, yaitu Aritmatik, Geometrik, Regresi Linier, Eksponensial, dan Logaritmik. Untuk kualitas air bersih dilakukan peninjauan lapangan dengan parameter uji seperti suhu (25 oC ±3), daya konduksi elektrik, jumlah zat padat terlarut (0,5), pH (6,5-8,5), kekeruhan (5 NTU), salinitas, dan pengukuran oksigen terlarut.  Metode dalam peneltian ini yaitu menggunakan metode Aritmatik karena nilai korelasinya bisa dikatakan sempurna dibandingkan metode lainnya. Hasil dari penelitian ini adalah debit air bersih yang dibutuhkan Kabupaten Pulang Pisau dengan hasil berturut-turut sebagai berikut 2017; 2021; 2026; 2030; 2036 sebesar 179,574 L/dt, 254,030 L/dt, 351,857 L/dt, 454,970 L/dt, 563,368 L/dt. Kapasitas Intake PDAM Pulang Pisau 2017 hanya sebesar 60 L/dt sehingga belum bisa memenuhi kebutuhan air bersih Kabupaten Pulang Pisau. Dalam aspek kualitas air, Sumber air baku yang digunakan PDAM Kabupaten Pulang Pisau sudah memenuhi standar, sehingga penggunaan air tersebut aman bagi penduduk Kabupaten Pulang Pisau. Kata kunci: kebutuhan air bersih, kualitas air, proyeksi penduduk. Pulang Pisau is a District with moderate population growth, where the demand for clean water needs will grow and continue to grow. And still there are some people who use the river water directly for daily use because some areas unserved by either water taps. The purpose of this study was to determine the amount of water needs in the District Pulang Pisau in the Year 2017, 2021, 2026, 2031 and 2036 in order to serve the needs of the community for the future and also to determine the water quality at the intake, as well as comparing water demand with intake capacity.  In this study, the calculation of population projections using statistical methods in which to pay attention to the rate of population growth of the past to estimate the number of people in the future. There are several methods that can be used to analyze the population growth in the future, namely Arithmetic, Geometric, Linear Regression, Exponential, and Logarithmic. For water quality conducted field survey to test parameters such as temperature (25 °C ±3), electrical conductivity, the amount of dissolved solids (0.5), pH (6.5to8.5), turbidity (5 NTU), salinity, and dissolved oxygen measurements.  The method in this research is using Arithmetic method because the correlation can be said to be excellent compared to other methods. Results from this study is the clean water discharge is needed Pulang knife with consecutive results as follows in 2017; 2021; 2026; 2030; 2036 amounted to 179,574 L/sec, 254,030 L/sec, 351,857 L sec, 454,970 L/sec, 563,368 L/sec. Intake capacity District Pulang Pisau 2017 amounted to 60 L/sec so it can not meet the needs of clean water District Pulang Pisau. In the aspect of water quality, source of raw water used PDAM Pulang Pisau already meet the standards, so the use of the water is safe for the residents of the District Pulang Pisau. Keywords: projections population, the need for clean water, water quality.
HUBUNGAN PENURUNAN VOLUME AIR DENGAN PEMAMPATAN GAMBUT PADA TINGKAT KEMATANGAN YANG BERBEDA DI KAWASAN GAMBUT BERENGBENGKEL KALIMANTAN TENGAH Wahdah, Rabiatul
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 4, No 2 (2018): SEPTEMBER 2018
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gambut merupakan lahan yang tergenang sepanjang tahun, persoalan kemudian muncul manakala lahan gambut alamiah dialihfungsikan. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui pemampatan gambut akibat penurunan volume air pada tingkat kematangan yang berbeda, dengan sampel tanah yang digunakan diambil di kawasan gambut Berengbengkel Kalimantan Tengah masing-masing 30 sampel tanah terusik dan tak terusik untuk analisa kadar lengas, berat volume, kadar serat, dan rapat optik yang mana data akan diolah menggunakan program Ms. Excell.  Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang menjelaskan hubungan penurunan volume air dengan pemampatan gambut pada tingkat kematanagn yang berbeda di Kawasan Gambut Berengbengkel Kalimantan Tengah Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan volume air atau kadar lengas menyebabkan hilangnya volume spesifik pori sehingga mengakibatkan pemampatan tanah gambut. Pemampatan yang terjadi berbeda disetiap tingkat kematangan. Pemampatan pada setiap kematangan berbeda, gambut mentah (fibrik) akan lebih cepat atau mudah mengalami pemampatan dan melambat pada tanah gambut yang sudah mengalami kematangan, sehingga dapat disimpulkan bahwa penurunan volume air atau kadar lengas yang hilang dapat menyebabkan pemampatan dan subsiden pada tanah gambut  Kata Kunci : kematanagan gambut, kadar lengas, kadar serat, rapat optik .  Peatlands are areas waterlogged throughout the year. The problems arise when natural peatlands are converted. The aim of the study was to find out the compression of peat due to a decrease in the volume of water at some different levels of maturity. The soil samples were taken from the peat area of Berengbengkel, Central Kalimantan. Each of 30 disturbed and undisturbed soil samples was analyzed for its moisture content, volumetric weight, fiber content, and optical density. The data were then processed using the program of Ms. Excell. The method used in the study was a descriptive method describing relationship between decrease in water volume and compression of peat at different maturity levels in peat area of berengbengkel, central kalimantan. The results showed that the decrease in water volume or moisture content led to the loss of specific pore volume, resulting in compression of peat. The compressions occurring at each maturity level were different from one another. Raw peat (fibric) was quicker or easier to experience compression than the peat soil that had already undergone maturation. Therefore, it can be concluded that the decrease in water volume or moisture content can cause compression and subsidence in peat soil. Keywords: fiber content, moisture content, peat maturity, optical density.
EVALUASI KINERJA RESERVOIR PADA JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH IPA I PDAM BANDARMASIH Sofia, Elma; Riduan, Rony; Pratama, Endrico
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 4, No 2 (2018): SEPTEMBER 2018
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, sehingga pemenuhan kebutuhan air bersih merupakan hal yang wajib diperhatikan oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sebagai pihak terkait.  Dengan sistem pengolahan dan sistem jaringan perpipaan yang ada, PDAM Bandarmasih diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat yang ada di kota Banjarmasin.  Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kinerja reservoir pada sistem distribusi perpipaan air bersih dari Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) sampai kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja reservoir PDAM Bandarmasih, khususnya kinerja reservoir S. Parman yang merupakan reservoir distribusi yang melayani distribusi air bersih ke zona 1 dan zona 4 wilayah layanan IPA (Instalasi Pengolahan Air) I PDAM Bandarmasih.  Pada penelitian ini digunakan perangkat lunak Epanet 2.0 sebagai alat bantu pemodelen hidrodinamika sistem distribusi air bersih.  Berdasarkan hasil simulasi dengan menggunakan Epanet 2.0, pada saat jam puncak 06.00 reservoir S. Parman mampu melayani kebutuhan air bersih masyarakat dan node terjauh mempunyai tekanan terendah 11,21 m dengan tinggi muka air terendah reservoir S. Parman terjadi pada jam 09.00 yaitu 0,75 m. Secara umum, reservoir masih mampu memenuhi kebutuhan air bersih pelanggan khususnya pada saat jam puncak. Kata kunci: Epanet, jaringan distribusi air bersih, PDAM, reservoir.   Clean water is a basic need for humans, requirement of clean water is considered important by the PDAM (Regional Water Company) as a related party. With the existing treatment system and piping network system, Bandarmasih PDAM is expected to be able to meet the communitys clean water needs in Banjarmasin city. One of crucial things is the performance of reservoir in piped water distribution system from the Clean Water Treatment Plant.This study aims to evaluate the reservoir performance of the Bandarmasih PDAM, specifically the performance of S. Parman reservoir, which is a distribution reservoir that serves the distribution of clean water to zone 1 and zone 4 of the Water Treatment Plant (IPA) I PDAM Bandarmasih. In this study Epanet 2.0 software was used as a hydrodynamic modelling tool. Based on the simulation results, at peak hours 06.00 a.m. reservoir S. Parman is able to serve the communitys clean water needs. The farthest node has the lowest pressure of 11.21 m, and the lowest water level of the reservoir S. Parman occurs at 09.00 a.m. which is 0.75 m. In general, the reservoir is still able to meet communitys clean water needs, especially during peak hours. Keywords: reservoir, clean water distribution network, Epanet, PDAM 
ENVIRONMENTAL MONITORING BERBASIS INTERNET OF THINGS UNTUK PETERNAKAN CERDAS Munsyi Munsyi; Muhammad Syahid Febriadi; Nahdi Saubari
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 5, No 1 (2019): Maret 2019
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.46 KB) | DOI: 10.20527/jukung.v5i1.6201

Abstract

Di era Internet of Things (IoT). Siapapun dapat mengakses data dimanapun dan kapanpun. Semua data yang tersimpan dapat diakses dengan menggunakan perangkat seperti smartphone, laptop, dan komputer. Salah satu dari teknologi Internet of Things adalah smart city untuk memonitoring lingkungan. Untuk dapat mengetahui kondisi dan kualitas suatu lingkungan, seseorang tidak perlu lagi menunggu pengumuman informasi atau datang ke instansi terkait di pemerintahan. Pemanfaatan IoT pada monitoring lingkungan dapat di terapkan pada bidang peternakan. Hal ini dapat membantu seseorang dalam mengetahui kualitas dari kondisi lingkungan yang akan dimanfaatkan untuk peternakan. Dalam hal ini adalah bagaimana mengetahui peternakan yang cocok untuk diterapkan dilingkungan yang dia tuju untuk membangun peternakan sapi atau peternakan ayam. Menggunakan perangkat wireless sensor networks (WSN) untuk melakukan pengambilan nilai dari kondisi lingkungan tersebut dapat membantu mengetahui kondisi dan kualitas lingkungan. IoT membantu seseorang untuk membuka usaha dibidang peternakan yang cocok untuk wilayah tersebut tanpa harus melakukan banyak survey yang menelan banyak biaya. Hanya dengan menggunakan teknologi IoT siapapun dapat mendapatkan data kualitas lingkungan yang cocok untuk membuka sebuah peternakan dengan kondisi lingkungan yang sudah diketahui sebelumnya. Kata kunci: Internet of Things, Kondisi Lingkungan, Peternakan, Smart City, WSN. In the Internet of Things era (IoT). Everyone can access the data in anywhere and anytime. All stored data can be accessed using end devices such as smartphones, laptops and computers. One of the IoT technologies is a smart city for monitoring the environment. To be able to know the condition and quality of an environment, everyone does not need to wait for the announcement of information or come to the relevant agencies in the government. Utilization of IoT on Environmental Monitoring can be applied to the field of ranch. in this case it will be used for helping someone in knowing the quality of environmental conditions that will be used for. In this case it is how to find out which ranchs are suitable to be applied in the environment from the user that he want to construct cow or chicken ranch. Using wireless sensor networks (WSN) to retrieve values from these environmental conditions can help determine the condition and quality of the environment. IoT helps someone to open a business in field of ranchs that is suitable for region without having to do many survey. Only by using IoT, anyone can get suitable environmental quality data to open a ranch with environmental conditions that have been known before.Keywords: Environmental conditions, Internet of Things, Ranch, Smart City, WSN. 

Page 5 of 17 | Total Record : 169